PILIHAN ADALAH SEBUAH PATOKKAN UNTUK MENGUBAH SEGALANYA
--------
Aku terbangun dengan cepat, saat aku sudah merasakan tubuhku kembali.
Nafasku tidak beraturan, sesak sekali rasanya.
"Hei, nak ayo di atur pernafasannya!"
Ku menoleh ke sebelah kananku saat ibu membantu menenangkanku.
Aku masih dalam kondisi yang sama, aku masih mengatur pernafasan ku sekarang.
Ku melihat sekeliling dan baru menyadari bahwa aku berada di rumah sakit sekarang. Infus masih terpasang di tangan kiri ku.
"Ayo, di atur dulu nafasnya. Dari tadi kamu ngigau terus loh nak!"
Ku mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. Hingga aku bisa berada di rumah sakit sekarang.
Tapi rasanya semua itu percuma, karena aku pun tidak ingat sama sekali. Mengapa hingga aku bisa berada di rumah sakit.
"Kenapa buk?, Kok aku bisa di sini?"
Aku bertanya pelan kepada ibu.
"Hmm, pasti kamu gak ingat ya nak!"
Sambil duduk di sebelah ku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku saja untuk memberikan sebuah kode, bahwa aku benar-benar tidak ingat dan aku ingin mengetahui nya.
"Jadi, empat hari lalu. Ibu dan bapak mu sangat panik sekali, karena kamu sudah malam belum juga kembali ke rumah. Dan kamu juga gak pesen ke rumah kalau kamu mau pergi kemana gitu. Akhirnya ibu ke rumah seluruh temen deketnya kamu, untuk menanyakan dimana kamu nak"
Sambil menghela nafas berat.
"Hingga banyak orang yang tahu, kalau kamu ilang. Kebanyakan orang mikir kalau kamu di culik orang gitu nak. Tapi untung nya tiba-tiba jam setengah sebelah malam mas Adi datang ke rumah sambil bopong kamu!"
Sambil mengelus lembut rambutku.
***
Sengaja aku tidak menceritakan kejadian setelah ibu cerita bagaimana aku pulang diantarkan oleh mas Adi.
Karena aku benar-benar tidak ingat setelah itu.
Tapi sekarang aku sudah berada di rumah, dan sudah kembali pulih total.
Sekarang aku memegang sebuah amplop coklat yang masih tersegel.
Ibu menerimanya tadi pagi, waktu sedang memasak untuk sarapan.
Amplop itu di tujukan untukku. Dan sengaja ibu tidak membangunkanku saat Pak Parman mengantarkan amplop tersebut.
Itupun yang meminta pak Parman. Agar aku bisa beristirahat.
Aku duduk di ruang tamu. Memegangi amplop tersebut dan mulai membuka nya perlahan.
Kuambil isinya, dan sebuah lembaran yang bertuliskan.
"FORMULIR PENDAFTARAN SEKOLAH GRATIS KOTA BATU"
Aku diam tertunduk dan masih memegangi amplop yang isinya ternyata adalah sebuah formulir pendaftaran ke sekolah SMA.
Dan gratis.
Apakah ini semua benar-benar nyata?
Dan benar-benar ada...
Sekolah yang benar-benar gratis...
Ku tutup kembali amplop tersebut dan menaruhnya di atas meja.
Gak mungkin hari gini ada sekolah SMA yang gratis.
Gak masuk akal.
Dari pada penipuan, dan keluargaku keluar uang lagi. Mendingan aku kerja saja di rumah.
Ku beranjak untuk pergi ke kamar.
"H, tunggu!"
Aku berhenti setelah dia memanggil ku.
Siapa lagi kalau bukan si Awan.
"Ya, ada apa!"
Aku menoleh sambil memberikan wajah malas padanya.
Dia hanya memandangi ku dan kemudian memandangi amplop yang Tergeletak di atas meja.
Ku hela nafas berat.
"Ayolah, ada apa!?"
Aku mendekat dan duduk di tempat sebelumnya aku duduk.
"Jangan memberikan ekspresi wajah yang gak jelas kayak gitu!"
