"Klan Mo di Luo An sudah tidak ada… Mereka semua mati…" Ujar Mo Xiangtong dengan wajah yang berlinangan air mata. Gadis itu tidak melanjutkan perkataannya dan terus menangis.
"Insiden itu sudah lama berlalu. Kau bisa menenangkan dirimu dulu, setelah itu baru mulailah berbicara." Mo Wuji mengajak Mo Xiangtong bangkit dari lantai tenda dan membawanya untuk duduk di atas kursi. Luo An yang disebutkan Mo Xiangtong adalah Ibukota Prefektur Qin Utara. Klan Mo tinggal di Kota Luo An karena status mereka sebagai keluarga bangsawan prefektur.
Mo Wuji tidak berani bertanya-tanya soal Klan Mo di depan orang lain, namun ia tidak memiliki kekhawatiran seperti itu di hadapan Mo Xiangtong.
Mo Xiangtong terus menangis, namun ia menahan kesedihannya dan berkata, "Empat tahun lalu, Klan Mo menjadi korban pembantaian oleh Lord Prefektur Qin Utara…"
"Tunggu dulu… bukannya Klan Mo adalah keluarga bangsawan di Qin Utara? Mengapa mereka harus dibantai oleh Lord Prefektur Qin Utara?" Mo Wuji memotong cerita Mo Xiangtong, ia sangat bingung.
Mo Xiangtong menggelengkan kepalanya, "Empat tahun lalu, Klan Mo sudah bukan merupakan Keluarga Bangsawan Qin Utara. Klan Ju yang sekarang menjadi Keluarga Bangsawan Qin Utara. Setelah penguasa prefektur Mo Tiancheng menghilang, Ju Xufeng merebut tahta sebagai Lord Prefektur Qin Utara karena dia dihasut oleh Lord Negara Cheng Yu. Namun saat Ju Xufeng berkuasa, ia dibunuh oleh seorang anggota Klan Mo. Anggota Klan Mo itu akhirnya langsung dibunuh saat itu juga, dan 9 generasi Klan Mo diperintahkan untuk dihukum mati…"
Wajah Mo Wuji ikut bersedih. Seorang anggota Klan Mo membunuh Lord Prefektur yang cuma berpura-pura berkuasa itu? Bukankah alasan ini terlalu konyol? Persekongkolan yang sungguh mengerikan, bahkan 9 generasi Klan Mo harus dibunuh, ini sangat keterlaluan.
"Bagaimana caranya kau bisa melarikan diri? Saat mereka menemukanmu, mengapa mereka tidak mencoba untuk membunuhmu?" Mo Wuji menatap Mo Xiangtong dengan ragu-ragu.
Mo Xiangtong menjawab dengan nada tersinggung, "Di tahun itu, ketika Lord Mo Tiancheng menghilang, orang tuamu pergi ke Kota Rao Zhou untuk mencoba merebut tahta kembali. Tapi tidak pernah ada kabar berita dari mereka. Dan semua anggota Klan Mo yang kami kirim ke Kota Rao Zhou juga menghilang.
Mendengar ini, Mo Wuji akhirnya mengerti mengapa tidak ada anggota Klan Mo yang datang ke Kota Rao Zhou. Sepertinya, mereka semua telah dibunuh di perjalanan saat mereka meninggalkan Kota Luo An. Anggota Klan Mo yang berangkat ke Kota Rao Zhou, akan menjadi anggota Klan Mo yang akan mati. Dan saat itu, Ju Xufeng telah mengambil alih tahta sebagai penguasa prefektur, dan Klan Ju akhirnya memiliki kekuatan untuk bisa menghabisi Klan Mo.
"Karena meningkatnya jumlah anggota Klan Mo yang hilang, Kepala Klan Mo menyuruh setiap anggota Klan Mo untuk tinggal di Luo An. Empat tahun yang lalu, aku baru berusia 15 tahun. Aku benar-benar dimanjakan oleh orang tuaku, sehingga aku memutuskan untuk mengambil risiko dan meninggalkan Kota Luo An untuk melihat dunia luar. Pada hari kedua saat aku pergi, Klan Mo menjadi korban pembantaian dan seluruh anggota Klan Mo dari 9 generasi dibinasakan. Ketika aku mendengar kabar itu, aku tidak berani kembali ke Kota Luo An. Jadi aku memutuskan untuk pergi ke Kota Rao Zhou, dan berharap dapat menemui ayahmu..."
