Chapter 8 [Part 3]
"Apa maksudmu?" tanya Julio yang tidak mengerti maksud perkataan Ayahnya.
Ayahnya hanya diam saja, Ia hanya menatap Julio. Perlahan ia menghela nafas lalu berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Julio dan Herry.
"Hei! Tunggu! Apa maksud perkataanmu!"
Ia masih tetap diam sampai akhirnya ia keluar dari ruangan itu, Julio mengeratkan giginya, ia terlihat kesal dengan sikap ayahnya itu.
"Sialan!"
"J–Julio, tenanglah."
"Orang itu… aku benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya apa yang ia mau?."
***
Di tempat lain beberapa menit yang lalu, Chelsea masih meronta agar bisa terlepas dari Jessica
"Lepaskan aku!"
Karena sudah merasa jauh dari ruangan Julio, Jessica pun melepaskan genggamannya. Chelsea menatap tajam kearah Jessica, ia sepertinya marah kepada Jessica.
"Ma-maaf Chelsea."
Jessica sedikit merasa takut karena ia kembali mengingat saat Chelsea yang berubah 180° yang membuat Chelsea terlihat sedikit menyeramkan.
"Aku harus kembali!"
Dengan cepat Jessica meraih tangan Chelsea.
"Sudah kubilang lepaskan aku!"
Chelsea dengan sekuat tenaga menarik tangannya dari genggaman Jessica, namun ia tidak bisa
"(Tenaganya terlalu besar!) Chelsea... Tunggu sebentar, tunggulah ayahmu sampai keluar dari ruangan Kakakmu."
"Kau tidak mengerti! Biarkan aku kembali!"
"Chelsea… Ini permintaan dari Kakakmu, pasti ada sesuatu yang penting yang ingin ia bicarakan dengan ayahmu."
Chelsea mulai berhenti memberontak, ia takut ketika membiarkan Kakaknya bersama dengan ayahnya, ia takut kalau Kakaknya dan Ayahnya kembali bertengkar. Akan tetapi, Julio sudah menyuruhnya untuk keluar, itu membuatnya tidak bisa kembali. Ia tidak bisa melawan perintah Kakaknya. Bukan karena takut, tapi karena ia selalu menaati perkataan Julio, karena itulah ia tidak bisa membantah perintah Julio.
Jessica pun membawa Chelsea duduk. Masih terdengar suara isak nya, Jessica berinisiatif untuk mengambilkan minum di mesin penjual minuman, akan tetapi ia takut kalau Chelsea akan lari kembali keruangan Julio. Jessica pun duduk di sebelah Chelsea dan merangkulnya agar Chelsea tenang. tak lama setelah tepat di hadapan mereka, Ayah Chelsea melintas. Chelsea yang melihatnya langsung berlari menghampirinya, Ayahnya menyadari kedatangannya, ia hanya tersenyum melihat putrinya yang menghampiri dirinya.
"Ayah!"
"Ah, Chelsea. Bagaimana kabarmu?"
"Aku… tidak, apa yang ayah bicarakan dengan Kakak!"
"Bukan hal yang penting kok, Ayah cuma ingin melihatnya."
"Sungguh?"
"Tentu saja."
Tiba-tiba, suara alarm dari jam tangan ayahnya berbunyi. Ia melihat jamnya, ekspresi berubah menjadi kurang mengenakan. Ia pun mengelus kepala Chelsea.
"Chelsea… ayah harus pergi, mungkin kita akan jarang sekali bertemu… karena itu, ayah mau bilang… "
Ia pun mendekatkan kepalanya dan berbisik kepada Chelsea.
"Jaga Kakakmu… ya."
Chelsea hanya terdiam, ia merasa bingung dengan ayahnya yang tiba-tiba berkata seperti itu. "(Kenapa ayah berkata seperti itu? Bukankah ayah dan yang lainnya tidak menyukai Kakak?)" Pikir Chelsea.
Setelah itu, Jessica dan Chelsea kembali ke ruangan Julio. Julio sedang berbicara dengan Herry, "(syukurlah, sepertinya tidak terjadi sesuatu yang buruk)" ucap Chelsea dalam hati.
Julio yang melihat Chelsea sudah kembali hanya tersenyum. Chelsea pun membalas senyumnya, tapi itu cuma sementara. Raut wajah Chelsea langsung berubah, ia terlihat marah kepada Julio. Julio yang melihat ekspresi adiknya berubah mulai merasa merinding.
