Chereads / The Princess Man / Chapter 13 - Chapter 12: Hurt Her, Again!

Chapter 13 - Chapter 12: Hurt Her, Again!

AUTHOR'S POV

Elle masih bertanya-tanya tentang kedatangan Eric hari ini sembari melangkahkan kakinya menuju istana. Ia menyusuri tiap sudut istana.Saat sampai di ruang makan, Elle melihat Zara mencium Eric di sudut meja makan. Elle terpaku di tempatnya berdiri saat ini. Seketika itu juga ia merasakan sekujur tubuhnya lemas dan sesuatu menusuk ke dalam hatinya. Tanpa disadari olehnya setetes air jatuh dari pelupuk matanya. Eric mendorong Zara hingga jatuh ke tanah.

"Elle, ini tidak seperti yang kau lihat." Eric berjalan ke arah Elle berusaha menjelaskan kejadian barusan. Namun belum sempat Eric mendekatinya, Elle sudah lebih dahulu membalikkan badannya berjalan meninggalkan ruangan itu.

"What the hell, Eric!" umpat Zara pada Eric.

"Jangan pernah coba-coba melakukan hal itu lagi! Aku tak pernah memiliki perasaan apapun padamu. So, stop teasing me!" Eric meninggalkan Zara.

---------------

Elle berjalan menuju kamarnya.

"What happen?" Chris menghentikan langkah Elle dengan memegang pergelangan tangannya.

"Leave me alone, please!" pinta Elle. Chris perlahan melepaskan genggamannya tersebut. Chris tahu betul bahwa tatapan yang diberikan Elle saat ini, merupakan tatapan yang sama saat di resto waktu itu. Elle masuk lalu mengunci pintu kamarnya.

"Elle, wait Elle. We need to talk." Eric setengah berlari saat melihat Elle menutup pintu kamarnya.

"Elle please give me a chance to explain. I know..." Belum sempat Eric menyelesaikan kata-katanya. Christian memotong.

"Sir, can you just leave her alone?"

"It's none of your business," ucap Eric kesal.

"Did you realize? You hurt her, again. For the second time." Christian menatap kesal ke arah Eric.

"I knew it. Make sure she's okay." Eric pergi meninggalkan pintu itu, berjalan gontai menuju ke luar.

Elle mengurung dirinya seharian di kamar. Ia bahkan tidak makan dan minum.

"Non, ini bibi bawakan makanan kesukaannya non. Ayo non makan ini udah malam, nanti non sakit" ucap Rose, kepala pelayan yang sedari Elle kecil sudah mengabdi untuk keluarganya.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Tidak berapa lama King Edmund dan Queen Emma datang menghampiri kamar Elle.

"Gimana Elle sudah mau membukakan pintu?" tanya King Edmund cemas.

"Sedari tadi, Nona belum mau membukakan pintunya tuan," jawab si kepala pelayan.

"Elle, please open the door! At least you have to eat something," pinta King Edmund.

Elle tetap tidak menjawab.

"Apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai dia tidak mau keluar kamar? Apa dia masih marah dengan kejadian waktu itu?" tanya King Edmund dengan ekspresi khawatir.

"Sebenarnya ini ada kaitannya dengan Prince Eric dan Princess Zara," Ucap Christian.

"Zara, bagaimana bisa?" Queen Emma terlihat kaget dengan perkataan yang dilontarkan Christian.

Eric mulai menjelaskan apa yang terjadi pada King Edmund dan Queen Emma.

"Jadi setelah Princess Elle berlari dari dapur Prince Eric mengejarnya. Tidak lama setelah itu aku melihat Princess Zara juga keluar dari dapur dengan muka yang kesal," terangnya.

'Apakah Zara mencoba untuk merebut Eric dari Elle?' batin King Edmund

"Aku akan tanyakan apa yang terjadi pada Zara." Queen Emma mencoba menenangkan King Edmund.

"Okay, Christian. Make sure Elle eats her dinner. Malam ini saya dan Queen Emma akan pergi untuk perjalanan bisnis, sampaikan pada Elle," ujar King Edmund.

"Yes, Your Majesty," ucapnya seraya membungkukkan badan.

King Edmund dan Queen Emma lalu pergi meninggalkan tempat itu. Sementara itu, Chris mengambil alih troli makanan.

"Biar saya saja yang membujuknya" ucap Christian pada Rose. Rose lalu kembali ke tempatnya.

"Elle, it's me Chris. Please open the door."

Suara kunci otomatis dari pintu berbunyi.Christian kemudian masuk lalu menutup pintunya kembali. Dilihatnya Elle terbaring di kasur.

"Hey, udah agak enakan?" Chris duduk di pinggir kasur.

Elle lalu bangkit dari tidurnya kemudian duduk. Sekarang posisi keduanya saling berhadapan satu sama lain.