Mo Xiangtong tampak sedang mengingat hari-harinya yang menyakitkan dan tak berdaya, "Untuk bertahan hidup, aku terpaksa melakukan banyak hal: aku mencuri, aku mengemis, aku bahkan memakan rumput dan daun..."
Mo Wuji tiba-tiba merasakan sedikit penyesalan. Dahulu, saat ada seorang gadis kecil yang mencoba mencuri darinya di pasar, seharusnya ia menawarkan bantuan kepada gadis itu. Siapa tahu, kemungkinan gadis kecil itu juga merupakan anggota yang selamat dari Klan Mo.
"Aku hidup seperti itu selama lebih dari dua tahun, sampai sebuah keluarga yang baik hati mau menerimaku sebagai pelayan Nona Muda mereka. Tetapi itu semua berakhir tiga bulan yang lalu. Keluarga itu mungkin telah menyinggung seseorang yang seharusnya tidak pantas mereka singgung. Lalu tiba-tiba, ada orang-orang yang datang dan masuk hingga sampai ke pintu kami untuk membunuh kami. Seluruh keluarga itu terbunuh, dan hanya Nona Muda dan aku yang selamat. Mereka tidak membunuh kami agar mereka mendapatkan penghasilan tambahan; Nona Muda dan aku dijual ke rumah pelacuran.
Penjual yang gemuk tadi adalah rekan kerja dari rumah pelacuran itu. Ia benar-benar tahu bagaimana melakukan bisnis. Ia mengatakan bahwa pada pembukaan Konferensi Spring Immortal's Gate, banyak orang kaya dan terhormat yang akan berkumpul di sini, dan mereka mungkin akan membeli beberapa gadis budak. Setelah orang-orang kaya itu selesai menggunakan kami, mereka akan meninggalkan kami di sini. Lalu penjual yang gemuk itu hanya akan membawa kami kembali ke rumah bordil..."
*Plaak...* Mo Wuji menampar meja dengan marah, "Sungguh kejam!"
Perkataan itu ditujukan entah kepada si penjual gendut, atau orang-orang yang membantai semua keluarga tempat Mo Xiantong bekerja.
Setelah mengatakan itu, Mo Wuji tiba-tiba teringat, "Lalu apa yang terjadi pada Nona Muda itu?"
"Namanya adalah Jing Lengbei. Dialah budak nomor 31 tadi. Wuji, bisakah kau menemukan cara untuk menyelamatkannya…" Mo Xiangtong menatap Mo Wuji dengan penuh harap dan air mata bercucuran. Gadis itu bisa memahami bahwa Mo Wuji di sini hanyalah sebagai seorang pelayan, namun Mo Xiangtong masih berharap akan terjadinya sebuah keajaiban. Mungkin pria berkipas kertas tadi akan mengapresiasi keberanian Mo Wuji, dan mau mengabulkan permintaannya untuk melepaskan Nona Muda majikannya.
"Kita bisa berbicara soal ini nanti. Tunggu aku di sini," Setelah berkata demikian, Mo Wuji segera pergi ke luar tenda sebelum Mo Xiangtong sempat meresponnya. Kebaikan Keluarga Jing yang telah menyelamatkan Mo Xiangtong dengan memperbolehkannya bekerja di rumahnya memang harus dibayar. Ia harus bergegas sebelum Jing Lengbei dilecehkan oleh pria bodoh itu.
Mo Wuji melihat Ding Bu'Er dari kejauhan, dan segera berjalan menghampirinya, "Bu'Er, kau mendapatkan informasi tentang orang yang bersaing denganku di pelelangan tadi?"