Sambil kesal ku sandarkan badanku ke kursi.
"Kamu beneran gak mau ambil ini?"
Sambil melihat menusuk ke arah amplop tersebut.
"Setidaknya aku kan bisa menemanimu disana!"
Aku terdiam setelah dia mengatakan hal itu.
Seolah-olah dia mengatakan padaku bahwa.
Ayolah mumpung aku masih bisa bersamamu!
Ini nih, yang membuat aku kesal. Aku terdiam sejenak memikirkan Sesuatu yang benar-benar harus aku putuskan sekarang atau tidak sama sekali.
Okay sudah ku putuskan.
Ku ambil amplop tersebut dan mulai mengisi seluruh persyaratan nya.
Ku melirik ke arah Awan. Yang dia terlihat senang akan pilihanku.
Aku memutuskan pilihanku sendiri, tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibu.
Dan aku siap menerima resikonya.
***
Semua sudah selesai. Formulir sudah aku kirimkan ke rumah Pak Parman. Dan tinggal menunggu hasilnya.
Pak Parman berpesan bahwa pengumuman penerimaan adalah hari kamis. Jadi tiga hari lagi.
Dan sekarang aku baru saja sampai di depan rumah setelah mengantarkan formulirku.
Tumben sore tapi pintu rumah sudah di tutup.
Aku dan Awan berjalan perlahan menuju teras dan perlahan membuka pintu.
Pintu kubuka dan aku terkejut saat ayah sudah berdiri tepat di depanku dengan memasang wajah yang kurang enak ke arahku.
"Apa-apa'an kamu ngomong gak di pikir!!!, kamu barusan sakit dan menghabiskan uang banyak!!!, dan tanpa izin Ayah, kamu sudah mendaftar sendiri!!!"
Aku terkejut saat ayah mengatakan hal itu kepadaku. Aku melihat ayah yang berbeda dari biasanya. Hatiku sakit oleh kalimat yang barusan di ucapkan oleh ayah.
Tanpa pikir panjang aku berlari menuju kamar dan bergegas mengunci pintu.
"Hei, Mau Kemana kamu!!"
Tidak kupedulikan saat ayah memanggil ku.
Hatiku berkecamuk dan bingung, aku duduk sambil memejamkan mata. Apa salahnya coba, aku tidak memberitahu mereka. Kan aku juga pengen bisa mandiri. Gak nyusahin mereka terus.
"Bukan seperti itu caranya, ya Ayah melakukan itu ke kamu ya karena ayah sayang sama kamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh"
Perlahan Awan mendekat kepadaku setelah mengucapkan itu.
"Ingat kejadian yang habis menimpamu. Bicarakan baik-baik"
Ku menoleh kepadanya dan kembali menunduk. Ada benarnya juga yang di katakan oleh Awan.
Tapi aku gak mau keluar dari kamar dulu. Aku butuh menenangkan diri terlebih dahulu.
"Maaf Ayah"
Aku hanya bisa berbisik dalam hati, untuk mengucapkan hal itu.
Aku mengerti memang keputusanku terlihat salah dimata mereka. Tapi aku benar ingin membuktikan bahwa aku bisa dan mau sekolah di sana.
Karena jujur aku ingin mandiri.
Kupejamkan mataku perlahan dan mengucap do'a dengan sadar.
"Ya Tuhan berikan hambamu ini kemurahan-Mu ya Tuhan. Semoga saya bisa di terima di sekolah itu ya Tuhan, agar saya bisa membuktikan bahwa saya bisa hidup dengan pilihan saya. Saya tahu Tuhan bahwa di saat saya mengambil keputusan itu pasti ada sebuah resiko besar yang siap untuk saya bayar. Dan saya siap untuk membayar berapapun itu. Saya tahu Tuhan tidak tidur, Tuhan tidak menutup mata, Tuhan maha pemurah, lancarkanlah ya Tuhan, Lancarkanlah."
.
.
.
--------
Tuhan Tidak Menutup Matanya
Tuhan Tidak Menutup Telinganya
Tuhan itu MAHA
-MAHA SEGALANYA-