ELLE'S POV
Aku melangkahkan kakiku menuju restoran itu. Dengan memakai dress hitam selutut beraksen bunga-bunga. Dengan rambut yang kubiarkan terurai.
"Selamat Datang, nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan pria itu padaku.
"Ya, reservasi private room atas nama Eric Fritzhart."
"Baiklah, lewat sini nona. Mr. Fritzhart telah menunggu anda di dalam." Pelayan itu mengantarku menuju lift, lalu menekan tombol ke lantai tertinggi dari gedung ini.
Ia lalu membukakan pintu ruangan tersebut.Mataku terbelalak melihat dekorasi dan suasana ruangan ini.
'Candle Light Dinner!!' batinku.
Bunga mawar yang ada di atas meja. Lilin-lilin kecil yang disusun di lantai membentuk "love". Bau dari ruangan yang begitu menenangkan. Dan alunan instrument lagu ini, " A thousand years". Lagu yang sering kita mainkan bersama.
'Kenapa kau melakukan semua ini, Rick!' batinku.
Ku lihat Eric tampil menawan dalam balutan jas itu.
"Hey Elle, you look gorgeous! Have a seat," katanya sambil menarik kursi untukku.
"Thank you!"
"Your welcome," balasnya kemudian duduk dikursi yang tepat berada di depanku.
Lalu pelayan itu menuangkan wine ke dalam gelas kami berdua.
"Cheers," Eric mengangkat gelas miliknya.
"Cheers," balasku. Kedua gelas kami saling berdentingan.
"Ternyata kau masih mengingat lagu ini ya," ucapku lalu meneguk wine yang ada.
"Tentu saja, ini kan lagu kita berdua. Bagaimana bisa aku melupakannya. Sudahlah ayo kita makan dulu," ujarnya.
Kami pun makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hanya alunan musik yang terdengar. Setelah kami selesai makan, Eric tiba-tiba meletakan tangannya di atas tanganku kemudian menggengamnya.
"Elle, maafkan aku atas kejadian 3 tahun lalu." Ia memberikan tatapan penyesalannya padaku.
"Aku sudah melupakan hal itu, Rick," kataku seraya menarik tanganku dari genggamannya.
"Aku pergi setelah kelulusan karena aku akan dijodohkan dengan putri Alicia Yoke. Maka dari itu aku diminta untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan denganmu, Elle. Maaf, maafkan aku karena tak pernah memberitahu mu akan hal itu." Matanya tak pernah berpaling dariku. Terlihat dengan jelas sorot penyesalan dari sinar matanya.
"Lalu kenapa kau kembali lagi kesini? Apakah tidak cukup bagimu untuk membuat hatiku terluka hingga saat ini? Untuk apa juga kau mengajakku malam ini dengan suasana romantis seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu langsung saja terucap dari mulutku. Aku kemudian bangkit dari kursi dan menjauhi meja makan.
Perlahan-lahan air mataku jatuh tak terbendung, membasahi pipi ini. Segala luapan emosi dan tanda tanya besar yang selama ini menghantuiku keluar begitu saja.
Kurasakan Eric memelukku. Terasa begitu nyaman dan damai. Perlahan rasa amarah itu mereda menjadi perasaan rindu akan pelukan dan genggamannya.
"Elle, maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk menyakitimu lagi. Maafkan jika perbuatanku sangat melukaimu. Aku kembali kesini karena aku mencintaimu Elle, sungguh sangat mencintaimu. Aku ingin memperbaiki semuanya Elle. Aku ingin kembali bersamamu." Ia memelukku erat lalu menghapus air mataku.
"Aku tidak bisa Rick. Jujur aku masih mencintaimu. Lagi pula kau sudah bertunangan bukan. Aku tak ingin jadi perusak hubungan orang. Thanks for the dinner. Good bye Rick!" kataku seraya meninggalkannya.
"Aku menolak pertunangan itu pada hari pertunanganku Elle," teriaknya padaku.
Aku dengan cepet melangkah ke dalam lift diikuti Christian. Lalu tiba- tiba aku terjatuh.
"Apakah anda baik-baik saja miss?" tanya Christian padaku sambil membantuku berdiri.
"Aku baik-baik saja," ucapku seraya mencoba untuk bediri.
"Aww!!" teriakku.
Ternyata kakiku terkilir.
"Maaf miss, saya melakukan ini, kaki anda terkilir," katanya sambil menggendongku ala Bridal style.
Tentu saja aku cukup kaget saat Chris menggendongku. Aku dapat dengan jelas menatap wajahnya yang tegas itu. Aku cukup terhipnotis dengan tatapannya tersebut.
'Kenapa aku jadi deg-degan gini,' batinku.
Seluruh pasang mata memperhatikan kami berdua. Bagaimana tidak,saat mencapai lantai dasar, 2 pengawal lainnya sudah menunggu di samping lift.
----- Sesampainya di istana-----
Aku memasuki kamarku dan langsung mengunci pintu rapat-rapat. Aku membuka kembali album itu. Album yang berisi kenanganku bersamanya.
AUTHOR'S POV
Setelah makan malam itu, hati Elle terasa sakit sekali seakan - akan sebuah luka yang sembuh itu kembali terbuka. Tergores oleh kenangan lama. Sesampainya di istana Elle mengunci dirinya di kamar. Dibukanya kembali album itu, album yang berisi semua kenangan bersama Eric. Perlahan-lahan air mata kembali membasahi pipinya. Lalu ia tuliskan semua perasaan itu dalam sebuah buku catatan.
Dalam ruang yang sunyi ini aku menjerit.
Menjerit dalam tangisku.
Mengingat caramu meninggalkanku.
Pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun.
Kau pun kembali.
Bagaikan pisau yang menggores luka.
Meraih kembali jemariku.
Mencoba kembali tuk menggenggamnya.
Memberikan ku kenyaman sekaligus menggores luka.
Rasa senang dan sedih berbaur menjadi satu.
Senang melihatmu kembali.
Sedih mengingat kau pergi tinggalkanku.
Tahukah kau betapa hancurnya aku.
Betapa sakitnya aku.
Betapa terpuruknya diriku.
Luka ini masih ada.
Perlahan mencoba untuk sembuh.
~Elle~
Setelah selesai menulis puisi tersebut Elle pun tertidur di meja belajarnya dalam keadaan masih memegang pena.