Chapter5 [part 4]
"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini pada Kakak ku!?" tanya Chelsea yang sudah di selimuti amarah.
"I-Itu... Kakakmu sendiri yang menantangku."
"Tidak mungkin, Kak Julio tidak akan melakukan itu!"
"Aku tidak berbohong."
Julio mencoba berdiri, Chelsea yang melihat itu langsung berlari menghampiri Julio dan membantunya berdiri.
"Uhuk!… Apa yang dikatakannya itu benar."
"A-Apa!? K-Kenapa Kakak berbuat seperti itu?"
"Aku punya alasan yang tidak bisa ku beritahukan padamu, kamu tidak perlu ikut campur."
Mendengar kata-kata Kakaknya yang menyuruhnya untuk tidak ikut campur, membuat Chelsea sedikit merasa sedih, ia pun menunduk.
"Alasanmu itu untuk melindungi Kak Bella kan?"
Julio tidak terlalu terkejut mendengar perkataan Chelsea. Ia hanya menunduk dan memejamkan matanya, ia tidak mau menatap adiknya, karena ia tidak mau melihat wajah sedih adiknya.
"Jika iya memang kenapa?"
Chelsea hanya diam, Julio yang tidak mendengar suara Chelsea akhirnya membuka matanya dan mengangkat kepalanya. Ia melihat Chelsea sedang mengembungkan pipinya, Julio terkejut dan terlihat takut.
"Oh tidak… Ini buruk." kata Julio
Julio langsung menutup telinganya dan memalingkan pandangannya dengan cepat.
Benar saja, sesuai perkiraan Julio.
"Dasar…. BODOOOOH!"
Chelsea berteriak sangat keras sampai membuat semua di sekitarnya terkejut, orang yang tidak menutup telinganya akhirnya berdampak kurang bagus untuk pendengaran mereka, kemampuan pendengaran mereka jadi berkurang untuk sementara.
"Dasar Kakak Bodoh! Tidak berguna! Memalukan! Selalu membuat ku kesal! Kenapa tidak meminta bantuan ku dasar bodoh!"
Chelsea terus memukuli dada Julio, pukulannya tidak terlalu terasa oleh Julio, Julio hanya tersenyum lalu mengelus kepalanya.
"Kamu tuh yang bodoh."
Chelsea menatap wajah Kakaknya, air matanya menggenang, ia menjadi sedikit tenang saat kepalanya di sentuh oleh Julio.
"Hah?"
"Kamu adalah sesuatu yang berharga bagi ku, mana mungkin aku akan membahayakan sesuatu yang sangat berharga bagiku."
Julio tersenyum lalu mencubit pipi Chelsea, Chelsea hanya diam, lalu ia pun mulai bicara.
"Tapi, bukan berarti Kak Julio harus membahayakan diri seperti ini! Aku tahu tubuh Kak Julio memang kuat. Tapi, bukan berarti Kak bisa menangani hal yang seperti ini."
"Iya aku mengerti dan aku akan menanggung semuanya."
Air mata Chelsea mengalir, ia pun menunduk.
"Huh, Kak Julio ini… memang benar-benar bodoh." kata Chelsea lalu tersenyum.
"Tapi, karena aku sudah disini, aku akan membantumu." lanjutnya.
"H-Hey, kamu tidak mengerti apa yang aku katakan ya?"
"Tidak~" kata Chelsea sambil tersenyum
"Ah… Dasar kamu ini."
Chelsea berjalan dan berhadap-hadapan dengan Rio, Rio masih mengusap-usap telinganya, sepertinya pendengarannya masih belum pulih.
"Sialan, suaranya masih teringang saja di telingaku." kata Rio
"Hey… kenapa…? Kenapa tidak kamu hentikan saja?" tanya Chelsea
"Huh?"
"Jawab aku."
"Kamu bertanya kenapa tidak aku hentikan saja?"
"Iya."
"Kenapa aku harus menghentikannya?"
"Karena kamu… Kak Bella jadi menderita kau tahu?"
"Tentu aku tahu."
"Lalu, kenapa kamu belum berhenti, bukannya Kak Bella sudah cukup menderita karena perbuatanmu?"
"Itu karena… AKU BELUM CUKUP PUAS!"
"Hah?"
"Aku belum puas untuk membuat Bella tersiksa. Karena dia aku nyaris masuk penjara, karena dia aku selalu di bandingkan dengannya. Itu memuakkan!"
"Hanya itu?"
"Eh?"
"Apa hanya itu? Apa hanya itu kamu berbuat sampai sejauh ini?"
