Chereads / JELAGA / Chapter 5 - Sebuah Penawaran

Chapter 5 - Sebuah Penawaran

"Apa kau gila?!" Rick terkejut mendengar ide gila yang terlontar dari mulut Zka.

"Tidak. Aku sudah memikirkannya baik-baik, Rick." Zka tersenyum yakin.

"Tapi dia Eldo Skyler Zhang. Pemilik J Club. Penguasa Region Selatan. Kau tidak tahu seberapa berbahayanya dia. Kenapa kau harus mencari masalah dengan meminta bantuannya?" Rick tidak habis pikir dengan jalan pikiran Zka. Bisa-bisanya gadis itu berniat meminta pertolongan pada seorang pria seperti Eldo.

"Tapi dia sepertinya baik. Dia pernah menolongku dua kali. Aku rasa tidak masalah jika ia menolongku satu kali lagi."

"Aku hanya tidak ingin kau terlibat masalah dengannya." Rick menggeleng lemah. Meski dirinya baru bekerja selama satu tahun di J Club, tapi dia sudah cukup mengenal seluk-beluk kehidupan di dalam sini.

"Memangnya masalah seperti apa yang mungkin muncul?" tanya Zka naif.

"Kau tidak pernah tahu masalah seperti apa yang bisa dibawa seorang pria seperti dirinya ke dalam kehidupanmu yang tenang."

"Aku rasa kau terlalu berlebihan, Rick."

"Terserah padamu saja. Tapi jika suatu saat terjadi hal yang tidak kau inginkan, jangan bilang aku tidak pernah memperingatkan dirimu."

***

Eldo berjalan keluar dari ruang pribadinya, dan sedikit terkejut melihat gadis penyanyi itu sedang berjongkok tidak jauh dari depan pintu ruangannya.

"Sedang apa kau di sini?"

Zka mengangkat wajahnya. "Menunggumu."

"Untuk apa?"

"Apa kau sibuk? Bisakah aku meminta waktumu sebentar?"

Eldo terlihat berpikir sebentar. "Ikut aku," ujarnya datar.

Zka mengikuti di belakang Eldo. Ternyata pria itu membawanya ke rooftop J Club. Pria itu berhenti, berdiri diam sambil memandangi langit malam.

"Kenapa mencariku?" tanya Eldo tanpa menoleh.

Zka menghela napasnya. Berusaha memikirkan bagaimana ia memulai pembicaraan ini. "Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu."

"..." Eldo menunggu dengan tenang. Menunggu Zka melanjutkan perkataannya.

"Seingatku, waktu itu kau berkata aku bisa menemuimu jika aku membutuhkan bantuan."

"Hmm." Eldo mengangguk.

"Aku rasa sekarang aku membutuhkan bantuanmu."

"Bantuan seperti apa?"

"Kau tahu aku bekerja di tempat ini karena aku membutuhkan uang yang cukup banyak. Sekarang ini aku memerlukan uang yang sangat banyak, tapi masalahnya uang itu belum terkumpul."

"Lalu?"

"Apakah boleh jika aku meminta bayaranku untuk enam bulan ke depan terlebih dahulu? Aku berjanji akan tetap bekerja di sini. Aku tidak akan melarikan diri."

Eldo menoleh. Memandangi gadis yang berdiri gugup di hadapannya. "Dan untuk apakah uang itu?"

"Ibuku berjualan roti, kami menyewa sebuah toko kecil milik kenalan kami. Sampai saat ini semua berjalan baik, hingga satu bulan yang lalu pemiliknya tiba-tiba menaikkan harga sewa tiga kali lipat dari sebelumnya. Dan hari ini, pemilik tempat itu meminta kami mengosongkan tempatnya."

Eldo tetap diam. Memberikan apa yang gadis itu minta adalah perkara kecil, tapi ada sesuatu yang perlu dipikirkannya.

Melihat Eldo hanya diam, Zka menjadi resah. Dengan ragu ia bertanya," bisakah kau membantuku?"

"Akan kupikirkan. Besok temui aku lagi di sini. Sekarang kau bisa pergi."

Meski belum mendapat jawaban pasti, setidaknya pria ini tidak langsung menolak permintaannya. Ada sedikit harapan dalam hati Zka, bahwa pria ini bisa membantunya. "Aku permisi."

Eldo memandangi Zka yang berjalan menjauh. Bibirnya menyunggingkan senyum yang terlihat mengerikan. Aku rasa, mulai saat ini kau tidak akan bisa lepas dari genggamanku. Meski sebenarnya aku belum berniat menyentuhmu, tapi sepertinya takdir berkata lain. Kau sendiri yang tiba-tiba muncul di hadapanku dan menyerahkan dirimu ke tanganku.

***

"Sudah lama menunggu?" Eldo baru saja menjejakkan kakinya di rooftop, dan ia ingin tertawa ketika melihat bahwa gadis itu sudah menunggunya.

"Belum."

"Sepertinya kau sudah tidak sabar untuk mendengarkan jawabanku." Eldo berjalan mendekat ke arah Zka menunggunya.

