Chereads / Mahakarya Sang Pemenang / Chapter 53 - Liga Utama Bagian 3

Chapter 53 - Liga Utama Bagian 3

Meskipun Tang En telah memiliki lima kemenangan dan satu kekalahan dalam pertandingan liga di bulan Maret, ia masih kalah dari Harry Redknapp yang merupakan manajer Portsmouth FC dan telah memenangkan penghargaan pelatih terbaik sebanyak enam kali. Kalah dari Redknapp tidak mempengaruhi suasana hati Tang En sama sekali, karena Harry Redknapp adalah sosok terkemuka dalam sepakbola Inggris.

Dalam rangka merayakan prestasi Forest yang layak dipuji selama periode itu, Burns mengadakan acara kumpul-kumpul santai di barnya. Dia mengundang semua orang yang ingin datang, tapi, tentu saja, para pemain tidak bisa datang. Bahkan jika mereka ingin datang dan minum, mereka masih membutuhkan ijin Tang En. Tang En adalah seorang peminum klasik, tapi dia tak mengijinkan para pemainnya untuk minum alkohol. Mereka bisa minum sebanyak yang mereka mau setelah musim berakhir, tetapi tidak selama musim laga masih berjalan.

Michael membawa putranya, dan Bernard kecil yang pintar dengan segera menjadi pusat perhatian. Tang En mendekati Bernard kecil dengan gelas berisi bir, dan gelas itu hampir lebih besar daripada kepala anak itu.

"Ayo, paman ini memberimu minum ..." Lidah Tang En terasa lebih besar saat dia berbicara. Tak ada yang tahu berapa banyak alkohol yang sudah diminumnya.

Tepat ketika dia akan menyerahkan gelas itu kepada Bernard kecil, Michael menyambarnya dan segera menghabiskannya dalam satu tarikan napas.

Tang En melihat tenggorokan Michael bergerak dan mendengar suara bir masuk ke perutnya. Seluruh isi gelas bir itu ada di perut orang lain! Tang En menatap lurus ke matanya dan berteriak, "Itu punyaku!"

"Aku tahu." Michael menyeka buih di mulutnya, bersendawa, lalu berkata dengan puas, "Terima kasih atas minumannya."

"Kau benar-benar ..." Tang En membuka mulutnya dan baru akan memakinya, tapi dia dihentikan oleh peringatan Michael.

"B*jingan! Jangan gunakan bahasa yang buruk di depan anakku!"

Tang En sama sekali tak bisa berkata-kata.

Ada tawa keras di sekitar mereka. Dari semua suara kasar dan serak para lelaki tua itu, suara tajam si kecil Bernard terdengar sangat jelas, "Bos, berikan secangkir jus segar pada Tuan Twain. Aku yang membayarnya!"

Semua orang kembali meledak tertawa.

Tang En mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan bahwa dia menyerah.

Big John mengangkat gelasnya dan berteriak dengan gembira, "Siapa yang mengalahkan Tony?"

Walker memanjangkan suaranya seperti sound system di stadion dan berteriak,

"Gaaaaaavin!"

Para pria yang lain segera menambahkan seolah-olah mereka sedang menonton pertandingan di stadion, "Bernard!"

Suasana di bar mencapai puncaknya, orang-orang memegang gelas mereka dan mengobrol dengan penuh semangat. Michael membawa putranya untuk duduk di meja Tang En, dan semua orang yang duduk di meja itu menyambut si Bernard kecil dan mengabaikan ayahnya.

"Putranya jauh lebih imut dari pada ayahnya," Tang En menilai.

"Kau juga tidak imut," Michael mencoba membalas.

Tang En terkikik, "Itu artinya kita sama."

"Siapa yang mau punya kesamaan dengan orang sepertimu?" Michael mengangkat gelasnya dan menggoyangkannya di depan Tang En. Tang En tahu apa yang dimaksud olehnya dan mengangkat gelasnya. Mereka bersulang.

"Tony."

"Ya?"

"Apa tim kita akan masuk Liga Utama musim depan?"

'Apa ada gunanya bertanya seperti itu?"

"Baiklah. Kalau kau tidak berhasil melakukannya, aku akan duduk di belakang tempat dudukmu dan mengolokmu di setiap pertandingan kandang."

"Dalam mimpimu! Aku takkan memberimu kesempatan untuk melakukan itu!"

Kedua lelaki itu menghabiskan bir mereka, dan kemudian saling memandang dan mulai tertawa.

Pintu masuk bar yang berat didorong terbuka, dan seorang pria yang mengenakan topi melangkah masuk. Meski dia mencoba untuk bersikap rendah hati, masih ada orang yang mengenalinya.

