[Chapter 3 (part 3)]
*kriiiing*
Bel pun berbunyi dan kelas pun di mulai kembali. Julio menatap kedepan, mendengarkan penjelasan dari guru, entah ia benar-benar memperhatikan penjelasanya atau mungkin memikirkan hal yang lain, tapi itu berhasil membuat Jessica terpesona.
Jessica sesekali mencuri-curi pandangan kepada Julio, hingga akhirnya hal itu di sadari oleh guru.
"Jessica" panggil sang guru.
Namun dia tak menoleh, dia hanya memandangi Julio.
"Jessica!" panggil sang guru dengan suara keras, Jessica pun terkejut.
"Eh!? I-Iya pak?"
"Kalau bapak sedang menjelaskan tolong fokus mendengarkan!"
Pak guru pun mendekati Jessica, dan berbicara pelan dekat telinga Jessica.
"Kamu sedang memperhatikan anak itu ya."
Wajah Jessica pun memerah seperti batu bara.
"P-Pak Albert bicara apa sih, s-saya tidak memperhatikan s-siapa pun kok."
Pak Albert adalah seorang guru sejarah di kelas mereka, ia tergolong guru paling muda di sekolah SMA 1. Pak Albert mempunyai kebiasaan menggoda murid-murid yang tidak fokus pada pelajaranya.
"Woaah, wajah mu kenapa Jessica? apa Kamu sakit? Mungkin sebaiknya kamu UKS." Kata Pak Albert sambil tersenyum licik.
"Tidak perlu!" Suara Jessica yang keras membuat seluruh murid di kelas memandanginya.
"Ada apa Jessica?" tanya Pak Albert dengan nada yang menjengkelkan.
Jessica pun berdiri dan berjalan kedepan kelas sambil terus menunduk.
"Pak saya meminta izin ke ruang UKS." kata Jessica dengan aura pembunuh
"O-Oh silahkan."
Pak Albert yang merasakan hawa itu pun menjadi sedikit ketakutan.
Jessica pun berjalan keluar kelas dan pergi ke ruang UKS.
"Pak, sepertinya anda terlalu berlebihan," kata Herry
"Y-Yah sepertinya begitu, sudah kita lanjutkan pelajaranya." kata Pak Guru lalu melanjutkan pelajaran, namun sebelum di lanjutkan, Julio mengangkat tangan.
"Pak!"
"Ya ada apa Julio."
"Perut saya sakit, apa boleh saya mengambil obat di ruang UKS."
"Huh!? Oh!, Yah boleh saja, kalau perutmu masih sakit, kamu boleh tidak mengikuti pelajaran bapak hari ini." kata Pak Albert sambil sedikit tersenyum licik.
Julio yang melihat senyum Pak Albert pun langsung membalas dengan tatapan dingin nya.
"Saya hanya ingin mengambil obat, tidak ada maksud lain."
Julio pun langsung berjalan keluar.
"B-Baiklah sekarang kita lanjut kembali pelajarannya."
***
Di ruang UKS.
Jessica menghela nafas lalu duduk di ranjang yang ada di ruang UKS.
"Apa-apaan sih Pak Albert, Aku kan tidak memandangi Julio, ya memang sih aku memandangi nya sebentar, tapi Aku hanya memandangi nya sebentar saja, itu tid—"
"Memandangi siapa?"
Tiba-tiba Julio datang dan membuat Jessica terkejut.
"Uwaah!... J-Julio!? Sedang apa kamu disini?"
Julio pun menutup pintu dan berjalan menuju kotak obat-obatan.
"Aku kemari mencari obat, perutku sedikit sakit,
"Oh, begitu."
Setelah mencari obat sakit perut, Julio berjalan menuju jendela dan melihat para murid yang sedang olahraga
"Apa kondisi mu sudah membaik?" tanya Julio sambil melihat para murid yang sedang berlari mengelilingi lapangan.
"Umm... y-yah sepertinya begitu." jawab Jessica yang ragu, karena sebenarnya ia tidak sakit atau apapun.
Julio masih terus memandangi para murid yang sedang olahraga, namun pandangan nya berhenti pada kedua gadis yang tengah duduk di pinggir lapangan, Jessica pun menghampiri Julio.
"Kamu sedang memandangi apa, Julio?" tanya Jessica lalu ikut memandangi para murid yang olahraga.
"Ohh, itu para senior dari kelas 12-D sedang ada kelas olahraga," ucap Jessica
"Darimana kau tau itu senior dari kelas 12-D?"
"Oh, karena Kakak ku pun berasal dari kelas itu."