"..." Zka hanya diam, tidak berminat menanggapi sindiran Eldo.

Eldo berhenti tepat di hadapan Zka, memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memandangi gadis itu lekat-lekat. "Aku sudah memikirkannya, dan aku tidak keberatan membantumu."

Zka yang sedari tadi merasa terintimidasi dengan tatapan Eldo, kini berani mengangkat wajahnya. Senyum kelegaan tercetak jelas di wajahnya. "Te-"

"Aku belum selesai bicara." Eldo memotong ucapan Zka. "Aku punya penawaran yang lebih baik untukmu. Aku bisa membeli tempat itu dan memberikannya untuk ibumu, sehingga kalian tidak perlu lagi memikirkan uang sewa untuk tahun-tahun mendatang." Eldo memiringkan wajahnya, menunggu reaksi gadis di hadapannya.

Zka terkejut dengan tawaran yang diberikan Eldo. Seketika perasaannya menjadi tidak nyaman. Sepertinya ada yang janggal di sini. "Dan apa yang harus aku berikan sebagai gantinya?"

"Gadis pintar." Eldo tersenyum "Memang selalu ada yang perlu dikorbankan untuk sebuah kenyamanan, bukan? Persyaratannya mudah. Kau hanya perlu menjadi wanitaku, tinggal bersamaku, menuruti segala perintahku dan hidup ibumu akan terjamin."

"..." Zka membelalak tidak percaya. Gilakah pria di hadapannya ini? Apakah dia terlihat seperti wanita murahan yang bersedia menjual dirinya? Salahkah ia menilai? Ia kira pria ini baik, tapi ternyata dugaannya salah.

"Atau aku bisa saja memberikan gajimu terlebih dahulu dan kau tetap bekerja di sini seperti permintaanmu. Tapi aku tidak akan lagi menjamin keamananmu. Kau akan diperlakukan sama seperti para pekerja wanita yang lainnya. Dengan kata lain kau harus bersedia melayani pria mana pun yang menginginkan tubuhmu. Pilihan di tanganmu."

Zka menelan kemarahannya. "Aku tidak bisa menjadi wanitamu. Aku tidak berniat menjual diriku."

"Aku rasa kau mengambil pilihan yang salah, Nona. Ternyata kau lebih memilih melayani banyak pria daripada menjadi wanitaku. Kalau begitu silakan. Aku ingin tahu sampai kapan kau sanggup bertahan. Karena pada akhirnya, meski bukan kepadaku, kau tetap akan menjual tubuhmu pada pria lain."

"Aku tidak akan pernah menjual tubuhku!" seru Zka berang.

"Kau terlalu naif. Apa kau pikir akan selamanya dapat bertahan di tempat kotor semacam ini?" Eldo tertawa mengejek.

"Tidak selamanya aku akan hidup di tempat ini. Aku akan segera pergi dari sini."

"Bukankah kau membutuhkan pinjaman dariku?"

"Ya. Tapi setelah aku melunasinya, aku tidak akan lagi menginjakkan kakiku di tempat ini."

"Jangan sombong, Nona." Eldo menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa. "Kau tidak tahu dengan siapa kau berbicara."

"Aku tidak menyombongkan diri, hanya bicara kenyataan."

"Kau perlu tahu, sekali kau terlibat urusan denganku, maka kenyataan hidupmu akan bergantung padaku. Akulah yang akan memutuskan hidupmu selanjutnya. Jika aku ingin, aku bisa melakukan apa saja untuk membuatmu tetap terjebak di sini selama yang aku mau."

"Kau pikir dirimu Tuhan?!" sentak Zka berani.

"Bukan." Eldo mengangkat bahunya tidak peduli. "Dan sesungguhnya aku tidak peduli dengan Tuhan."

Zka terbelalak tidak percaya. "Seharusnya kau berhati-hati dengan ucapanmu ..."

"Tidak ada yang salah dengan ucapanku. Sudah terbukti jika selama ini aku selalu berkuasa mengatur kehidupan orang-orang yang berurusan denganku."

"Kau terlalu sombong." Kini giliran Zka yang menggeleng-gelengkan kepalanya. "Suatu saat Tuhan akan menghancurkan keangkuhanmu."

"Jangan membuatku kesal! Berhenti menyebut tentang Tuhan di hadapanku! Pergilah, aku muak melihatmu! Kau seharusnya merasa beruntung karena aku menawarkan posisi terhormat untukmu sebagai wanitaku. Dasar tidak tahu diri!"

Zka memandang tajam tepat ke mata Eldo, sebelum berbalik menjauh ia berujar, "di mana letak kehormatan seorang wanita yang menjadi pelacur?"

Rahang Eldo berkedut menahan amarah. Sudah lama tidak pernah ada yang berani menentangnya, apalagi menyinggung tentang Tuhan. Ia begitu benci ketika seseorang menyebut-nyebut tentang Tuhan di depannya. Baginya, selama ini Tuhan tidak ada baginya.

Kau akan menyesali keputusanmu. Akan kupastikan kau akan menangisi hidupmu yang malang ...

***

--- to be continue ---