Chereads / Manusia Abadi / Chapter 46 - Meminjam Petir untuk Membunuh

Chapter 46 - Meminjam Petir untuk Membunuh

*Brak!* Lightning Crocodile Berkaki Enam itu sekali lagi membuat Mo Wuji terlempar melayang. Namun kali ini, Mo Wuji tidak dapat bangun lagi. Setelah membuat Mo Wuji melayang dengan sambaran petirnya, Lightning Crocodile itu juga terjatuh ke lantai kapal, dan tak bisa bangkit pula.

Mo Wuji menghela nafas dalam hati. Hanya dengan satu atau dua sambaran petir lagi, ia akan bisa membuka meridian ketiganya. Sayangnya, kini tubuhnya terlalu lemah, dan dia tak bisa bertahan lagi.

Jika orang-orang di sekitarnya tahu bahwa Mo Wuji merasakan tubuhnya sudah terlalu lemah, mereka mungkin akan menahannya untuk tidak bertarung lagi. Sebenarnya, sejak Mo Wuji membuka meridian pertamanya saat terjebak di danau petir, tubuhnya jadi lebih tahan dengan rasa sakit. Ini menyebabkan kekuatan fisiknya naik hingga di atas kemampuan manusia rata-rata. Jika tidak begitu, ia tidak akan bertahan disambar petir begitu lama.

"Minum pil spiritual ini," Sebuah suara terdengar samar-samar di telinga Mo Wuji. Mo Wuji melihat ke sekelilingnya, tetapi ia tidak melihat siapapun di dekatnya yang mungkin sedang berbicara dengannya.

Tiba-tiba di tangannya ada sebuah pil. Pil itu sedikit lebih besar dari sebutir kacang, dan ada aroma yang menyenangkan dari pil itu.

Mo Wuji tidak ragu-ragu untuk langsung memasukkan pil spiritual itu ke mulutnya.

Jika ahli spiritual yang memberikan pil itu ingin membunuh Mo Wuji, ia tidak perlu membuang pil ini. Ahli spiritual itu bisa saja mengakhiri hidup Mo Wuji saat ini juga, selagi Mo Wuji tidak berdaya. Selain itu, aroma pil ini terasa menyegarkan, sudah jelas pil ini bukan sesuatu yang membahayakan.

Saat pil itu memasuki mulutnya, rasanya seperti ada beberapa mata air dingin muncul di dalam tubuh Mo Wuji. Mo Wuji jelas-jelas bisa merasakan bahwa luka-luka di tubuhnya mulai sembuh.

Hanya dalam beberapa detik, Mo Wuji bisa berdiri dengan mudah. Ia memperhatikan bahwa kulitnya, yang tadi hangus dan luka-luka, tiba-tiba menjadi sembuh kembali.

Dibandingkan dengan jenis pil spiritual ini, pengalaman Mo Wuji sebagai ahli biologi hanya bisa dianggap sampah. Jika bukan karena pengalaman bertahun-tahunnya, yang membuatnya bisa menciptakan Larutan Channel Opening, pasti sekarang ia tidak berguna karena tidak memiliki kekuatan.

Suara-suara kilatan petir dan jeritan kesakitan terdengar dari kejauhan. Mo Wuji menampar wajahnya sendiri untuk membuatnya tersadar. Ia masih berada dalam pertarungan yang sengit. Seorang Master Immortal yang telah memberikan pil itu padanya, tentunya tidak ingin melihat ia berdiam diri saja. Mo Wuji sendiri pun juga tidak mau hanya menonton di sisi samping kapal.

Setelah meminum satu botol Larutan Channel Opening lagi, Mo Wuji kembali bergerak ke garis depan.

*Blar!* Saat Mo Wuji bergerak ke depan, sebuah petir menghantam dadanya. Namun, Mo Wuji sudah sangat pulih dari lukanya, dan petir semacam ini sudah tidak membuat Mo Wuji melayang lagi. Dengan sebuah tusukan dari pisaunya, ia menikam monster buaya itu tepat di tenggorokannya. Saat ia menarik kembali pisaunya, darah segar menyembur keluar dari tenggorokan buaya itu. Ratusan kilat dan petir kembali menyerang tubuh Mo Wuji, tapi ia tampak tidak peduli dan terus menusuk buaya itu dengan sebilah pisau di tangannya.

*Blar blaar…* Saat ratusan petir itu menyerang tubuh Mo Wuji, ada suara seperti sesuatu yang pecah. Mo Wuji mendengar suara itu dengan jelas. Itu adalah suara pembukaan meridiannya yang ketiga.

Suara itu datang bersamaan dengan rasa kebahagiaan; perasaan Mo Wuji saat itu sungguh tak bisa dibayangkan.

Mo Wuji bahkan merasa ia bisa terbang dan menyentuh langit. Ia tahu bahwa perasaan ini hanya angan-angan saja. Namun kenyamanan yang ia rasakan saat meridian ketiganya sedang terbuka benar-benar menyelimuti sekujur tubuhnya.

Ia tidak ragu untuk menikam buaya itu satu kali lagi. Di saat yang bersamaan, ia merogoh ke sakunya. Ia mencari-cari sesuatu di dalamnya untuk beberapa saat, namun ia baru sadar bahwa ia kehabisan Larutan Channel Opening.

Dalam kepala Mo Wuji, hanya ada satu pikiran: Ini artinya aku sudah tidak bisa membuka meridian lagi.

