Haruoupun membawaku ke ruangan sebelahnya yang ternyata memiliki pintu yang tersambung dengan ruangan ini agar yang berada di sini tidak perlu sulit-sulit untuk keluar terlebih dahulu untuk ke ruangan sebelah. Begitu aku melihat ruangan apa itu aku langsung mengerti dengan alasannya. Itu karena ruangan di sebelah adalah dapur sekaligus ruang makan bersama yang Haruou ceritakan kepadaku sebelumnya. Disini juga ada toilet dan kamar mandi yang mungkin di gunakan saat ada gangguan di unit apartemen mereka atau saat mereka berada di area bawah. Ruang makan sekaligus dapur ini juga tersambung lagi dengan ruang lain yang ternyata adalah gym dengan fasilitas yang sangat lengkap. Sepertinya tempat ini juga sangat sering di gunakan. Aku bisa dengan mudah menebak hal ini karena ada beberapa jaket yang bau keringat tampak tergantung di gantungan pakaian dan beberapa botol minum yang tampak hampir habis terletak di atas meja di depan sebuah bangku yang di gunakan untuk istirahat. Gym ini juga dilengkapi dengan toilet, shower dan ruang ganti agar lebih efisien.
Haruou membawaku keluar dari ruang Gym dan membuka pintu di ruangan sebelahnya. Ruangan itu ternyata adalah salah satu tempat favoritku perpustakaan!! Ada berbagai macam buku yang di simpan dalam rak dan lemari di ruangan ini!! Selain itu ada pula buku-buku langka yang belum pernah kubaca sebelumnya!! aku ingin membaca semuanya!!
"Haruou! Berapa banyak buku di sini?!! Tempat ini penuh sekali!!"
"Ada sekitar seribu lima ratus buku fiksi dan non fiksi di sini, kudengar nona mahasisiwi kedokteran kan?"
Aku mengangguk mendengar pertanyaan Haruou, diapun membawaku pada area membaca di ruangan itu dan menunjuk sebuah rak.
"Ini adalah rak berisi buku langka yang dikumpulkan nona Adara semasa beliau masih hidup. Rak ini semuanya berisi buku-buku kedokteran yang akan sulit ditemukan. Nona Adara membelinya di tempat lelang dan memasukannya kedalam rak khusus ini agar kondisinya tetap terjaga."
Mendengar hal itu aku tersenyum tipis, bahkan sampai akhirpun kakak masih memikirkanku. Tapi aku bahkan belum sempat untuk menangisi kepergiannya dengan benar.
"Haruou, bisa kita kembali? Aku mau minum."
Mendengar perkataanku Haruou mengangguk dan membawaku ke ruang makan bersama kembali. Aku membuka kulkas berniat mengambil segelas air dingin untuk mendinginkan tubuhku namun apa yang kutemukan mengejutkan. TIDAK ADA SATUPUN BAHAN MAKANAN DI DALAM KULKAS DAN LEMARI KECUALI MAKANAN RINGAN DAN MAKANAN INSTAN!! APA-APAAN INI!! BAHKAN TELUR YANG PALING MUDAH DI MASAK SAJA TIDAK ADA!!
"Haruou… kapan terakhir kali kalian belanja?"
Haruou tampak menelan ludahnya sendiri mendengar nada suaraku yang sekarang bukan hanya datar namun juga terdengar dingin.
"Minggu lalu nona, kami sering kali makan di luar atau makan makanan instan. Tidak ada yang memasak semenjak nona Adara tiada."
Mendengar perkataan Haruou aku khawatir dengan keadaan ini. Mereka memakan itu semua sementara aku sibuk mengurus semua pekerjaan yang Adara tinggalkan untukku yang masih bisa menyempatkan diri untuk memasak?!! Aku tidak bisa terima!! Apalagi ada anak remaja yang masih dalam masa pertumbuhan yang tinggal di sini!! Jadi ini alasan Mas Aksa tidak mengizinkanku untuk berkeliling sendiri?!! Akan ku omeli kakak iparku itu nanti!!
Aku menghela nafas mencoba menenangkan pikiranku sebelum kemudian mengetik memo pada sebuah ipad yang terpasang di kulkas.
'Kalau Mas baca ini itu artinya aku masih beli bahan makanan di super market terdekat. Aku bakal omelin mas ketika aku pulang nanti dan JANGAN MENGHINDAR ngerti?'
–Aileen-
Sementara itu di tempat lain Aksa tiba-tiba merinding merasakan sesuatu yang buruk sepertinya akan segera menimpanya.
