AUTHOR'S POV
Setelah pernikahan King Edmund dan Queen Emma, Zara memutuskan untuk pindah universitas. Saat ini dia berkuliah di tempat yang sama dengan Elle. Semua nya tampak baik-baik saja, Zara dan Elle bertegur sapa seadanya, sekedar formalitas saja dan untuk menjaga 'image' sebagai seorang putri keluarga kerajaan.
Malam ini, Elle berjalan menyusuri koridor menuju dapur istana. Dia lalu membuka pintu kulkas dan mengambil setoples es krim oreo lalu duduk di salah satu sudut meja. Saat sedang asyik memakan es krim, tiba-tiba seorang pria memeluk Elle dari belakang.
"Gosh ,Dad! You scared me," ucap Elle dengan nada yang kaget.
"Sorry, I didn't mean to. What are you doing ?" tanya King Edmund lalu duduk di sebelah kanan Elle.
"Makan es krim. Ayah sendiri ngapain disini?" jawab Elle sambil menyendok es krim ke mulutnya.
"Sama sepertimu," jawab King Edmund sambil merebut es krim dari genggaman Elle.
"Give it back to me, Dad," kata Elle dengan nada kesal.
"Aku ingin berdansa denganmu, Elle. Kau ingat bukan, besok adalah pesta ulang tahunku. Aku dan kau akan melakukan father daughter dance," kata King Edmund seraya memutar lagu Daddy's Angel. Elle pun mengambil tangan King Edmund dan mulai berdansa dengannya.
"Jadi dansa ini masih untukku besok?" tanya Elle sambil menatap ke arah King Edmund.
"Sure, honey," jawab King Edmund.
"Ku kira, besok hak ini akan menjadi milik Zara," kata Elle.
"Bagaimana bisa aku setega itu, honey. Lagi pula kau kan darah dagingku sendiri," balas King Edmund.
"Bukan begitu, Dad. Hanya saja aku rasa sesuatu yang buruk akan terjadi besok. So if anything bad happen, would you save the father daughter dance for me?" tanya Elle pada ayahnya.
"Of course, honey. You can keep my word," kata King Edmund meyakinkan.
*******
Malam ini, istana penuh dengan para tamu undangan yang hadir untuk memenuhi undangan peringatan ulang tahun King Edmund Hoult yang ke -50 tahun. Suara terompet menghiasi tiap sudut istana.
Pintu di grand ballroom istana terbuka lebar, diikuti dengan masuknya King Edmund, Queen Emma beserta Princess Elle dan Princess Zara. Lalu, terompet berbunyi, The herald mengumumkan kedatangan King Edmund.
Queen Emma tampil elegan dalam balutan long sleeve dress warna putih dengan beberapa aksen emas. Rambut ditata dalam gaya flawless french roll updo.
Princess Elle dan Princess Zara juga tampil anggun dengan balutan gaun putih beraksen emas dengan rambut yang ditata flower braid updo.
ELLE'S POV
Prince Gerald menghampiriku lalu berkata," You look stunning, Princess.".
"Thank you. You look charming, as always," jawab ku membalas sanjungan Gerald.
"Hei, Princess. You look gorgeous!" sapa Prince Eric.
"Hai, Prince Eric. Thank you," jawabku pada Eric untuk menghormatinya.
"So, Princess. It looks like you don't have partner for dance. Will you dance with me?" tanya Prince Eric padaku.
"Yes" jawabku gugup karena tidak mungkin juga aku menolak tawaran itu. Akan terlihat sekali di depan Prince Gerald jika kami memiliki masalah.
Prince Eric mengambil tanganku lalu menuntunku ke atas lantai dansa di grand ballroom. Saat orkestra bermain, Eric dan diriku menari waltz. Gaunku mengembang seraya dengan langkahku dalam tarian itu. Saat suara musik mulai pelan, tangan Eric melingkar di pinggangku, matanya menatapku. Aku melingkarkan tanganku di lehernya.
"Elle, aku ingin melamarmu," kata Eric dengan serius.
"Aku rasa masih terlalu dini untuk semua itu. Lagipula kita baru saja memulai semuanya dari awal bukan?"jawabku.
"Iya aku tahu, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah milikku," Kata Eric
"Kita memulainya semuanya dari awal bukan sebagai sepasang kekasih Rick. Aku hanya ingin terlebih dahulu memperbaiki hubungan pertemanan kita," jawabku.
