[Chapter 3 (part 2)]
*krrriiing!*
Bel masuk pun berbunyi dan kelas pun di mulai. Julio dan Herry pun duduk di kursi mereka masing-masing, tak lama guru pun masuk.
"Pagi semuanya" sapa sang guru.
"Pagi~" jawab semua murid di kelas.
"Silahkan buka buku matematika nya," ucap sang guru.
Semua murid di kelas pun membuka bukunya.
"Cih... aku benci pelajaran ini," gerutu Herry, sambil mengambil buku di dalam tas nya.
"Ah iya, kau paling benci dengan pelajaran ini," kata Julio sambil melirik Herry.
"Nah itu tahu, seharusnya aku membolos pelajaran pagi saja."
"Sudahlah berhenti mengeluh."
Lalu pelajaran pun dimulai. Di pagi hari mereka mendapat 2 pelajaran dan diperbolehkan istirahat pada jam 09.30 selama 35 menit.
***
*kriiiing!*
Bel pun berbunyi jam pelajaran pertama dan kedua pun selesai, sudah waktunya untuk istirahat.
"Hey Julio, mau pergi ke kantin?" tanya Jessica yang tiba-tiba ada di samping Julio.
"Umm... yah aku juga sedikit lapar, kau mau ikut Herry?" tanya Julio sambil melirik Herry.
"Ah, tidak aku sedang malas bergerak," kata Herry yang sedang meregangkan tubuhnya.
"Oh, kalau begitu menitip sesuatu?" tanya Julio.
"Wah beruntung sekali aku punya teman perhatian seperti dirimu, kalau begitu aku mau roti coklat 1 dan es teh manis 1."
Julio pun mengulurkan tanganya.
"Apa?"
"Mana uang nya?"
"Ya ampun, nanti aku bayar pakai uang mu dulu saja."
Julio pun menghela nafas.
"Kalau begitu aku pergi."
"Sudah cepat sana!"
Julio dan Jessica pun pergi menuju kantin.
"Hey Julio, sepertinya kamu akrab sekali dengan Herry" ucap Jessica.
"Dia adalah teman ku sejak kecil jadi sudah sewajarnya kami akrab begitu... Eh tunggu, darimana kau tau namanya?"
"Ya tanpa sengaja kami bertemu di toko roti kemarin malam."
"Oh begitu."
Saat sampai di kantin, terlihat banyak murid yang mengantri.
"Sepertinya akan memakan waktu yang lama," ucap Julio lalu menghela nafas.
"Sudahlah, ayo cepat sebelum tambah panjang antrianya," kata Jessica sambil tersenyum.
Ia pun menarik lengan Julio yang membuat mereka kelihatan seperti sepasang kekasih.
Julio yang sadar akan hal itu, ia hanya menunduk karena beberapa siswa memandangi mereka
***
Setelah lama menunggu akhirnya mereka bisa membeli makanan yang mereka mau.
"Bu tolong 2 roti coklat sama 2 es teh manisnya." ucap Julio yang memesan.
"Kenapa 2?" tanya Jessica.
"Yang satunya untuk Herry, kau lupa?"
"Oh iya, aku baru ingat."
"Kau ini."
Setelah membeli makanan, mereka pun kembali ke kelas mereka.
***
Di dalam kelas, Herry sudah seperti mayat hidup karena merasa lapar.
"Hoi kau kenapa?" tanya Julio.
"Kenapa kau lama sekali!? Aku sudah lapar mana pesanan ku?"
"Ini." Julio pun memberikan pesanan Herry.
"Terima kasih." kata Herry, sambil membuka bungkus roti nya.
Jessica pun ikut makan bersama Julio dan Herry.
"Oh iya Jessica, kemana teman mu itu, biasanya kau selalu bersamanya?" tanya Herry, sambil mengunyah roti.
"Umm... Ellie tidak masuk sekolah hari ini." jawab Jessica.
"Kenapa?" tanya Julio.
"Demam."
"Oh iya Julio, kamu masuk eskul apa?"
"Emm... sastra."
"S-Sastra?"
"Memangnya kenapa?"
"Kalau tidak salah itu eskul yang di buat oleh ketua osis, kan?"
"Ya, memangnya kenapa? kenapa kau tadi terkejut begitu?"
"Memangnya kamu tidak tahu?"
Julio dan Herry pun kebingungan
"T-Tidak tahu apa?" tanya Herry.
"Setahu yang kudengar, banyak murid yang ingin menjadi anggota eskul sastra, namun semua di tolak oleh ketua osis tanpa alasan."
"Tidak mungkin ketua menolak murid yang ingin menjadi anggota eskul nya tanpa alasan." kata Herry, sambil meminum minuman nya.
"Tapi itu lah yang kudengar."
"Bagaimana menurutmu Julio?" tanya Herry.
"Kenapa kau bertanya padaku?"
"Ya mungkin saja kau bisa menebak apa alasan ketua menolak mereka."
"Kenapa kau tidak bertanya langsung kepada Bella?" tanya Julio dengan nada malas.
"Ah benar juga, tapi aku ingin mendengar langsung darimu."
"Kenapa kau ini? Keras kepala sekali." kata Julio lalu menghela nafas.
