Chereads / INDIGO / Chapter 22 - #Para Pencari

Chapter 22 - #Para Pencari

Yang datang tidak di undang, dan pulang membawa Mayang.

Hitam pekat, hitam mematikan.

----------

Tidak terasa UASBN telah aku jalani tepatnya seminggu lalu.

Liburan panjang telah menyambut untuk bisa ku nikmati.

Tetapi saat ini aku sedang bingung. Bingung akan melanjutkan sekolah ke-SMA atau langsung kerja. Karena di saat aku memutuskan untuk bersekolah, aku tahu bapak dan ibu tidak ada biaya untuk itu. Dan Yang dimana saat aku memilih untuk kerja, ya aku akan tahu resikonya. Ya seperti mencari rumput untuk makan sapi dan mungkin kerja bangunan kalau gak gitu aku akan ikut Om aku kerja di Elektronik yang berada di Banyuwangi.

"Bagaimana menurutmu Wan?"

Aku bertanya kepada Awan, sembari menyandarkan kepalaku di batang pohon kelapa. Ngomong-ngomong aku sekarang sedang berada di bukit belakang rumah.

"Aku rasa sekolah lebih bagus, karena nanti kamu akan dapat pengalaman dan banyak teman lagi"

"Hmmm, kamu tahu kan di-SMP saja aku gak punya banyak teman karena mereka merasa aneh kalau dekat denganku. Apalagi setara SMA, aku gak bisa bayangkan jadi kayak apa aku nantinya. Habis aku oleh bulian mereka"

Aku berjalan dan berdiri di batu besar yang ada di bukit ini. Merasakan sebuah pemikiran yang acak, berkecamuk dan bercampur aduk di dalam perasaanku.

Perasaanku menjadi gak karuan aku bingung dan aku tidak kuat untuk menahan ini. Tidak terasa air mata menetes di pipiku.

"Tuhan berikan aku keajiban-Mu,Tuhan tolonglah hambamu ini Tuhan..!!!"

Aku berteriak sekuat tenaga

"Tuhan mengapa Tuhan, mengapa engkau memberikan aku... kehidupan seperti ini!!!!!"

"Hei H, jangan seperti itu"

Awan menghampiriku perlahan

Ku balikkan badan dan sialnya

Aku terpeleset dan terjatuh, kepalaku terbentur batu besar yang aku pijaki. Aku tersungkur terseret kebawah, terguling-guling begitu cepatnya

Krakkk

Aku berhenti terguling, aku rasa aku sudah sampai di dasar dari jurang ini.

kepalaku pusing, aku mencoba berteriak

"Tolonggg, tooll...ooonnng Awan..."

Suaraku mengecil...

Aku terposok ke dalam jurang.

Mataku mulai berat untuk menahan ku tetap terjaga.

Hanya bayangan gelap sekilas berada di atas-ku.

Tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

***

Ku buka mataku perlahan, seberkas cahaya silau masuk menusuk mataku.

Ku kucek perlahan mataku, ku coba untuk merem dan melek. Tapi pandanganku masih kabur dan buram.

Ku pejamkan lagi tapi kali ini agak lama, ku coba membukanya kembali dan masih sama tidak ada bedanya.

Aku duduk dengan pasrah. Merangkul kedua lutut-ku dan menyandarkan daguku di lutut.

"Awan, kamu dimana kemarilah!"

Ku coba memanggilnya, tapi tidak ada balasan darinya.

Aku baru menyadari bahwa aku tidak memakai pakaian sehelai pun.

Ku raba badanku dan memang benar aku telanjang di sini.

Tunggu! Dimana aku!?

Ku buka kembali mataku dengan cepat dan masih saja sama dengan sebelumnya. Semuanya buram, tidak jelas aku bisa melihat.

Tetapi samar-samar aku bisa melihat di saat aku benar-benar memfokuskan mata dan agak menyipitkan mataku.

Aku berdiri dan ku hirup nafas perlahan dengan dalam, ku keluarkan perlahan pula.

Ku buka mataku perlahan, dan silauan cahaya terang menerobos masuk ke mataku.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas selama beberapa detik.

Ku menyipitkan mataku kembali dan perlahan dengan pasti ku membukanya.

"Astaga!"

Yang benar saja, aku berada di sebuah hamparan yang sangat luas dan tidak berujung.

Ku melihat sekeliling dan anehnya tidak ada matahari, ataupun bulan. Tetapi tempat ini begitu terang.

Semuanya serba putih dan berkabut, aku ulangi bukan kabut aku rasa lebih dari itu. Kabut tetapi seperti segumpalan awan yang jaraknya sangat rendah dengan daratan.