"Iya!"
"Kamu bukan Kak Rio yang aku kenal dulu."
"Eh?"
"Dulu aku juga mengagumimu sama seperti aku mengagumi Kak Julio. Saat kau bertarung dengan anak nakal demi melindungi ku, itu membuatku kagum. Meski, kamu sudah babak belur dan harus dibantu oleh Kak Herry dan Kak Julio, tapi kamu masih bisa berdiri. Itu sangat hebat. Tapi, kenapa sekarang Kak Rio… berubah. Kak Rio dulu sering membantu yang lain, tapi kenapa sekarang Kak Rio membuat orang lain susah? Kamu… memang bukan orang yang aku kenal lagi. Kenapa kamu melakukan itu sampai sejauh ini? Jawab aku!"
Suasana hening seketika, semua yang ada disana tidak dapat bicara apa-apa. Mereka kecuali Rio,Harry,Julio dan Chelsea terkejut, mereka terkejut karena ternyata dulu keempat orang itu memiliki hubungan dekat. Herry yang berada di lantai dua mendengar hal itu, ia hanya memalingkan pandangannya, Rio tidak tahu harus menjawab apa, ia seketika sadar apa yang ia perbuat, ia menyadari apa yang telah di perbuatnya, ia merasa sedikit menyesal dengan apa yang ia perbuat, Bella tidak bersalah ia lah yang bersalah, karena perbuatannya nya sendiri Bella sampai melakukan itu.
"A-Aku…"
"Jawab aku, Kak Rio." kata Chelsea lalu mendekatinya.
Chelsea mendekatinya, lalu memegang telapak tangannya, Chelsea tersenyum manis dan itu membuat Rio semakin tersadar apa yang telah ia perbuat selama ini itu salah.
"Kak… Aku mohon… Sudahi saja,ya?" kata Chelsea lalu tersenyum.
"B-Baiklah, aku menyerah."
Chelsea tertawa kecil, lalu memeluk Rio. Entah kenapa itu membuat Rio menangis, ia merasa sudah pergi ketempat yang sangat jauh dan sekarang ia telah kembali pulang. Perasaan tenang, dalam pelukan Chelsea, Rio terasa sangat nyaman. Lututnya tiba-tiba lemas, ia pun berlutut namun masih di dalam pelukan Chelsea. Julio yang melihat itu hanya bisa tersenyum, begitupun dengan Herry. Mereka baru sadar, kalau ada satu-satunya cara ampuh untuk membuat Rio berhenti yaitu Chelsea. Hanya dia yang dapat membuatnya berhenti, Karena mereka berdua tahu kalau dari dulu, Rio selalu menyukai Chelsea.
"Eh? Sudah selesai?" tanya Lily.
"Yah begitulah." Jawab Herry dengan tersenyum.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
"Yah... entahlah.. hehehe."
Orang yang berada di belakang Rio daritadi hanya menggeram melihat Rio yang tiba-tiba menjadi jinak. Kedua orang itu pun langsung berlari maju dan berniat menyerang Rio dan Chelsea dengan kayu yang balok berukuran sedang yang dibawa mereka. Julio yang menyadari itu langsung berlari menghadang mereka, tapi tangan kirinya tiba-tiba terasa nyeri yang membuatnya tidak bergerak karena menahan rasa sakit pada tangannya.
"(Sialan, disaat seperti ini!.)"
Salah satu orang itu mengayunkan kayunya dan tepat mengenai bahu kanan Julio.
"Agh!!"
Chelsea yang melihat itu hanya bisa menatapnya, ia melihat satu orang lagi sedang mengayunkan kayu kepada mereka. Chelsea hanya bisa memejamkan matanya… lalu…
*Whuugg!*
*Bugh!*
"A-Agh! Sialan kau cebol!"
"Jangan coba-coba menyakiti temanku!" kata Latifa yang sedang menendang perut orang itu
Orang itu terjatuh dan langsung dibantu berdiri oleh temannya, mereka berusaha kabur namun langsung di lempari balok oleh Latifa, kedua orang itu pun pingsan, begitu pula dengan Julio. Chelsea melepaskan pelukannya, dan langsung membalikan tubuh Julio.
"Kakak!"
"J-Julio!"
Rio juga menghampiri Julio dan mencoba menyadarkannya.
"Percuma saja, dia tidak akan bangun, melihatnya di pukul menggunakan balok tadi, itu pasti akan membuatnga lama untuk tersadar kembali." kata Bella.
Tak lama Selvia dan beberapa murid lainnya datang.