Julio pun terdiam sambil memegang dagu nya
"Hey Jessica, kau dengar hal itu dari siapa?" tanya Julio.
"Umm... dari beberapa murid lelaki dari kelas lain."
Julio pun menghela nafas.
"Kau kenapa Julio?" tanya Herry.
"Apa kamu sudah menemukan jawabanya?" tanya Jessica.
"Entahlah, sebelum itu aku ingin tau apa jawaban kalian tentang hal ini?"
"Mungkin saja, ketua osis tidak menyukai adanya lelaki di eskulnya, mungkin."
"Bodoh!" kata Julio dan Herry bersamaan.
"Eeh!? Kenapa!?"
"Kalau dia tidak menyukai lelaki, kenapa kami bisa di terima menjadi anggota eskul sastra?" kata Herry.
"A-ah benar juga, maaf."
Julio dan Herry pun menghela nafas.
"Kalau kau Herry?" tanya Julio.
"Hmm... mungkin saja ada yang di tutupi oleh ketua, karena kalau di lihat lagi anggota eskul itu hanya orang-orang yang kenal dan dekat dengan ketua."
"Hmm... bisa jadi." kata Jessica.
"Kalau menurutmu bagaimana, Julio?" tanya Herry.
"Kalau menurut ku mungkin karena kepopuleran nya, karena saat pertama kali aku bertemu dengan Bella, Herry bilang kalau ketua osis menjadi pujaan seluruh siswa. Lalu, Jessica bilang ia mendengar dari murid laki-laki dari kelas lain dan mereka semua di tolak. Kesimpulan ku, Bella hanya menolak para murid yang ingin menjadi anggotanya karena hanya ingin dekat dengan nya dan tidak peduli terhadap eskulnya."
"Oh begitu, itu juga masuk akal. Tapi, kenapa para siswi disini tidak ada yang tertarik dengan eskul sastra? Setahu ku para siswi tertarik dengan hal seperti sastra." tanya Herry yang masih bingung.
"Ada 2 alasan kuat menurutku. Pertama, kemungkinan para siswi disini tidak ada yang minat dengan sastra. Kedua, rumor tentang ketua osis."
"Rumor tentang ketua osis!?" kata Jessica dan Herry yang terkejut.
Julio mengangguk.
"Maksudmu, ada yang menjelekan Bella, begitu?" tanya Herry.
"Yaa mungkin begitu, karena perihal Bella menolak siswa yang ingin menjadi anggotanya tanpa alasan, pasti akan muncul beberapa rumor yang menjelekan Bella. Seperti contoh kecil rumornya, 'Bella itu sombong'."
"Tapi kenapa kamu bisa berfikiran seperti itu Julio?" tanya Herry
"Karena kau bilang, kau 'mendengar dari beberapa murid laki-laki di kelas lain', kau mendengar hal itu tidak sengaja kan? jadi saat itu mungkin para murid-murid itu sedang menjelekan Bella."
"Memang sih aku tidak sengaja mendengar hal itu saat sedang lewat di depan kelas 11-D, itu pun aku hanya mendengar nya sebentar saja, jadi aku kurang tau saat itu sedang menjelekan ketua osis atau tidak."
"Tapi kenapa mereka menjelekan Bella? Bukan nya mereka mengidolakan Bella?" tanya Herry.
"Ditolak, sakit hati, balas dendam, hal itu lah yang mereka rasakan saat mereka di tolak idola mereka sendiri."
Herry dan Jessica pun terdiam.
"Kenapa kalian diam begitu?" tanya Julio, lalu meminum es teh nya.
"Yaa bagaiaman ya, aku sama sekali tidak berfikiran kesana, jadi a-aku sedikit terkejut kalau kamu berfikiran sampai kesana." kata Jessica, sambil memalingkan pandangan nya.
"Yah aku juga sepemikiran dengan Jessica." kata Herry, lalu menggaruk kepala nya.
"Sudahlah tidak usah serius begitu, ini juga hanya pendapat ku."
"Ya benar, mungkin nanti kita tanya saja langsung ke Bella," kata Herry yang memberi saran.
"Apa aku boleh ikut?" tanya Jessica.
"Ya silahkan saja," jawab Herry.
Jessica pun tersenyum.
*kriiiiing!*
Bel masuk pun berbunyi.
"Kalau begitu aku kembali ketempatku daa—"
Tangan Jessica pun di tarik kembali.
"Uwaa... ada apa sih?" tanya Jessica.
Julio dan Herry pun menunjuk sampah makanan mereka yang ada di atas meja.
"Eh!?... aku yang buang?"
Julio dan Herry pun mengangguk.
"Kenapa aku!?" tanya Jessica dengan suara memelas.
"Karena jawaban bodoh mu tadi" kata Julio dan Herry secara bersamaan.
"Eeeeh!? Kejam! Alasan yang tidak masuk akal!"
"Sudah turuti saja" kata Herry.
Wajah Jessica pun memelas namun Julio memalingkan pandanganya dan Herry hanya tersenyum.
"Kalian kejaaaam!"
Setelah itu Jessica pun membuang sampahnya dan kelas pun kembali di mulai.
To be continue
=========================