***
Aku meminta Haruou mendata apa saja bahan makanan yang habis sebelum kemudian pergi ke lantai delapan menuju unit nomor 88 yang akan ku tempati untuk meletakkan Luna. Sesampainya di sana aku menyusuri lorong dan mulai mencari pintu apartemen yang di maksud. Setelah menemukannya aku membuat kata sandi baru pada pintunya dan pintu itupun terbuka. Ketika aku masuk ruang tamu dengan interior yang tampak sangat modern menyapaku. Dan sebuah piano tampak dengan jelas terpajang pada salah satu ujung ruangan. Luna tampak kegirangan di keluarkan dari kandangnya dan mulai berlari kesana kemari di ruang tamu. Pandangankupun langsung mengarah pada sebuah ruangan yang terbuat dari kaca. Haruou menjelaskan kepadaku sebelumnya kalau ada ruangan khusus untuk Luna di apartemenku. Ruangan itu di lengkapi oleh rumput, kolam untuk berendam, tempat makan dan pohon untuk Luna panjati. Akupun mengangkat Luna dan meletakannya kedalam tempat tinggal barunya. Luna tampak senang dan langsung berlarian di dalam rumah barunya. Akupun menata barang-barang Luna tepat di bawah pohon dan keluar kembali untuk membereskan barang-barang di koperku kedalam kamarku.
Setelah sedikit berkeliling aku menemukan kalau apartemen yang kutempati ini ternyata juga memiliki ruang kerja sekaligus perpustakaan yang penuh berisi berbagai macam buku terutama buku kedokteran dan novel yang bisa ku baca disaat waktu senggang, aku juga menemukan kalau aku bisa melihat ruangan Luna dari beberapa ruangan karena memang sengaja di buat dari kaca. Dengan begini aku bisa mengawasi Luna kapanpun bahkan sekalipun aku agak sibuk dan Luna tidak akan tiba-tiba melompat kearahku ketika sifat jahilnya kumat. Ada lift juga untuk ke lantai dua dari unit apartemenku yang kupertanyakan kenapa harus ada mengingat ada tangga juga di sebelahnya namun aku tidak sempat memeriksa lantai atas dan memutuskan kembali ke lantai nol setelah membereskan pakaianku kedalam walk in closet.
Begitu sampai di lantai nol aku kembali ke ruang makan menemukan Haruou masih berada di sana dan memberiku list daftar barang belanjaan yang harus kubeli, aku memeriksa semuanya dan mengeceknya tiga kali agar tidak ada yang tertinggal. Aku mengetik memo di handphoneku menambah bahan makanan yang tidak ada dalam list yang dibuat Haruou namun akan kubutuhkan sementara Haruou kusuruh kembali untuk berjaga di depan. Tiba-tiba suara pintu ruang makan di buka dan suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan. Aku melihat seorang laki laki berambut hitam dan tampak memakai pakaian serba hitam masuk kedalam dapur dan dengan santainya mengambil air putih dari dalam kulkas setelah duduk di atas kursi sambil meminum air yang dia ambil tadi. Aku melirik kearahnya sesaat sebelum kemudian melanjutkan kembali untuk menulis daftar belanjaan di note handphoneku.
Laki-laki itu sepertinya menyadari keberadaanku tapi dia hanya minum saja tidak mencoba bertanya kenapa aku bisa ada di sini, entah karena Mas Aksa sudah memberitahu yang lain tentang kedatanganku dan memberi tahu semua orang tentang kondisi khusus yang kumiliki atau dia sangat percaya kepada Haruou untuk menjaga apartemen dari penyusup dan menganggapku bukan ancaman karena itu Haruou membiarkanku masuk.
Setelah selesai menulis semua yang harus kubeli aku mengambil dua tas tote bag berukuran cukup besar untuk belanja dan pergi melawati laki-laki berpakaian hitam itu setelah mengucap permisi kepadanya terlebih dahulu dan pergi ke luar apartemen.
***
Sekitar dua puluh menit aku berjalan ke sebuah supermarket dimana Reyna biasa bekerja part time, aku sangat sering berbelanja kesana jadi aku sudah mengenal dengan baik beberapa pegawainya. Akupun mulai mencari bahan- bahan yang harus kubeli dan memasukannya kedalam keranjang belanjaan yang sudah tersedia disana. Aku memilih milih daging, sayuran dan bumbu yang akan kugunakan untuk hari ini dan besok. Aku berencana untuk belanja lagi besok untuk membeli bahan makanan untuk seminggu. Aku tidak mungkin bisa membeli terlalu banyak bahan makanan dan membawanya sendiri ke apartemen ketika aku bahkan tidak membawa mobil atau motor. Aku akan kembali lagi untuk memenuhi kulkas nanti, mungkin meminta salah satu penghuni apartemen untuk mengantarku bukan ide yang buruk. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi hingga mobil Mas Aksa berada di tempat reparasi selama seminggu dan membuatku tidak bisa meminjamnya, saat aku bertanya pada Haruou dia hanya tertawa hambar dan berkata kalau salah satu penghuni apartemen menjadikan mobil Mas Aksa sebagai kelinci percobaannya.