"C-Chelsea… kamu baik-baik saja?" tanya Julio
Perlahan Chelsea berjalan mendekat sambil menunduk. Jantung Julio berdetak dengan cepat, ia terlihat sedikit takut ketika di dekati seperti itu oleh adiknya.
"C-Chelsea?"
"Dasar… bodoh." ucapnya pelan.
"Hm?"
Julio tidak mendengar perkataan adiknya dengan jelas. Chelsea pun menarik nafas panjang dan menahannya sebentar dan…
"DASAR BODOOOOOOOOOOH!"
Chelsea melanggar peraturan rumah sakit. Julio hanya bisa berpasrah diri, begitu juga dengan yang lain. Chelsea terus memarahi Kakaknya yang sudah masuk rumah sakit 2 kali dalam bulan ini, meski begitu, Chelsea tidak benar-benar marah, Ia merasa tenang bisa melihat Kakaknya kembali.
"Sebenarnya siapa yang membuat Kakak seperti ini?"
Julio tidak menjawab pertanyaan adiknya, ia hanya diam.
"Kakak!"
"Bukan siapa-siapa kok. Hanya… yah, beberapa berandal yang tiba-tiba mengajak Kakak berkelahi." Jawab Julio sambil tersenyum
Chelsea terlihat tidak begitu senang dengan jawaban Kakaknya. bukan karena perkelahiannya yang membuat babak belur, akan tetapi ia tidak merasa senang karena ia merasa dibohongi.
"Kamu bohong!"
Perkataan Chelsea membuat senyum Julio menghilang. Bukan karena tidak senang, tapi karena rasa bersalah. Karena, apa yang di bilang oleh Chelsea itu benar, dirinya berbohong.
"Aku tau Kakak itu tidak lemah, aku tau bela diri Kakak lebih hebat dari siapapun! Tidak mungkin Kakak akan kalah sampai dengan babak belur begini! Meskipun yang berkelahi dengan Kakak lebih dari 1 orang, tidak mungkin itu membuat Kakak sampai masuk rumah sakit seperti ini!"
Perkataan Chelsea membuat semuanya terperangah, air mata Chelsea kembali jatuh. Ia memegang tangan Kakaknya dengan erat.
"Tidak juga kok, Kakak tidak sehebat yang kamu bilang, Kakak saja masih kalah dengan Rio."
"Itu karena Kakak ragu! Kakak ragu berkelahi dengan Kak Rio karena itu teman masa kecil Kakak dan juga Aku… itu yang membuat Kakak kalah!"
Julio hanya tersenyum, ia memang sudah tidak bisa berbohong lagi di depan Adiknya. Ia pun mengelus kepalanya dengan lembut. Lalu ia berkata "Maaf… Chelsea. Yang kamu bikang memang benar. Aku sudah berbohong, tapi bukan berarti apa-apa… Hanya saja, belum saatnya kamu mengetahui hal ini. Karena… Kakak tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Maaf ya, Chelsea."
Chelsea hanya menunduk, Chelsea mengerti apa yang Kakaknya bilang. Meski begitu, ia masih tetap ingin mencari tau siapa yang telah membuat Kakaknya seperti ini...
"Aku mohon… Chelsea, jangan mencari tahu siapa dia, oke?"
Kakaknya memohon, membuatnya tidak bisa mewujudkan rasa penasarannya. Meski rasa penasaran dan kebenciannya tinggi kepada orang yang memukuli Julio, namun, ia tidak bisa membantah perkataan Kakaknya, apalagi bila Kakaknya sudah memohon seperti itu, maka ia harus menghilangkan rasa penasarannya dan kebenciannya itu.
"Baiklah kalau itu keinginan Kakak. Tapi, berjanjilah padaku… jangan seperti ini lagi, jangan membahayakan diri Kakak lagi, aku tidak mau melihat Kakak seperti ini…"
Julio pun teresnyum dan mencubit pipi Chelsea.
"Iya… maaf, Kakak tidak akan membahayakan diri lagi."
Chelsea merasa senang, ia langsung memeluk lengan kanan Kakaknya itu. Setelah itu, Jessica dan Herry pamit untuk pulang karena sudah larut malam.
"Julio, kami pamit ya, sudah malam soalnya, besok juga kami harus sekolah." ucap Herry.