Ding Bu'Er menduga bahwa Mo Wuji sedang sangat khawatir, lalu ia segera menjawab, "Aku baru saja menyelidikinya. Orang itu adalah pangeran prefektur dari Prefektur Xuan Liang. Namanya Tuo Baqi, dan ia tinggal di penginapan yang sama dengan Nona Muda kita. Ia memiliki temperamen yang meledak-ledak, ia juga sangat pendendam. Kita tidak perlu khawatir tentang dia sekarang. Namun saat kita sudah naik ke kapal, kita harus hati-hati. Aku dengar bahwa para Master Immortal tidak peduli jika ada orang yang terbunuh di kapal."
"Aku mengerti. Bu'Er, bisakah kau mencarikan satu tenda lagi? Aku perlu menemui Nona Muda," Mo Wuji buru-buru mengucapkan kalimat terakhir itu, dan bergegas menuju penginapan.
Mendengar bahwa Mo Wuji ingin menemui Han Ning, Ding Bu'Er tidak lagi khawatir. Mo Wuji mungkin menginginkan Han Ning untuk membantunya, sehingga Mo Wuji dapat bertemu dengan Tuo Baqi. Mo Wuji ingin memastikan bahwa pangeran prefektur itu tidak akan melakukan sesuatu yang tidak pantas pada Jing Lengbei.
"Berhenti, kau bukan tamu di sini, kau tidak diizinkan masuk," Penjaga pintu penginapan itu menghentikan Mo Wuji. Ia mengenal Mo Wuji saat Mo Wuji diusir oleh Cao Hao, sang pangeran itu.
Mo Wuji dengan sopan menangkupkan kedua genggaman tangannya, "Aku di sini untuk mencari Nona Mudaku. Tidaklah mungkin kalau kau tidak mengizinkanku untuk bertemu Nona Mudaku, bukan?"
Penjaga pintu itu ragu-ragu. Apa yang dikatakan Mo Wuji memang masuk akal; sebagai pelayannya, bukankah seharusnya ia diizinkan untuk melapor kepada Nona Mudanya?
Ketika penjaga itu akan menjawab, Mo Wuji menyelipkan satu koin emas ke tangan penjaga itu, "Saudaraku, tolong bantu aku sekali saja. Aku tidak akan lama-lama, aku tidak akan membuat segalanya menjadi sulit bagimu."
Penjaga pintu itu sudah bersiap-siap untuk membiarkan Mo Wuji masuk. Dan saat melihat Mo Wuji menyelipkan satu koin emas, ia tidak lagi ragu dan berkata, "Masuk saja. Ingatlah, kau harus segera keluar."
Mo Wuji mengucapkan terima kasih tanpa henti. Tepat saat ia akan memasuki penginapan, ia seperti teringat akan sesuatu, lalu ia berbisik ke telinga penjaga pintu itu, "Saudaraku, aku mendengar bahwa Pangeran Prefektur Xuan Liang baru saja membeli seorang gadis budak yang sangat menawan?"
Penjaga pintu itu tertawa dan menatap Mo Wuji dengan pandangan seolah-olah ia mengetahui sesuatu. Kemudian penjaga itu berbisik, "Saudaraku, kita benar-benar orang dengan selera yang sama. Gadis budak itu memang lumayan. Ia memiliki wajah yang tampak seperti telur angsa yang indah. Dan dadanya yang besar! Oh...Aku ingin tahu seperti apa rasanya saat memegangnya..."
Pikiran penjaga pintu itu melayang ke dalam fantasinya yang tidak senonoh.
"Aku ingin tahu di mana pangeran itu menginap. Tetangga kamarnya pasti akan mengeluh karena suara-suara keras yang berasal dari sana," Mo Wuji berbicara dengan nada mesum juga, sama seperti si penjaga pintu.
Penjaga pintu itu tertawa lagi, "Kau tak perlu khawatir soal itu. Pangeran itu menginap di kamar nomor 17. Tepat di sebelah sebuah teras besar."
"Beruntung sekali dia. Baiklah, aku harus pergi melapor kepada Nona Mudaku," kata Mo Wuji dengan nada santai, lalu bergegas masuk ke penginapan itu.