"Kakak mu?"
"Iya, itu dia sedang berlari paling depan." ucap Jessica sambil menunjuk kakaknya yang sedang berlari.
Pandangan Julio pun kembali tertarik pada kedua gadis yang tengah duduk di pinggir lapangan, Jessica mengikuti arah pandangan Julio.
"Umm... Bukanya itu ketua osis dan temanya? nama temanya itu kalau tidak salah... Umm—"
"Sophie."
"Ah iya itu... Eh!? darimana kamu tau kalau namanya Sophie?"
"Kebetulan dia satu eskul dengan ku."
"Oh begitu ya, ternyata memang benar, ketua eskul itu hanya memasukan orang yang dekat denganya."
Julio menghela nafas, seakan ia akan berbicara sesuatu yang sangat serius.
"Aku rasa tidak begitu." ucap Julio dengan ekspresi yang sangat datar.
"Huh!?"
Jessica yang melihat ekspresi Julio pun kebingungan, ia berfikir apa ia sudah salah bicara hingga ekspresi Julio sangat datar begitu, walaupun ia tahu ekspresi Julio biasanya memang begitu, namun hal yang ia rasakan begitu berbeda.
"Kalau Bella hanya memasukan orang yang dekat denganya, kenapa aku bisa ikut masuk ke eskul itu, Aku pun baru mengenalnya saat awal masuk sekolah kemarin."
Jessica pun terdiam sesaat.
"I-Iya juga."
Jessica pun memandangi Julio, ekspresi datarnya, tatapan dinginnya, membuat ia terdiam. Jessica merasa hawa Julio terasa sangat berbeda, ia merasa Julio akan membicarakan sesuatu hal yang sangat serius.
"J-Julio? Kau tidak apa-apa" tanya Jessica yang sedikit ragu.
Julio pun menghela nafas berat.
"Jessica boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?"
"B-Boleh saja, mau tanya apa?"
"Bagaimana pandangan mu terhadap Bella?"
"Ketua osis?"
"Ya."
"Menurutku, dia sosok yang patut untuk ditiru, selain paras nya yang cantik, ia juga pintar dalam beberapa pelajaran. Benar-benar wanita yang hebat. Dia juga selalu menaati seluruh peraturan sekolah, karena itulah ia menjadi ketua osis."
"Oh begitu."
Jessica kembali kebingungan, ia masih sangat penasaran dengan ekspresi yang Julio pakai kali ini. Julio pun kembali menghela nafas.
"Apakah kau iri denganya?"
Pertanyaan Julio membuat Jessica sedikit tersentak, ia sangat bingung maksud dari pertanyaan Julio.
"T-Tentu saja tidak! aku sama sekali tidak iri dengan nya! kenapa kamu bertanya seperti itu Julio?"
"Ah maaf, aku sama sekali tidak bermaksud bertanya seperti itu."
Julio pun tersenyum tipis ke arah Jessica, namun Jessica memalingkan pandangannya.
"Boleh meminta sesuatu?"
"Apa? Selama itu tidak merepotkan, aku mau saja." jawab Jessica dengan perasaan tersinggung.
Julio pun membisikan sesuatu kepada Jessica, raut wajah Jessica pun nampak terkejut setelah ia di bisikan oleh Julio.
"Bagaimana? Bisa tidak?" tanya Julio dengan tatapan dinginnya.
"Kau yakin? Kenapa?"
"Nanti akan ku beritahu alasan nya, sekarang kau jawab, mau atau tidak."
Jessica pun nampak ragu, ia tidak tau apa ia bisa memenuhi permintaan Julio atau tidak.
"T-Tapi aku tidak yakin bisa memenuhinya atau tidak."
Julio pun mendekati Jessica
"Aku mohon,Jessica. Hanya kau yang bisa melakukan ini."
"[Di-Dia terlalu dekat!]" kata Jessica di dalam hati.
"B-Baiklah, tapi jangan kecewa dengan hasilnya nanti."
"Terima kasih, Jessica."
Julio pun tersenyum kepada Jessica dan berhasil membuat wajah Jessica memerah, Jessica pun langsung menunduk agar wajahnya tidak terlihat oleh Julio.
"Kalau begitu ayo kembali."
*kriiiiing!*
"Hmm? Sudah waktunya istirahat, lebih baik kita cepar kembali sebelum ada yang datang kemari dan salah paham!"
Julio dan Jessica pun berlari menuju kelas mereka, karena tidak mau ada salah paham antara mereka dan para murid yang di tugaskan di ruang UKS.
To be continue
===========================