Dan daratan yang aku pijak'i pun bukan tanah.

Ku berjongkok dan merasakan dengan kedua tanganku.

Ini Abu, ini sebuah abu. Dan saat aku menyadarinya baru aku mencium bau sesuatu yang aneh. Seperti ada sesuatu yang gosong karena habis di bakar. Atau terbakar.

Ku putuskan untuk berjalan, entah kemana aku berjalan yang penting aku berjalan.

Tak lama setelah aku berjalan, baru saja lima langkah kurasa.

Aku mendengar sebuah suara dari kejauhan. Suara yang ku dengar dengan samar-samar ini merupakan sebuah jeritan dari banyak orang.

Daratan yang aku kira tidak berujung ini tiba-tiba aku melihat sebuah lubang yang amat besar di depanku, sepuluh meter dariku. Aku rasa.

Aku mendekat, karena aku semakin penasaran. Apa yang sedang terjadi di sana.

Semakin lama semakin dekat, aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi.

Aku melihat kobaran api yang sangat luas dan besar.

Tapi aku tidak melihat siapapun di sana, aku hanya mendengar suara mereka saja.

Mereka menjerit, seperti kepanasan dan sempat aku mendengar ada yang meminta pertolongan, minta ampun dan sebagainya.

Tapi aku tidak melihat mereka, mereka tidak ada di sana.

Hanya kobaran api yang menyala di sana, menyala dengan sangat besar.

Aku bisa merasakan panas-nya dari tempat aku berdiri, meskipun jarak aku berdiri dengan api tersebut sangatlah jauh. Tapi aku bisa merasakan-nya.

Ku mundurkan diriku, perlahan.

Ku balikkan badanku dan terkejut aku bukan main.

Mereka berdiri, mereka tiga orang yang memakai jubah serba hitam.

Mereka berdiri mematung di hadapanku.

Ku tutupi mulutku dengan ke-dua tanganku.

Para Pencari

Aku menggumam dalam hati. Apa yang harus aku lakukan, mereka menemukanku.

Mereka sama sekali tidak berwajah.

Hanya gelap yang menyelimuti mereka, aku tidak pernah melihat mereka dengan sangat dekat.

Dan ini kali pertama aku melihat mereka, benar-benar melihat mereka.

Aku masih terdiam dan mematung di hadapan mereka bertiga.

Di saat aku putuskan untuk aku mundur, pasti aku akan jatuh di dalam lubang api itu. Tapi di saat ku putuskan maju apa yang akan terjadi padaku.

Aku masih pada posisi yang sama dimana aku berdiri sebelumnya. Aku bingung, dimana aku sekarang.

Ku panggil Awan tetapi tidak ada jawaban, sedangkan aku sekarang berada di tempat yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya.

Aku pasti sedang bermimpi, tapi mengapa begitu nyata aku rasakan.

Di sela-sela aku riuh dengan pemikiran ku.

Bukan aku yang memutuskan untuk bergerak.

Melainkan mereka.

Mereka berjalan perlahan. Tunggu bukan berjalan, mereka tidak berjalan melainkan terbang dengan posisi rendah.

Astaga apa yang harus aku lakukan.

Mereka semakin dekat denganku saat ini.

Aku masih dengan posisi yang sama, berdiri dan menutup mulutku dengan kedua tanganku.

Mataku membelalak, kurasakan jantungku mau copot dari tubuhku.

Jarak yang sebelumnya satu meter, kini telah terpotong oleh mereka.

Ku tutup mataku dengan erat, dan aku berjongkok dengan cepat.

Kurasakan sengatan listrik yang mengaliri badanku ketika mereka menyentuhku.

"Awwwwww"

Rasa itu hilang seketika. Mereka bukan menyentuhku melainkan melewatiku. Hanya melewatiku saja.

Apakah mereka tidak mengetahui keberadaan ku. Atau mereka sedang tidak berurusan denganku.

Atau mereka ada tugas lain!?.

Aku gak peduli, yang jelas rasanya sangat nyata sekali mereka melewatiku.

Aku berdiri dengan cepat dan berusaha untuk melarikan diri dari mereka.

Tetapi daratan yang aku pijak'i tiba-tiba terbelah menjadi dua.

Aku tidak sempat untuk melarikan diri dari belahan itu. Aku jatuh dan terperosok ke dalam, dengan cepat.

Aku pasrah.

Ku pejamkan mataku.

Dan aku masih terus terjatuh ke bawah, bawah, dan bawah.

.

.

.

----------

Jangan pernah mencari mereka, mereka yang akan mencari-mu.

.

.

.