Setelah mendengar tawaran sebesar 2000 koin emas, penjual gendut itu sangat kaget sampai-sampai lemaknya bergetar dan berguncang. Ia ingin menampar dirinya sendiri. Ia menyesal tidak menunggu lebih lama hingga ia menutup hasil lelang gadis budak itu.
Tidak, tentu saja ia tidak akan membiarkan tambahan tawaran sebesar 1000 koin emas ini luput darinya. Pikiran ini membuat penjual gendut itu berteriak dengan bersemangat, "Seseorang telah menawar 2000 koin emas. Ada yang mau menawar lebih…"
Sebelum ia dapat menyelesaikan kalimatnya, ia merasakan sesuatu yang dingin menempel di lehernya. Dengan setengah sadar, ia sedikit menunduk, dan melihat sebilah pisau putih yang tajam dan berkilau berada tepat di lehernya.
"Kau… sebaiknya cepat lepaskan aku…kita sedang berada di titik kumpul Konferensi Spring Immortal's Gate. Beraninya kau menyerangku di sini?" Penjual gendut itu awalnya terbata-bata, namun ia menjadi lebih percaya diri untuk mengancam seperti itu. Ia tahu Mo Wuji tidak akan berani melakukan bertindak gegabah kepadanya.
Mo Wuji adalah orang yang menempelkan pisau tepat di leher si penjual gendut. Kerumunan orang di situ terkejut saat melihat tindakan Mo Wuji. Jika seseorang bertindak kasar di sini, maka sama saja orang itu tidak menghargai nyawanya sendiri.
Mo Wuji tertawa dan berkata, "Hei gendut, kau tadi sudah setuju dengan tawaranku sebelumnya. Kita sudah mempunyai kontrak secara lisan. Kau dan aku sudah tahu, bahwa kita tidak boleh menelan kata-kata kita sendiri. Kau juga tahu bahwa kita sedang berada di titik kumpul Konferensi Spring Immortal's Gate. Jika salah satu dari para master immortal tahu bahwa kau melakukan bisnis yang curang di sini, dan menelan kembali kata-katamu, bukankah itu sama saja kau tidak menghiraukan peraturan yang berlaku di sini? Kau mencurangi kontrak lisan di antara kita di titik kumpul ini, kau tahu apa yang akan terjadi padamu nantinya?"
Mo Wuji berhenti sejenak, sebelum menyeringai, "Aku takut kau takkan bisa hidup untuk menghabiskan uang yang telah kau dapatkan hari ini. Aku bahkan tak perlu membunuhmu sendiri. Aku cuma perlu melapor pada salah satu master immortal di sini."
Mo Wuji menjauhkan pisaunya dari leher si penjual gendut setelah selesai berbicara. Ia memandang penjual itu itu dengan tatapan jijik.
Keringat dingin penjual gendut itu bercucuran. Benar kata Mo Wuji. Jika Mo Wuji tidak menuntut masalah ini, penjual itu akan merasa baik-baik saja. Tapi mengapa orang seberani Mo Wuji tidak menuntut masalah ini, terutama setelah ia menderita kerugian seperti itu? Si penjual gendut lupa bahwa keserakahannya untuk mendapatkan banyak koin emas dapat membahayakan dirinya.
Ia pasti tidak bisa bertindak tanpa merasa malu di depan begitu banyak orang. Jika ia melakukannya, ia hanya akan menjemput kematiannya.
"Ah ah, maafkan aku, aku telah berbuat kesalahan di sini. Aku telah dibutakan oleh uang hingga aku lupa bahwa aku sudah sepakat denganmu," Penjual itu tersenyum lembut, lalu menyerahkan kunci rantai kaki gadis itu pada Mo Wuji. Nyawanya lebih berharga dibandingkan dengan keuntungan 1.000 koin emas yang bisa saja ia terima.
Mo Wuji mendengus, lalu membuka kunci rantai di kaki sang gadis budak, dan membuang rantai dan kunci itu di sana. Setelah itu, ia mengambil 1001 koin emas dan 1 koin tembaga dari sakunya dan menyerahkannya kepada si penjual gendut.
Jika bukan karena ingin menyelamatkan gadis yang kemungkinan berasal dari klannya ini, pasti Mo Wuji tidak akan mau begitu saja mengeluarkan 1001 koin emas. Bahkan jika ia ingin membelinya, ia akan membayar paling banyak 50 hingga 100 koin emas.
Setelah melihat penjual gendut itu mencoba untuk menjual seorang keturunan dari Klan Mo di Qin Utara, Mo Wuji tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.
Wajah pria yang memegang kipas kertas itu menjadi suram. Namun, ia juga tidak berani menantang aturan sistem pada Konferensi Spring Immortal's gate. Kini, yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah melihat Mo Wuji mengambil gadis itu dari penjual gendut itu.
Penjual gendut itu bergegas menghampiri pria yang memegang kipas kertas itu, dan berkata dengan sopan,"Tuan, saya punya yang lebih baik di sini. Nomor 31 tidak hanya cantik, tetapi juga sangat mahir dalam berbagai alat musik. Dibandingkan dengan yang lain, nomor 31 adalah yang terbaik yang saya jual di sini..."
"Apa benar? Kau memiliki gadis yang lebih baik, tetapi kau tidak menawarkannya padaku sedari awal? Aku juga ingin nomor 31. Tawaranku adalah 1000 koin emas," kata Mo Wuji tanpa menunggu pria berkipas kertas untuk merespon kata-kata si penjual gendut.