"Muka kamu keliatan pucat dan sembab Elle, sebaiknya kamu makan dulu." Christian lalu menyiapkan makanan yang ada di troli.

"Aku gak laper."

"Aku gak mau lihat kamu sakit. Kalo kamu mau kamu bisa cerita sama aku tentang masalah kalian." Christian kembali duduk di pinggir kasur sambil menempatkan tangannya di pipi Elle. Keduanya sekarang saling melempar tatap.

Elle lalu bersandar pada bahu Christian. Chris membelai rambut Elle.

"Zara mencium Eric, dia sengaja melakukannya saat melihat diriku datang." Christian tidak berkomentar ia terus membelai rambut Elle.

"Aku... Aku tak tahu kenapa seketika itu juga hatiku terasa dihujam ratusan anak panah yang beracun..." Tangis Elle pecah kembali, Christian membawa Elle dalam pelukkannya.

" Aku sayang sama kamu, Chris. Tapi aku juga masih sayang sama Eric. Maafin aku. Aku tahu, aku egois." Elle menatap dalam ke mata Chris.

"Kau tidak seharusnya berlama-lama disini. Ayah akan marah." Elle terlihat gelisah.

"Sepertinya tidak." Christian memegang dagu Elle sambil tersenyum.

"King Edmund memberitahuku bahwa malam ini dia akan pergi bersama Queen Emma untuk perjalanan bisnis." Jelasnya pada Elle.

"What? Dia pergi bersama pelacur itu? Bahkan dia belum mengucapkan kata maaf atau pun sekedar menjelaskan yang terjadi waktu itu." ucap Elle dengan nada kecewa dan marah. 

Chris terdiam. 

Akhirnya Elle dan Christian menghabiskan sepanjang malam yang ada bersama di dalam kamar. Christian berusaha membuat Elle kembali ceria dengan atraksi-atraksi konyolnya.

CHRISTIAN'S POV

"Kau konyol sekali tahu..." dia kembali tersenyum.

"Aku senang kau kembali tertawa riang," kataku pada Elle.

"Thanks, Chris. Makasih udah mau ngehibur aku." Elle lalu mendaratkan sebuah ciuman di pipiku.

"Well, sebaiknya kau tidur sekarang Elle." aku mengusap kepalanya.

"Umh, okay. Goodnight Christian." Aku menyelimuti badannya dengan selimut.

"See you tomorrow Elle. Goodnight too and have a nice dream." aku berjalan menuju pintu lalu mematikan lampu kamarnya.

***************

Keesokan harinya aku mendengar teriakan yang berasal dari kamar Elle. Segera kubuka pintu kamarnya. Kulihat Elle mengejang di atas tempat tidurnya.

"Elle, sadar Elle!" Ku tepuk-tepuk pipinya agar ia sadar.

"Ahh..." Elle tersadar dari mimpinya itu matanya membelalak sekujur tubuhnya berkeringat. Ia lalu mengalungkan tangannya di leherku lalu memelukku erat.

"What's going on?" tanyaku padanya.

Masih dalam keadaan memelukku, ia kemudian menangis.

"Aku... Aku bermimpi tentang ayah." Ia bercerita sambil sesegukan.

"Dalam mimpi aku melihat ayah, mengucapkan selamat tinggal, katanya ia akan pergi jauh dan tak pernah kembali. Apakah itu sebuah pertanda Chris?" Elle bertanya padaku sambil memberikan tatapan yang sangat menyedihkan.

"Sudahlah lebih baik sekarang kau telfon ayahmu. Agar perasaanmu lebih tenang," saranku padanya.

"Baiklah aku akan menelfonnya sekarang."

Elle lalu mencoba untuk menghubungi ayahnya. Dari ekspresi yang tersirat dari wajahnya seperti ayahnya tidak bisa dihubungi.

"Bagaimana?" tanyaku.

"Sekretaris kerajaan bilang katanya ayah tidak bisa di ganggu dulu saat ini, ia sedang ada pertemuan," Terdengar dengan jelas nada kecewa dari cara Elle memberitahuku.

"Sudahlah, yang penting kau sudah tahu bukan bahwa dia baik-baik saja. Kau bisa menghubunginya lagi lain waktu," aku berusaha menghiburnya.

"Ya kau benar, baiklah sekarang ini aku akan mandi dulu," Elle lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Aku tidak beranjak dari kamarnya ingin mengetahui bagaimana reaksinya.

"Hey, kenapa kau tidak keluar. Oh lord. Keluarlah Christian," Ia tersenyum sambil mendorongku keluar kamar.

"Baiklah-baiklah, mandi yang wangi ya!" ujarku bercanda.

Dia tidak menghiraukan perkataanku dan langsung mengunci pintu kamarnya.