AUTHOR'S POV
Seberkas cahaya mulai menembus celah-celah gorden. Elle terbangun dalam keadaan yang berantakan. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Hari ini dia akan berkunjung ke makam ibunya, Queen Catherine Bowes. Setelah selesai membersihkan diri ia memakai shift dress nya yang berwarna putih. Elle mengepang rambutnya ke samping, dengan menyisakan rambut di pinggir-pinggir kepalanya, lalu memoles bibirnya dengan warna merah gelap.
Bunga yang dimintanya, telah siap di atas kasur. Ya, bunga itu merupakan bunga kesukaan ibunya. Mawar merah itu diambil dari taman bunga peninggalan ibunya yang berada di halaman depan istana.
Mobil pun melaju menuju makam keluarga Kerajaan Briterra. Elle melangkah kan kakinya menuju pusara ibunya.
Queen Catherine meninggal akibat sebuah kecelakaan. Saat itu Elle yang masih berumur 10 tahun, King Edmund dan Queen Catherine sedang berlibur di perkemahan pribadi milik mereka. Saat perjalanan pulang menuju Istana, tiba-tiba saja mobil yang mereka tumpangi tergelincir lalu terperosok ke dalam jurang.
Tubuh Elle dan Queen Catherine terpental keluar dari mobil. Catherine memeluk erat tubuh Elle. Melindunginya dari benturan yang terjadi, sampai kepala Catherine terbentur sebuah batu yang besar dan tajam.
Beberapa saat kemudian tim evakuasi datang dan menemukan Elle kecil yang menangis hebat, melihat ibunya tak sadarkan diri dengan kepala yang berdarah. Catherine pun dilarikan ke rumah sakit kerajaan.
Tim dokter di sana mencoba dengan keras untuk menyelamatkan Catherine. Namun, kehendak berkata lain. Catherine meninggal saat operasi, akibat gegar otak serta pendarahan hebat di otaknya.
Elle menatap nisan itu, menatap nama ibunya yang terukir di sana.
In A Vault
Beneath this marble slab
Are deposited the remains
Of
A beloved Wife & Mother
Catherine Bowes Queen of King Edmund Hoult
1977-2009
"Missed more than words can say"
Begitu lah yang terukir dalam nisan tersebut
"Mom, it's me. Dalam beberapa hari lagi, dad bakal nikah sama Emma. Aku berharap pernikahan itu gak terjadi, andai aja mom masih ada di sini. Andai mom waktu itu gak ngorbanin diri buat aku. ", ucap Elle sambil meneteskan air mata yang sudah tak dapat dibendungnya lagi.
"Mom, anaknya Emma, itu adalah Zara. Musuh aku yang pernah aku ceritain ke mom waktu itu. Rasanya aku ingin pergi saja ke tempat yang jauh mom, daripada harus tinggal serumah dengannya", katanya sambil mengusap nisan itu.
Elle pun menumpahkan segala keluh kesahnya di depan nisan ibunya. Lalu beranjak dan meninggalkan buket bunga mawar merah yang ia bawa saat matahari mulai naik tepat di atas kepala. Elle sangat suka menghabiskan waktunya untuk bercerita di depan nisan ibunya. Terutama untuk momen-momen penting seperti saat ini.
CHRISTIAN'S POV
Elle bersimpuh di samping makam ibunya, menaruh buket bunga itu di atas pusara ibunya. Ku lihat, Elle mulai bercerita tentang segala sesuatu yang terjadi padanya sambil perlahan-lahan meneteskan air mata.
Ya, aku ingat kematian dari Queen Catherine menggemparkan seluruh dunia. Banyak orang yang berspekulasi itu bukanlah hanya sebuah kecelakaan biasa. Kepergiannya yang tiba-tiba menimbulkan tanda tanya besar bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap penjuru dunia berkabung atas kematiannya.
Aku sering melihatnya di televisi saat berkunjung ke berbagai panti asuhan yang ada di berbagai belahan dunia. Ia merupakan orang yang dermawan dan sangat perhatian terhadap kalangan bawah. Semua orang sangat menyukainya.
Kepergian Queen Catherine untuk selama-lamanya tentunya merupakan pukulan yang sangat mendalam bagi semua orang.
Di hari saat ia dimakamkan aku melihat Elle di gereja itu. Dengan wajah yang lusuh dan sangat terpukul akan kepergian ibunya itu. Aku berada di gereja itu untuk menemani King Harry.