"Tapi, Elle....." saat Eric belum menyelesaikan ucapannya. Aku melepaskan tanganku dari lehernya.
"Sepertinya aku harus ke kamar kecil," potongku.
Aku berjalan menuju kamar kecil di sebelah barat, tidak terlalu jauh dari grand ballroom istana . Saat di sana aku menatap ke arah cermin di dinding, merenung sejenak atas kejadian tadi. Aku pun kembali menuju grand ballroom. Tiba-tiba seorang pria asing yang mengenakan tuxedo hitam mendorongku ke sebuah gudang yang terdapat di koridor.
"Whoaa, hey!! Who are you? What are you doing?!" tanyaku. Dia mendorong tubuhku ku dalam sebuah ruangan.
Pria itu tidak menghiraukan ucapan ku. Dia mengunci pintu dari luar.
"Hey!! Open the door!!" triakku sambil memukul-mukul pintu. Lalu aku mendengar suara itu, ya suara lonceng tanda bahwa father daughter dance akan dilaksanakan.
"Someone out there, please open up!! Help!!" teriakku lagi.
AUTHOR'S POV
Sebentar lagi father daughter dance akan dimulai, tapi Elle belum juga terlihat. Lady Rosela (Elle's grandmother) terlihat khawatir.
"Dimana Elle saat ini, hun?" tanya Lady Rosela pada putranya itu.
"Aku juga tidak melihatnya, bu," jawab King Edmund.
"Bagaimana ini? Sebentar lagi father daughter dance akan dimulai," tanya Lady Rosela cemas.
"Baiklah, aku akan menyuruh pengawal untuk mencarinya," jawab King Edmund.
King Edmund pun mencari sosok Christian. Tapi Christian juga tidak ada di situ. Maka pada akhirnya King Edmund menugaskan salah satu pengawalnya untuk mencari keberadaan Elle. Lima menit berlalu tapi Elle belum juga muncul. Queen Emma memanfaatkan peluang tersebut, agar Zara yang melakukan father daughter dance.
"Honey, bukannya aku bermaksud tidak sopan. Tapi bukankah tidak baik membiarkan para tamu undangan menunggu? Bagaimana kalau Zara saja yang menggantikan Elle. Lagi pula dia juga merupakan bagian dari keluarga kerajaan bukan?" kata Queen Emma dengan nada menghasut.
"Tidak bisa. Aku sudah berjanji pada Elle," jawab King Edmund tegas.
10 minutes later.
"Kau lihat bukan, para tamu undangan sudah menunggu," kata Queen Emma.
"Hmmm.... Baiklah," kata King Edmund.
'I'm sorry honey' batin King Edmund.
Sementara itu, Elle yang masih terkunci di gudang melakukan berbagai macam cara agar bisa keluar. Lalu terdengarlah suara musik mengalun, ya lagu Daddy's Angel. Seketika itu juga tubuh Elle terasa lemas, rasa dingin menjalar ke sekujur tubuhnya. Perlahan tapi pasti air mata menetes keluar. Kemudian terdengar suara orang sedang membuka pintu dari sisi luar.
"Princess, are you okay? I'm sorry I was too late," kata Christian sambil sambil menghampiri Elle yang tersungkur di atas lantai. Elle tidak menghiraukan perkataan Christian, ia tetap menangis.
"I want to go back to my room," kata Elle sambil berusaha untuk bangkit, namun kakinya terlalu gemetar untuk bangkit. Melihat hal tersebut, Christian lalu menggendong Elle ala bridal style. Digendongnya Elle ke kamarnya. Selama digendong Elle menangis di balik pundak Chris, sehingga tampak tetesan air mata di pundak sebelah kanannya.
Sesampainya di ambang pintu, Elle meminta pada Christian untuk mengunci pintu kamarnya. Saat diturunkan di samping tempat tidurnya, Elle tidak beranjak dari pundak Christian. Perlahan-lahan Christian menghapus jejak air mata yang ada di pipi Elle.
"Kenapa ayah sangat tega membiarkan Zara menari dengannya?" tanya Elle sambil menangis lebih kencang lagi dan memeluk tubuh Christian. Christian tidak menjawab pertanyaan Elle. Ia lalu memeluk dan menenangkan Elle. Perlahan tangisan Elle tidak lagi terdengar, ya dia tertidur di pundak Christian.
"Kau harus kuat, Elle," kata Chris lalu mencium kening Elle.
Christian lalu membaringkan Elle di tempat tidurnya. Menyelimuti Elle dengan selimut. Kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.