*Duar… Blarr…* Dua petir menyambar badan Mo Wuji. Mo Wuji segera mundur. Tanpa Larutan Channel Opening, ia tak lagi ingin disambar petir dari buaya itu. Ia bukan seseorang yang bodoh.

Saat Mo Wuji mundur untuk menyelamatkan dirinya, seekor buaya yang marah dan berdarah-darah bergegas mengejarnya.

Mo Wuji telah paham beberapa hal dari pengalamannya saat melawan Lightning Crocodile Berkaki Enam; mereka menyerang dengan perasaan penuh dendam. Jika Mo Wuji tidak membunuh Lightning Crocodile berkaki enam itu sekarang, ia tidak akan bisa mundur sepenuhnya untuk menyelamatkan diri.

Dengan tekad bulat, Mo Wuji tidak lagi mundur untuk menyelamatkan dirinya. Ia menusukkan pisaunya ke tenggorokan monster buaya itu lagi.

Di saat yang bersamaan, Mo Wuji melihat sesosok berbaju merah berlari ke arahnya. Di belakang sosok itu, ada seekor Lightning Crocodile yang marah juga. Orang berbaju merah itu mungkin telah membuat monster buaya di belakangnya marah. Melihat Mo Wuji, sosok berbaju merah itu berteriak ketakutan, "Teman, tolong selamatkan aku! Aku akan memberikanmu kekayaan dan kemuliaan yang tak terbayangkan..."

Dengan kemampuan yang dimiliki Mo Wuji, menyelamatkan orang berbaju merah itu pasti semudah membalikkan telapak tangan. Ia hanya perlu memblokir petir yang keluar dari monster buaya itu, dan orang ini akan berpeluang untuk selamat.

Jika itu adalah orang lain, Mo Wuji tidak akan ragu untuk menyelamatkannya. Namun, setelah memperhatikan siapa orang itu, Mo Wuji menjadi sangat marah.

Dia adalah si pria berjubah merah yang merobek tenda Qin Xiangyu. Jika bukan karena serangan monster laut ini, mungkin sesuatu yang buruk sudah terjadi pada Qin Xiangyu.

"Cepat selamatkan dia…" Saat Mo Wuji hendak membalikkan badannya, ada sebuah suara yang terdengar khawatir dan memanggil-manggil dirinya.

Mo Wuji mencibir dalam hatinya. Ia bertindak seolah-olah ia tidak mendengar suara itu, dan ia segera menggeser tubuhnya ke samping. Saat itu juga, monster buaya yang mengejar Mo Wuji menerkam ke arahnya. Mo Wuji tidak pernah berhasil menghindari serangan buaya sebelumnya, tapi entah bagaimana kali ini ia berhasil melakukannya.

*Blar, blar… bruukk...* Petir-petir dari kedua buaya itu mendarat ke tubuh pria berjubah merah. Pria berjubah merah itu sudah terluka sangat parah. Kini ia tak bisa lagi bertahan, dan akhirnya jatuh ke tanah. Buaya petir yang mengejarnya menerkam tubuhnya, lalu menghancurkan tenggorokannya. Mata pria berjubah merah itu tak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

"Kau cari mati..." Sebuah siluet tiba-tiba melayang mendatangi Mo Wuji. Siluet itu mendarat di sampingnya, dan memukul ke arahnya.

Saat pukulan itu mengenai badannya, Mo Wuji merasakan kekuatan yang kuat dan luar biasa. Kekuatan ini mengisi hati Mo Wuji dengan kengerian; kekuatan sosok yang memukulnya terlalu besar.

"Shao Feng, apa kau mau mati? Jangan berpikir kau bisa melakukan apapun sesukamu hanya karena kau berasal dari Sekte Jade Net. Ini bukan tempat di mana kau bisa membunuh orang sebebasnya," Ada dengusan dingin yang terdengar. Seorang pria paruh baya dengan ekspresi acuh tak acuh mendarat di belakang Mo Wuji.

Saat kata-kata itu diucapkan, kekuatan luar biasa yang mengenai badan Mo Wuji juga menghilang tanpa jejak.

Mo Wuji mengenal suara ini. Ini adalah suara orang yang tadi memberinya pil spiritual. Mo Wuji hendak mengungkapkan rasa terima kasihnya, namun ada cahaya terang lain yang melintas. Di bawah cahaya terang ini, seekor Lightning Crocodile yang dilawan oleh Mo Wuji sendirian sudah terpotong menjadi dua bagian. Sebenarnya, di bawah cahaya itu bukan hanya ada satu monster buaya, tetapi dua.

"Shao Feng, kau keterlaluan! Performa junior ini sudah sangat heroik. Dia mempertaruhkan nyawanya untuk bertarung dengan Lightning Crocodile Berkaki Enam. Selain itu, bukankah dari tadi kau hanya menonton dari sisi kapal. Dan sekarang kau ingin membunuhnya begitu saja?"

Sebuah siluet lain mendarat di situ. Kali ini, siluet itu ternyata adalah seorang wanita cantik bergaun kuning. Rambutnya sehalus sutera dan kulitnya seputih salju. Jika bukan karena ekspresi dingin yang terpampang di matanya, kecantikannya pasti akan meningkat tiga poin.

"Senior Qin, Adik Junior Wan, kalian mendengar apa yang aku katakan sebelum ini. Aku memintanya untuk menyelamatkan Huo Zhenghu, tapi ia tidak melakukannya. Selanjutnya, ia sengaja mengatur waktunya untuk menghindar agar kedua petir dari kedua buaya itu mendarat di Huo Zhenghu," Pria bernama Shao Feng berkata dengan wajah mengkerut.