Bar yang berisik dengan segera menjadi sunyi senyap.

Bahkan Tang En dan Michael, yang duduk paling jauh, merasakan perubahan suasana itu.

Michael, yang penasaran, berbalik dan melihat si pengunjung yang berdiri di dekat pintu sedang mencari seseorang.

Setelah itu, Tang En melihat senyum di wajah Michael menghilang. Dia berdiri dan menatap pria paruh baya yang bertopi itu.

Michael dan si perusak-pesta saling bertatapan pada saat yang sama.

"Michael," katanya dan ingin melanjutkan, tapi Michael menghentikannya.

"Aku tahu apa yang ingin kau lakukan. Aku tak peduli dengan mereka, dan kau sebaiknya tidak datang mencariku lagi. Aku sudah mengatakan dengan jelas kalau aku tidak ingin bergaul denganmu! John juga sama."

Michael baru saja menyelesaikan apa yang ingin dikatakannya, saat John, yang berada lebih dekat dengan pintu, berdiri di depan pria bertopi itu dan memelototinya dengan mata yang tidak ramah dan menunjukkan sikap yang tidak ramah pula. 

"John, dengarkan aku ..."

Big John berbicara acuh tak acuh. "Aku tak kenal siapa kau."

Saat dia mengatakan ini, orang-orang lain mengelilinginya.

Tamu tak diundang itu memandangi semua orang dan merasa jengkel. Dia menunjuk ke arah John dan Michael lalu mengatai mereka, "Kalian adalah pembelot yang mengkhianati saudara-saudara kalian!"

Ini menarik minat Tang En. Dikhianati? Saudara? Pembelot? Apa mereka sedang berada di film aksi? Dia berjingkat ke belakang Big John dan berharap bisa melihat wajah pria itu untuk melihat apa disana ada bekas luka.

"Para b*jingan Millwall itu menantang kita! Ini tentang kehormatan kita! Dan kalian malah disini minum-minum dan bersenang-senang seolah-olah tak ada yang terjadi."

Suara dingin Burns datang dari tangga, "Aku ingat aku pernah bilang bahwa kami tidak menyambut orang-orang sepertimu disini."

Pria itu tampaknya takut pada Burns, dan amarahnya tiba-tiba hilang. Tang En bertanya-tanya kenapa pria itu cepat sekali mengubah sikapnya. Sepertinya sesuatu yang aneh sedang terjadi.

"Kenny…"

"Pergi dari sini!"

Burns tiba-tiba menyuruhnya pergi, dan semua orang di bar menatapnya dengan kebencian di mata mereka karena telah merusak pesta. Tamu tak diundang itu menatap marah pada John yang menghalangi jalannya dan kemudian melangkah pergi.

Ketika pintu bar ditutup, orang-orang di dalam bar mulai minum dan mengobrol lagi seolah-olah tak ada yang terjadi. Suasana bar segera kembali ke suasana sebelumnya.

Tapi, suasana hati Michael tampaknya menjadi buruk, dan tiba-tiba saja dia menghabiskan birnya dalam satu tegukan panjang. Lalu dia menggumamkan sesuatu. Meski lingkungan di sekitar mereka sangat bising, Tang En masih bisa mendengarnya.

"Kehormatan busuk apa..."

Setelah menghabiskan sisa birnya, Michael berdiri dan berkata kepada Twain dan Walker, "Aku harus pulang sekarang, Gavin sudah hampir ketiduran."

Walker mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mengerti. Michael memandang ke arah Tang En yang masih tampak bingung. "Ingatlah apa yang kau janjikan, Tony. Kalau Forest masih terjebak di Liga Satu, aku akan melakukan sesuatu tentang itu!"

Setelah itu, ia membawa putranya keluar dari keramaian.

Dari sejak kedatangan si tamu tak diundang, hingga saat Michael meninggalkan bar, Tang En benar-benar tak memahaminya. Semua itu tadi tentang apa? Berbalik dan melihat Walker minum sendirian, Tang En merasa bahwa dia harus tahu apa yang baru saja terjadi. "Des, apa kau tahu siapa pria bertopi itu? Sepertinya semua orang mengenalnya, tapi kenapa mereka berbicara seperti itu terhadap satu sama lain?"

Walker melirik Tang En. "Itu tadi Mark Hodge, pemimpin Naughty Forty."

"Apa itu?"

Kali ini Walker menenggak birnya, menunggu sebentar, dan kemudian menjawab Tony. Dia menekankan kata-katanya per suku kata, "Hoo-li-gan Sepak-bola!"