Chapter5 [part 1]
Di kelas 11-E SMA 1. Julio memutar-mutar pulpennya dan menatap terus kedepan,menyimak pelajaran yang sedang di terangkan oleh guru, ia juga sesekali melirik ke arah jam dinding.
"5 menit lagi." ucapnya pelan
Julio hanya menatap papan tulis lalu menatap jam dinding...lagi...lagi, ia melakukan itu terus menerus selama 5 menit, Julio merasa tidak tenang dengan apa yang ia rasakan. Tak lama bel istirahat berbunyi, Julio tersadar ketika mendengar suara bel sekolah, Julio menghela nafasnya dan mencoba untuk tetap tenang.
"Oke bapak akhiri, sampai jumpa di pertemuan berikutnya dan silahkan beristirahat." ucap sang guru lalu pergi.
Julio menyandarkan tubuhnya dan menoleh ke luar jendela, rasa khawatir itu muncul kembali namun Julio mencoba untuk menyingkirkan rasa itu. Herry yang berada di belakang Julio pun merasa bingung dengan Julio, ia melihat raut wajah Julio yang merasa tidak tenang. Herry pun menepuk pundak Julio dan bertanya tentang keadaanya.
"Hey Julio, kau kenapa?" tanya Herry
"Hmm? Tidak... aku tidak apa-apa."
Herry merasa kalau ada sesuatu yang di tutupi oleh temannya. Ia pun menoleh ke tempat duduk Jessica tetapi tidak ada, sepertinya ia sudah keluar bersama Ellie. Herry pun bertanya kembali kepada Julio.
"Hey, kau yakin tidak apa-apa?"
"Sungguh aku tidak apa-apa."
"Tapi... kau terlihat sedang memikirkan sesuatu."
"Diamlah, panggil Jessica, Sophie, dan Bella. Suruh mereka berkumpul di ruang eskul sastra, aku akan memberitahu kalian soal rencana ku. " kata Julio dengan wajah serius.
Herry yang melihat wajah Julio yang serius langsung menuruti perkataan Julio, ia tau kalau wajah Julio seperti itu pasti ada yang ia khawatirkan dengan rencananya.
"Baiklah."
Herry pun langsung pergi dari hadapan Julio dan mengejar Jessica yang pergi bersama temannya, lalu menjemput Sophie. Sementara Julio hanya menatap keluar jendela saat Herry pergi.
"(Sialan)" ucap Julio di dalam hati.
Julio langsung beranjak pergi dari tempat duduknya dan menuju ruang eskul sastra.
Julio hanya menunduk saat berjalan menuju eskul sastra dan tidak menghadap ke jalan, akhirnya ia bertabrakan dengan Selvia saat menuju tangga.
"Uwah! Julio. Hati-Hatilah kalau berjalan."
"Ah,maaf."
"Kamu mau kemana?"
"Umm... itu, ada barang ku yang ketinggalan di ruang eskul, jadi aku berniat mengambilnya."
"Oh begitu. Apa perlu aku temani?"
"Tidak usah."
"O-Oh oke. Kalau begitu aku pergi dulu, daah~"
Selvia pun menuruni tangga, saat menuruni tangga ia kepikiran dengan Julio yang bersikap aneh, Selvia curiga kalau ada yang sedang Julio sembunyikan, namun Selvia mencoba menghilangkan kecurigaanya itu.
Julio pun lanjut menaiki tangga sampai lantai 4 dimana seluruh ruang eskul ada di sana termasuk eskul sastra. Julio pun membuka pintu ruang eskul sastra, ia berjalan menuju jendela dan menatap keluar jendela. Tak lama, Herry datang dengan yang lainnya.
"Herry, tutup pintunya." perintah Julio.
Herry pun menutup pintunya dan ikut duduk bersama yang lain. Julio menghampir mereka, ia memejamkan matanya lalu menghela nafas.
"Semuanya dengar, aku akan memberitahu kalian tentang rencanaku untuk membebaskan Bella dari tuduhan palsu, tujuanku dalam rencana ini adalah untuk menangkap pelaku tuduhan palsu tersebut."
Jessica pun mengangkat tangannya dan bertanya kepada Julio.
"Iya,Jessica."
"Kenapa kita butuh rencana? Bukannya kita bisa dengan mudah menangkap pelakunya?"
"Itu karena pelakunya tidak bisa kita anggap remeh, dia mempunyai bawahan yang cukup banyak, pelaku juga mudah kabur, jadi sulit untuk menangkapnya, meskipun kita melapor kepada guru, guru tidak akan bisa berpihak kepada kita tanpa bukti yang cukup."
Lalu Herry pun mengangkat tangan.
"Sepertinya kau sudah mengenal pelakunya? Siapa dia?"
"Nanti juga kau akan tahu sendiri. Apa masih ada pertanyaan?"
Julio melirik satu-satu temannya dan Sophie pun mengangkat tangan.
"Apa rencananya?"