Pria yang memegang kipas kertas itu masih terdiam setelah dipermalukan oleh Mo Wuji, karena ia masih tidak ingin menantang aturan sistem dalam Konferensi Spring Immortal's Gate. Namun, Mo Wuji masih berusaha mempermalukannya dengan menawar Nomor 31 dengan harga tinggi. Akhirnya pria itu tidak mau membiarkan Mo Wuji menang lagi, karena ia tidak percaya Mo Wuji mampu menyaingi kekayaannya.
"2000 koin emas," Pria berkipas kertas menawar dengan arogan sambil menatap Mo Wuji dengan tatapan jijik.
Penjual gendut itu terkejut ketika kedua pria itu mulai menawar nomor 31, bahkan sebelum ia sempat menyebutkan harga gadis itu. Penjual itu menjadi sangat senang, ia menyadari bahwa inilah kesempatannya untuk mendapatkan untung besar.
"3000 koin emas," Mo Wuji berteriak santai.
"5000."
"6000..."
"10.000 koin emas!" Darah pria berkipas kertas itu serasa mendidih karena ia tidak menyangka orang sekecil Mo Wuji bisa menjadi sangat arogan.
Mo Wuji melihat seorang pria lain yang tampak sedikit lebih tua berbisik ke telinga pria berkipas itu. Kemudian pria berkipas itu terlihat berkurang amarahnya, dan tidak sekesal sebelumnya.
"Lumayan, kau memanglah seorang bangsawan kaya. Aku tidak bisa bersaing denganmu lebih jauh," Mo Wuji menarik tangan gadis yang baru saja ia beli, dan berkata kepada Ding Bu'Er yang hanya bisa melongo, "Bu'Er, ayo kita kembali."
Akhirnya, pria berkipas itu baru sadar bahwa Mo Wuji sengaja menawar tinggi hanya untuk membuatnya kesal. Ia menjadi sangat marah hingga pembuluh darah di dahinya berubah warna menjadi hijau. Ia ingin sekali memerintahkan seseorang untuk segera menangkap Mo Wuji. Sayangnya, tempat ini bukan termasuk wilayah kerajaannya, sehingga ia tidak berani melakukan hal-hal seperti itu.
"Jia Jing, bayar dia," Pria berkipas kertas itu mendengus, lalu pergi tanpa sempat melihat bagaimana penampilan gadis nomor 31.
Tentu saja, orang yang paling diuntungkan adalah si penjual gendut. Hanya dengan menjual dua budak ini saja, ia mendapat jumlah keuntungan yang sama dengan menjual budak selama satu atau dua tahun.
...
"Wuji, si gendut itu bukan orang yang baik juga. Meskipun kau menang saat bersaing dengan bangsawan yang menjengkelkan itu, kau membiarkan si gendut mendapatkan banyak uang dari jual-beli ini," kata Ding Bu'Er kepada Mo Wuji.
Mo Wuji tertawa, "Aku membiarkannya mendapat banyak uang? He he, kita akan membicarakannya nanti ketika kita kembali."
Berani-beraninya dia menjual seorang anggota Klan Mo untuk dijadikan seorang budak? Mo Wuji menganggap si gendut tadi sudah mati sejak awal. Dirinya berani menawarkan harga tinggi hanya karena ia tidak takut membayar.
"Aku akan pergi mengunjungi Saudara Zhenyi dan Bibi Eleven, kau bisa kembali ke tenda lebih dulu," Ding Bu'Er berinisiatif untuk meninggalkan Mo Wuji sendirian dengan gadis itu. Ia sadar Mo Wuji mungkin harus membicarakan sesuatu dengan gadis itu.
Mo Wuji membawa gadis itu ke tendanya dan ingin memulai pembicaraannya.
Gadis itu menatap Mo Wuji dengan tatapan waspada. Mo Wuji, pria berkipas kertas, dan penjual gendut itu, semuanya adalah tipe orang yang dia benci.
"Siapa namamu?" Tanya Mo Wuji sambil duduk di tenda, ia tidak peduli dengan tatapan waspada gadis itu.
"Mo Xiangtong," Gadis itu terus menatap Mo Wuji dengan waspada setelah menyebutkan namanya.
"Apa hubunganmu dengan Lord Prefektur Qin Utara, Mo Tiancheng?" Mo Wuji terus menanyainya.
Mo Xiangtong tidak terkejut karena semua orang tahu bahwa dia dilahirkan di Qin Utara, "Tuan Tiancheng adalah pamanku, ayahku dan Tuan Tiancheng adalah sepupu."
Mo Wuji menatap Mo Xiangtong dengan terkejut. Siapa sangka bahwa ternyata Mo Xiangtong satu generasi lebih tua darinya. Mo Wuji seharusnya memanggilnya dengan sebutan Bibi Xiangtong.
"Namaku Mo Wuji, Mo Tiancheng adalah kakekku. Sekarang kau mengerti mengapa aku ingin menyelamatkanmu," Mo Wuji menjelaskan dengan emosional.
Mo Xiangtong jauh lebih terkejut dari Mo Wuji setelah mendengar perkataan itu. Dia merasa ragu sebelum bertanya, "Apakah kau Tuan Muda…"
Mo Wuji tertawa pahit, "Tuan Muda macam apa, secara teknis, aku hanyalah keturunan langsung dari Lord Prefektur Qin Utara. Meskipun begitu, jabatan sebagai Lord Prefektur Qin Utara sudah tidak lagi dimiliki oleh Klan Mo."
Sekujur tubuh Mo Xiangtong gemetaran, lalu kedua matanya memerah dan air matanya mulai mengalir.