"Dengar ya, hanya karena kau memiliki paras yang bagus bukan berarti kau bisa mendapatkan semua yang kau mau. Memang. Dalam sekali tatap gadis-gadis lain akan luruh di kakimu, tapi aku tidak. Apa? Nomorku? kau kira dengan modal pesonamu itu kau bisa dapat nomorku?" Aku menatapnya lurus, tepat di manik mata birunya sebelum melengos pergi.
Setelah beberapa langkah berjalan menjauh dan meninggalkan Brad di belakang, aku memutuskan untuk berbalik. Langkahku tertahan, aku terkejut mendapati Brad masih berdiri disana, ditempat yang sama masih memandangiku. Tatapan matanya yang intens ke arahku. Dan aku baru menyadari jika ada yang aneh dari setiap tatapan matanya padaku. Kedua matanya seolah telah mengenalku lama. Bagaimana bisa?
"Kenapa? Jadi memberikan nomor teleponmu?" Brad menyeringai seraya menaikkan salah satu alisnya.
Aku terdiam, jadi bingung dengan apa yang baru saja ingin kukatakan.
"BRADLEY!" Teman-teman Brad, para pembuli itu melambaikan tangan padanya dari kejauhan. Mereka sudah berderet rapi diatas Harley Davidson mereka. Sebentar lagi mereka pasti akan mengadakan konvoi.
"The Boys memanggilku." Sudut bibir Brad terangkat, ia pergi menghampiri Alex and The Boys, aku juga berbalik menuju tempat dimana mobilku terparkir.
Aku yakin Brad sebenarnya orang baik, hanya saja teman-teman barunya itu terlihat tidak baik untuknya. Semua orang tahu reputasi The Boys, mereka gemar melakukan balapan liar, mengintimidasi dan membuli mahasiswa lain dan selalu dikelilingi gadis cantik dengan ukuran dada super.
"Awas!" seseorang menarik tubuhku dengan tiba-tiba.
Sebuah mobil melaju deras ke arahku, dan hampir saja menghantamku dengan keras. Apa itu? Jalan bukan milik leluhurnya, kenapa dia mengemudikan mobilnya seenaknya. Aku menoleh dan mendapati Sean berdiri disana. Lagi-lagi dia menyelamatkanku.
"Are you alright?" Sean menatapku khawatir.
"Kenapa kau ada disini?" tanyaku. Jantungku masih berdegup kencang, nyawaku hampir saja melayang.
"Latihannya sudah selesai, aku mencari sosokmu. Sepertinya kau sudah make new friend." Sean menunjuk dengan dagu.
"Oh dia, namanya Bradley, anggota baru The Boys." Jelasku menelan ludah, menatap tubuh Sean yang berkeringat di hadapanku. Dia bahkan belum mengganti pakaiannya sehabis bertanding dan segera mencariku.
"Kau tahu? dia terihat tidak baik untukmu." Ujar Sean, membuat kedua bola mataku melebar seketika.
"Eh tunggu, ini tidak seperti yang terlihat. Aku hanya bertemu dengannya tadi dan dia mengajakku berkenalan, aku sebenarnya tidak mau tapi dia memaksaku, dia bukan seleraku. Ugh! terlalu badboy." Cerocosku. Sean terkekeh geli, aku mendongak dan berhenti berbicara.
"Kau sangat lucu jika cerewet seperti itu." Sean mengusapkan ibu jarinya di sudut bibirku. Aku membeku ditempatku, tanpa sadar aku menahan nafasku.
"Kau mau kemana setelah ini?" tanyanya.
"Pulang." Jawabku.
"Aku punya tempat yang bagus untuk melihat senja, nanti sore aku jemput."
"Oke." Aku tersenyum lebar.
Memasuki mobil, aku mulai menyalakan mesin. Mobilku melaju meninggalkan Sean dibelakang, dari spion aku bisa melihat sosok itu masih berdiri ditempatnya seraya memandangi mobilku. Tak lama beberapa gadis mulai berkumpul menghampirinya, mengajak foto bersama. Dia punya banyak fans.
Mataku menangkap seikat bunga di atas joke di sebelahku, aku meraih bunga itu. Ada pesan disana : 'Semoga harimu menyenangkan.' Aku tersenyum kecil menatap mawar indah itu, aku tidak suka bunga mawar, itu mengingatkanku pada sebuah pemakaman, tapi terimakasih.
***