"Woah! Ada apa ini?" kata seorang siswa yang terkejut.
"K-Ketua Osis? Sedang apa anda disini?"
Bella pun menoleh.
"Yah nanti akan aku jawab, kalian cepat bantu mereka, bawa ke UKS."
"Iya!"
Selvia yang melihat Julio tidak sadarkan diri langsung berlari menghampiri Julio.
"Julio! Julio! Kenapa dia bisa seperti ini!?"
"M-Maaf ini salahku. Aku yang menyebabkan ini, maaf ini salahku!" kata Rio
"Kau!"
Selvia sudah mengambil ancang-ancamg untuk memukul Rio, tapi itu di cegah oleh Chelsea.
"Kak Selvia, sudah hentikan."
Selvia hanya menghela nafas, lalu menatap tajan Rio. Julio dan dua orang yang pingsan di bawa ke UKS dan di lantai dua, Jessica,Herry, Sophie, dan Lily membawa lima orang yang mereka ikat menuju ruang guru. Sophie memberi tahu ke pada salah satu guru yang biasanya menangani siswa yang melanggar aturan, Sophie memberitahu kalau mereka terlibat pada kasus bullying ketua Osis dan ia juga bilang kalau nanti ada tiga orang lagi yang akan di tangkap. Guru itu mengerti apa yang Sophie katakan dan langsung menindak ke lima orang itu dengan memberi mereka sanksi. Setelah itu, mereka ber-empat turun dan mencari keberadaan Julio dan Bella.
"Uh.. lelahnya, tak ku sangka akan jadi melelahkan seperti ini." keluh Herry.
"Dasar lemah. Oh iya, kenapa kalian tidak memberitahuku soal ini?" tanya Lily
"Umm… itu.."
"Itu karena Julio tidak mau banyak yang terlibat dalam rencanannya." kata Sophie
"Ap-! Dasar anak itu! Akan ku tendang lagi wajahnya! Bisa-bisanya tidak memberi tahuku soal ini!"
"Sepertinya kau kesal sekali tidak di beritahu soal ini?" tanya Herry
"Tentu saja!"
"Kenapa"
"Karena aku juga ingin melindungi Bella tau!"
"He-heeeh… (sepertinya anak ini benar-benar menyukai Bella)"
Mengingat Bella menyuruh murid yng tiba-tiba datang untuk membawa Julio ke UKS, mereka pun langsung berjalan ke UKS. Saat berjalan menuju UKS, mulai terdengar beberapa murid yang mulai membicarakan hal ini.
"Hmm… sepertinya ini cepat tersebar." kata Jessica
"Yah begitulah." kata Herry
Mereka pun bergegas menuju UKS dan terlihat beberapa murid yang ada di depan ruang UKS.
"Kalian sedang apa?" tanya Sophie.
"Ah kami sedang— Wa! Sophie! Ka-Kami hanya ingin melihat ketua osis dan beberapa murid yang babak belur, se-sepertinya mereka sehabis bertarung."
"Ah begitu."
"I-Iya, apa kamu tahu tentang ini?"
"Hmm… entah, kalian kembalilah ke kelas, jangan mengganggu yang sedang terluka di dalam."
"T-Tapi."
"CE-PAT!" perintah Sophie dengan memasang tatapan seram.
"I-Iya!"
Murid yang ada di depan ruang UKS pun langsung buru-buru pergi karena Sophie menatap mereka seperti ingin membunuh mereka semua. Setelah mereka pergi, Sophie dan yang lain masuk ke ke ruang UKS. Di dalam, ada Bella, Chelsea, Rio, Luna, Selvia dan Latifa. Mereka sedang menunggu Julio sadar, luka Julio sudah di obati tapi ia tidak kunjung sadar."
"Bagaimana keadaan Julio?" tanya Herry.
"Dia masih belum sadar." kata Selvia.
"Ini semua salahku! Ini salah ku! Maaflan aku! Ini salah ku!" kata Rio yang ada di pojok ruangan, ia benar-benar menyesali perbuatannya.
"Hey Rio! Sudahlah." kata Herry sambil mendekati Rio.
"Maafkan Aku."
"Rio, sudah tidak apa. Yang lalu biarlah berlalu." kata Bella sambil tersenyum kepada Rio.
"Kenapa? Kenapa kamu masih tersenyum padaku padahal aku sudah berbuat buruk kepadmu!"
"Ehm itu… kan sudah bilang, yang berlalu biarlah berlalu, selama kamu sudah sadar apa yang kamu perbuat itu salah, aku akan memaafkanmu kok." kata Bella.
