Chapter 8 [Part 2]
Herry mengejar Chelsea dan Jessica membayar pesanan mereka sebelumnya, meskipun membayarnya dengan uang Chelsea yang ditaruh di atas meja.
Meskipun berjalan, Chelsea sangat cepat sampai ia menabrak orang-orang yang berlalu-lalang. Setelah itu, akhirnya Herry bisa mengejar Chelsea yang berhenti di jalan penyebrangan. Chelsea hanya menunduk, Herry mencoba memanggilnya berkali-kali tapi ia tidak mendengar.
Tiba-tiba, Chelsea ambruk. Pandangannya mulai kabur, orang-orang di sekitarnya pun panik dan terkejut terutama Herry, ia pun di gendong oleh Herry dan di bawa ke suatu tempat, sampai akhirnya, Ia tidak sadarkan diri.
***
Beberapa saat kemudian, mereka berada di rumah sakit. Chelsea memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Herry.
"I-Iya."
Di depan ruangan Julio dirawat. Ada ellie yang terus menunduk dan juga Jessica yang sedang menangis.
"A-Ada apa?" tanya Chelsea.
Namun mereka diam. Tidak ada satupun yang berani berbicara.
"Kak Jessica, ada apa?"
Jessica hanya menangis, ia tidak bisa menjawab pertanyaaan Chelsea, Chelsea pun menoleh perlahan ke arah Ellie.
"Kakakmu… seseorang menyusup ke ruangan Julio saat aku ke kamar mandi... Dia… Dia menyuntikan sesuatu yang membuat Julio…"
Tubuh Chelsea gemetar, kakinya tidak kuat lagi untuk berjalan, ia perlahan mendekati pintunya. Ia membuka pintunya, kakinya lemas hingga ia berlutut. Ia melihat Julio yang terbaring… dengan kain putih yang perlahan menyelimuti dirinya.
"KAKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA–"
***
"AAAAAAAAAAAAA– Hah!"
Nafasnya terengah-engah, Chelsea mendapati dirinya tengah berbaring, tiba-tiba pintu terbuka.
"Chelsea! Kamu tidak apa-apa?" tanya Herry
"Aku… dimana?"
"Kamu dirumah sakit, tempat Kakakmu dirawat."
Mendengar kata 'Kakak' membuatnya gemetaran kembali. Ia mencoba turun dari ranjangnya, namun ia terjatuh.
"Chelsea! Kamu tidak boleh bergerak dulu… kamu masih perlu istirahat loh,"
"Kakak… hiks… Kak Julio sudah…"
"Hei, tenangkan dirimu dulu."
"Bagaimana aku bisa tenang jika Kakak ku sudah tiada!"
Chelsea menangis dengan sangat keras sambil menyebut Kakaknya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Herry bila Chelsea sudah seperti ini. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya tenang hanyalah dia.
Herry memegang tangan Chelsea. Chelsea masih menunduk. Namun, Herry mencoba menarik tangan Chelsea seperti menyuruh Chelsea untuk bangun.
"A-Aw! Apa yang kamu lakukan!?"
"Sudahlah... Ikut saja denganku."
"Kemana?"
"Kita temui kakakmu."
"Apa!? Tidak… aku tidak mau!"
Namun Herry tetap memaksa Chelsea untuk ikut dengannya. Herry menariknya, Chelsea terus membebrontak agar bisa terlepas dari genggaman Herry, tapi ia tidak bisa. Ia tidak punya cukup tenaga karena pingsan sebelumnya.
"Lepaskan aku!"
Herry mengacuhkannya, teriakan Chelsea menarik perhatian orang-orang di rumah sakit, tapi Herry berusaha tidak memperdulikan sekitar, meskipun sebenarnya ia takut di tuduh melakukan hal yang tidak-tidak oleh orang lain.
Akhirnya mereka sampai di depan ruangan. Herry melepaskan genggamannya. Chelsea menatap pintu itu, ia merasa takut. Ia mencoba lari, namun ia di tangkap oleh herry.
"Buka pintu itu." ucap Herry.
"Tidak! Aku tidak bisa."
"Kenapa? Apa kamu tidak mau melihat Kakak mu?"
Chelsea terdiam. Ia merasa takut, Chelsea hanya menunduk, ia mengingat kembali saat Kakaknya di tutupi oleh kain putih.
Ia menutup matanya dan langsung berteriak "Tidaaaaaak!"
Pintu tiba-tiba terbuka. "Eh? Chelsea? Kamu kenapa?"
Chelsea pun membuka matanya dan melihat Jessica yang berada di depannya. "Kak Jessica?" tanya Chelsea.