"Oh begitu, kalau begitu kamu juga harus pulang, Chelsea."
"Eeeeeeeeh! Tapi aku mau disini!"
Chelsea menolak, Ia masih ingin bersama Julio. Ia masih khawatir dengan Kakaknya itu, meski begitu. Julio tetap memaksa Chelsea untuk pergi ke sekolah.
"Chelsea. Kamu itu ketua osis loh, kamu harus sekolah."
"T-Tapi… baiklah…"
Chelsea langsung terlihat murung, dengan perlahan berjalan keluar pintu. Melihat itu, Herry mencoba membantu Chelsea agar bisa tetap disini dan menjaga sahabatnya itu.
Ia pun mendekati Julio dan berbisik kepadanya "Julio… apa kamu tidak kasihan pada adikmu, dia itu daritadi mengkhawatirkan mu loh. Izinkanlah sehari untuk bersamamu, lagipula dengan tidak masuk sehari bukan berarti bisa membuat prestasinya turun loh."
"Betul, biar nanti aku yang bilang ke adikku kalau Chelsea tidak masuk besok, adikku kebetulan satu kelas dengan Chelsea." ucap Jessica yang mendengar pembicaraan mereka.
Julio hanya menghela nafas, Ia pun memanggil adiknya kembali. Terlihat air mata Chelsea yang menggenang di matanya.
"Chelsea… baiklah aku izinkan kamu tetap disini, kamu juga boleh tidak masuk sekolah besok, tapi hanya satu hari saja… besoknya lagi kamu harus masuk sekolah, mengerti."
"Yeeeeeeeeeeee!"
Chelsea pun langsung berlari dan memeluk Kakaknya tanpa pikir panjang, Julio merasa kesakitan karena tubuhnya yang sedang luka di terjang begitu saja oleh Chelsea.
"Aku menyayangimu Kakak!"
"I-Iya… s-sudah! S-Sakit!"
"Waaah! Maafkan aku!"
Herry dan Jessica hanya tertawa kecil melihat mereka berdua. Chelsea juga berterima kasih kepada Herry dan Jessica yang sudah berhasil membujuk Kakaknya itu. Di malam itu, Senyum Chelsea yang sebelumnya hilang, sifat Chelsea yang berterbalikan dengan biasanya sudah kembali normal. Semuanya kembali seperti semula. Meskipun tidak semua
Dokter datang ke ruangan Julio, ia bilang kalau dirinya sangat terkejut melihat Julio yang bisa sadarkan diri dengan cepat. Dokter juga sudah memeriksa Julio kembali, Julio dalam kondisi yang sehat, tidak ada luka dalam, hanya tangan kiri dan kakinya yang patah saja yang sedang dalam pemulihan, karena itu, Julio harus di rawat kurang lebih satu minggu. Itulah yang di bilang dokter.
***
Herry sedang menemani Jessica yang menunggu taksi.
"Herry." panggil Jessica.
"Apa?"
"Apa kamu tau, masalah keluarga Julio?"
"Kenapa kamu bertanya begitu?"
"Tidak… aku hanya penasaran."
"Begitu... Tapi, ingin tahu masalah keluarga seseorang itu tidak baik loh."
"Maaf aku tidak bermaksud begitu."
Herry tertawa kecil, tapi Jessica terlihat begitu serius. Ia benar-benar penasaran dengan masalah yang sedang dialami oleh keluarga Julio.
"Kamu kelihatannya serius sekali."
"Benarkah? Ma-Maaf kalau begitu. Hanya saja, aku melihat Julio begitu tidak menyukai Ayahnya, itu terlihat saat Ayahnya datang. Tapi, aku merasa kalau ayahnya adalah orang yang baik. Ia bilang kepada Chelsea kalau Chelsea harus menjaga Julio. Tapi, kenapa Julio terlihat tidak menyukai ayahnya, apa yang membuatnya tidak menyukai beliau?"
"Eh begitu ya, jadi dia bilang seperti itu."
"Apa kamu tahu sesuatu?"
"Entahlah, tapi lebih baik kamu tidak perlu memikirkannya lagi, itu bukan urusanmu. Kan?"
"Eh?"
Tak lama taksi pun datang, Herry pun pamit untuk pulang dan pergi kembali kerumahnya.
"Bukan urusanku, ya."
To be continue
=====================