"Bella… maafkan aku!" kata Rio sambil memegang tangan Bella.
"E-Eh! Kamu berlebihan!"
"Woah! Jangan menyentuhnya!" teriak Lily lalu mencoba melepaskan gengaman tangan Rio pada Bella. Tapi Rio tidak mau melepaskannya karena rasa bersalahnya yang besar. Lily berusaha keras untuk melepaskannya tapi ia tidak cukup kuat.
Semua yang ada disitu tertawa kecil, kecuali Luna dan Latifa dan juga yang sedang pingsan.
"Hey… kenapa mereka semua tertawa, bukannya ini bukan hal lucu?" tanya Latifa.
"Yah... memang, tapi mungkin. Mereka bisa tertawa karena semua nya sudah berakhir."
"Jadi... orang yang di gosipkan itu, Kakaknya sendiri?"
Luna terkejut mendengar perkataan Latifa, begitu pula dengan Chelsea.
"Y-Yah begitulah." jawab Luna
"Ja-Jadi itu semua hanya salah paham… aku tidak sedang dekat dengan seseorang." kata Chelsea.
Latifa memegang dagunya, lalu mengambil beberapa foto di sakunya. Ia memandangi foto-foto itu dan memikirkan beberapa kemungkinan.
"Latifa? Kamu sedang liha— Wah, tidak disangka ya" Luna terkejut melihat apa yang ada di foto-foto tersebut.
"Kamu keterlaluan Chelsea, aku tidak dapat membantumu lagi." lanjut Luna
"Eh!? Memangnya ada apa?" kata Chelsea lalu merebut foto-foto yang di pegang oleh Latifa.
Chelsea juga nampak terkejut, ia sepertinya kehabisan alasan untuk menjelaskan yang ada di foto-foto tersebut.
"Kalau begitu… kenapa di foto-foto ini, kamu terlihat mesra bersama Kakakmu sendiri? Jangan-jangan kamu!?"
"Waaaa…. Tidak! Aku tidak seperti itu!"
"Dasar brocon."
(Tl note: brocon= hampir sama seperti siscon, tapi ini di alami seorang perempuan yang menyukai saudara kandungnya)
"Luna!"
"Ketua… aku tidak menyangka kalau anda seperti itu…"
"Aaaaaaahg! Aku tidak seperti itu! Aku bukan brocon!"
Dengan begitu, rumor kalau ketua Osis SMP 1 adalah seorang brocon sudah di buat dan seketika menyebar keseluruh SMP dalam beberapa jam.
***
Di siang itu, Julio dan kawan-kawan berhasil menyelesaikan rencana mereka, walaupun sebenarnya itu tidak sesuai rencana mereka. Tapi, perjuangan Julio dan kawan-kawan akhirnya membuahkan hasil. Rio menyadari perbuatannya dan siap menerima hukumannya, kelima orang yang terlibat dan juga dua orang yang sedang pingsan mendapat sanksi yaitu di keluarkan dari sekolah. Julio masih belum sadarkan diri hingga sore hari, akhirnya ia di pindahkan ke rumah sakit. Rio, ia juga mendapat sanksi yang sama seperti ke tujuh orang itu. Dalam beberapa jam, berita baru pun menyebar, nama baik Bella juga sudah kembali padanya setelah Bella menerangkan apa yang terjadi, tentunya itu juga di bantu oleh pihak sekolah. Kini malam hari, di rumah sakit, Chelsea tertidur di dekat Julio, Selvia tentu juga menemaninya. Chelsea dan Selvia tengah tertidur, lalu ada seorang wanita masuk keruangan Julio, ia terlihat seumuran dengan Julio dan memiliki rambut pendek sebahu seperti Selvia. Ia menatap Julio dengan tatapan miris, ia menghela nafas lalu berbicara.
"Huh… Kamu itu, selalu saja berbuat seperti itu. Tidak peduli jika tubuhmu itu hancur, kamu pasti akan selalu menggapai tujuanmu mau bagaimanapun caranya... itu membuatku khawatir tau!" kata wanita itu
Wanita itu mendekati Julio, ia mendekatkan wajahnya pada kening Julio… Lalu ia mencium keningnya, ia pun tersenyum.
"Cepatlah bangun… pangeran ku."
Wanita itu keluar ruangan dan tidak ada yang mengetahui kalau wanita itu datang, ia juga sama sekali tidak meninggalkan sesuatu disana. Lalu, siapa wanita itu?
To be continue.
====================