"K-Kamu kenapa?"
"Jessica. Siapa disana?" tanya seseorang yang berada di dalam ruangan.
Suara yang Chelsea kenal, Chelsea merinding mendengar suara itu. Ia berjalan perlahan masuk ke ruangan itu. Perlahan, ia melihat sumber suara itu.
"Oh, Chelsea."
Julio, dia disana. Matanya masih terbuka, ia melemparkan senyum kepada Chelsea, Chelsea hanya mematung, apa yang ia alami sebelumnya itu hanya mimpi?
"K-Kak Julio?"
"Ya?"
Perlahan ia mendekati Julio, ia menyentuh wajahnya perlahan… Air mata Chelsea menetes.
"I-Ini… Ini… memang… dirimu… hiks… Kakaaaaak!"
Chelsea langsung memegan tangan Julio dan menangis. Julio hanya tersenyum, meskipun sebenarnya ia merasa sakit pada tangan kanannya
"Maaf, aku jadi membuatmu khawatir."
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?!"
"Maaf… aku hanya lengah sedikit."
"Siapa yang melakukan ini padamu?"
Julio terdiam, ia tidak bisa memberitahu kepada Chelsea siapa yang membuatnya seperti ini. Karena bisa-bisa Chelsea yang akan menjadi sasaran.
"Kakak!"
"Maaf, Chelsea… aku tidak bisa memberitahu mu."
"Kenapa!?"
Herry dan Jessica pun mendekati mereka.
"Chelsea, Kakakmu masih butuh istirahat." ucap Herry.
"Tapi aku–"
Jessica pun memegang pundak Chelsea.
"Chelsea, kasihan kakakmu… Kakakmu masih butuh istirahat, jadi jangan ganggu dia dulu ya." ucap Jessica dengan lembut.
"Tapi… tolong… beritahu aku, siapa yang membuat Kakak seperti ini? Aku merasa tidak tenang bila aku masih belum mengetahui siapa penyebabnya."
Tiba-tiba, seseorang masuk ke ruang Julio di rawat. Julio terlihat tidak menyukai kedatangan orang itu, Chelsea dan yang lainya hanya terdiam.
"Jessica… Tolong bawa Chelsea keluar." ucap Julio
"K-Kenapa!?"
"Aku mohon…"
"T-Tung– kenapa kak!?"
Jessica pun langsung membawa Chelsea keluar, meskipun harus memaksanya sedikit.
"Herry, temani aku."
"Tapi, Julio…"
"Tidak apa-apa, meskipun ini pembicaraan keluarga, aku ingin kau menemani ku."
Herry langsung terdiam, ia tidak bisa menolak permintaan Julio. Orang itu pun mendekati mereka.
"Lama tidak bertemu ya, Herry." ucap Orang itu.
Herry mengangguk lalu berkata "Iya, bagaimana dengan anda, paman."
"Aku? Aku merasa kurang baik akhir-akhir ini."
"Oh… begitu ya."
Orang itu pun melihat ke arah Julio, tatapan Julio langsung berubah menjadi dingin. Ia benar-benar tidak menyukai kedatangan orang itu.
"Bagaimana keadaan mu, Julio?"
"Menurutmu sendiri bagaimana, Ayah."
Ayahnya perlahan mendekati Julio. Akan tetapi, Julio melarang untuk mendekatinya, mendengar larangan Julio membuat Ayah Julio sedikit terhentak.
"Maaf…"
"Untuk apa? Kalian yang membuat ku seperti ini, kenapa kau meminta maaf?"
Ayah Julio terdiam, ia hanya melihat Julio yang sedang marah.
"Bukankah… seharusnya kalian merayakan hal ini?"
Perkataanya berhasil membuat ayahnya terluka. Ayahnya langsung mendekat dan menarik kerahnya. Herry mencoba menahan ayahnya Julio agar tidak terlalu dekat dengan Julio.
"Apa yang kamu katakan? Apa yang kamu katakan! Orang tua mana yang akan gembira melihat anaknya babak belur seperti ini! Ayah tau… Ayah salah! Ayah tau… Ayah yang membuat keluarga kita hancur! Ayah tau! Tapi…"
Pandangan mereka bertemu, Julio melihat ayahnya menangis di depan matanya. Tatapan dingin Julio pun menghilang. Herry mencoba memisahkan Julio dan Ayahnya. Ayah Julio pun melepaskan tarikannya.
"Tapi… Tidak ada yang bisa ayah lakukan, setidaknya untuk saat ini."
"(Untuk saat ini?)"
To be continue
=======================