Julio menghela nafas berat.
"Baiklah, ini rencananya."
Julio menjelaskan semua rencanannya kepada mereka, mereka diam dan menyimak semua perkataan Julio.
"Hey tunggu, kau bilang Jessica yang akan memberitahumu dan aku adalah kunci keberhasilannya? Kenapa rencanannya berubah?"
"Ya, aku tidak percaya pada rencana sebelumnya. Tapi mungkin, dengan rencana ini akan lebih baik."
***
Julio memejamkan matanya, sambil duduk di kursi luar gedung sekolah, Julio mengenggm sebuah bola baseball, ia menatap ke arah siswa dan siswi dari eskul baseball yang sedang berlatih untuk kejuaraan antar sekolah. Julio melempar bolanya ke atas lalu menangkapnya. Tepat saat Julio melempar, ke lima siswa yang merupakan target dari rencana Julio lewat tepat di hadapannya. Tatapan Julio pun berbuah menjadi dingin.
"Baik, kita mulai."
Tak lama Bella pun melintas di hadapanya, Bella melirik Julio sambil berjalan, Julio hanya mengangguk dan Bella mempercepat langkahnya. Julio melirik Bella hingga Bella berbelok menuju belakang gedung sekolah.
Julio berdiri dan berjalan lambat menuju belakang gedung sekolah, ia terlihat sangat santai hingga ya mendengar suara jeritan Bella. Julio mempercepat langkahnya dan berhenti, ia mengintip apa yang di lakukan oleh ke lima siswa itu terhadap Bella. Julio melihat Bella di goda oleh mereka, wajahnya di Bella di sentuh, pundaknya pun di pegang oleh salah satu dari mereka. Julio menghela nafas.
*Wuuushh*
Julio melempar bola yang ia genggam tepat ke arah salah satu siswa bermasalah yang sepertinya pemimpin mereka. Semuanya pun langsung melepaskan Bella, Bella berlari ke belakang Julio
"Agh! Siapa yang berani—. Eh!? Ju-Julio?"
Pemimpin siswa bermasalah itu nampak terkejut melihat Julio.
"Yo, sudah lama sekali kita tidak bertemu, Rio"
"Eh..he..HAHAHAHAHAHAHA." pemimpin itu bernama Rio, ia tertawa, sepertinya ia senang dengan kehadiran Julio.
"Wah-wah, tidak kusangka kau akan mampir kemari, Julio."
"Yah, sebenarnya aku pun tidak mau mampir kemari."
Rio tertawa kembali, Julio tidak berekspresi sama sekali, ia hanya menatap mereka dengan tajam.
"Jadi apa yang membawa mu kemari?"
"Hentikan semua ini."
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Jangan berpura-pura, hentikan semha kebohongan yang kau tuduhkan kepada Bella."
Rio tertawa lalu di ikuti oleh teman-temannya, orang itu pun tersenyum licik. Ia mendekati Julio.
"Apa urusanmu dengan itu? Ah jangan bilang dia itu pacarmu ya?"
Julio masih bersikap biasa, ia sudah tidak aneh lagi dengan sikap Rio, Julio menghela nafas. Orang itu berbicara dengan senyuman liciknya. Mendengar perkataan orang itu, wajah Bella memerah. Sepertinya ia malu.
"Jika aku menjawab bukan bagaimana?"
"Kalau begitu kau harus pergi dari sini, karena ini bukan urusanmu!" kata orang itu tepat di hadapan wajah Julio.
"Kalau begitu aku jawab iya."
Rio pun langsung mundur beberapa langkah lalu tertawa keras. Ia sangat menikmati kehadiran Julio di sini.
"Kau memang luar biasa Julio! Kau selalu saja ingin melindungi teman mu tanpa memikirkan apa yang akan terjadi padamu selanjutnya."
Julio menghela nafas, memang semua yang dikatakannya itu benar, Julio sendiri tidak mengerti kenapa ia melakukan itu.
"Tapi maaf Julio, aku tidak bisa berhenti." kata orang itu.
Orang itu mendekati Julio kembali.
"Kalau begitu, lawan aku." kata Julio sambil menunduk.
Rio menghentikan langkahnya dan wajah nya pun menunjukan ketidaksukaan terhadap perkataan Julio, ia yang awalnya selalu tertawa setiap setelah berbicara kini berhenti. Suasana di belakang sekolah pun mulai tidak nyaman, kedua orang itu menunjukan hawa yang sangat tidak mengenakan. Angin berhembus, hening, tidak ada suara selain pohon yang bergoyang terkena hembusan angin.
"Kau yakin?" tanya Rio dengan wajah serius.
"Tentu saja."
Julio dan Rio pun berlari menghampiri satu sama lain dan bersiap untuk baku hantam. Di siang hari itu, kedua siswa itu bertarung. Di satu sisi ada yang ingin menghancurkan dan di sisi lain ada yang ingin melindungi.
To be continue
====================