Chereads / Mahakarya Sang Pemenang / Chapter 24 - Manajer yang Duduk di Tribun Penonton Bagian 2

Chapter 24 - Manajer yang Duduk di Tribun Penonton Bagian 2

Sisa pertandingan berjalan cukup mulus bagi Nottingham Forest. Serangan Coventry City tampak tumpul dihadapan pertahanan yang dipimpin oleh Dawson. McAllister hanya bisa menunjukkan performa terbaiknya bagi dirinya sendiri, tapi ia tidak dapat melakukan penyesuaian dalam taktik tim secara keseluruhan. Ini adalah kelemahan paling kritis dari membuat seorang pemain mengambil peran sebagai manajer pada saat yang bersamaan: tim tidak dapat menilai situasi lapangan secara keseluruhan, tidak ada waktu untuk memikirkan langkah pencegahan dengan tenang, dan tidak dapat melakukan penyesuaian langsung di tempat. Namun, lapangan selalu berubah. Sedikit terlambat bisa membuat momen itu dimanfaatkan oleh lawan.

Ketika Tang En pertama kali melihat peranan McAllister, ia sudah memikirkan bagaimana memanfaatkan hal ini selama pertandingan. Sekarang timnya memimpin dengan satu bola, dia ingin melihat trik apa yang disembunyikan oleh McAllister di balik lengan bajunya.

Kedua manajer menonton dari tempat yang berbeda, dalam situasi yang berbeda, dan karenanya menghasilkan perspektif yang berbeda. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan cara berpikir mereka yang juga berbeda, dan akhirnya bisa menentukan hasil pertandingan.

Babak pertama baru saja berakhir, dan Nottingham Forest, tim tandang, untuk saat ini memimpin atas Coventry City dengan satu gol. Para fans di tribun penonton berangsur-angsur bubar, karena mereka harus memanfaatkan 15 menit jeda ini untuk mengisi kembali energi mereka, serta pergi ke kamar kecil, sebagai persiapan untuk pertempuran di babak kedua.

Tang En juga memutuskan untuk kembali ke ruang ganti dan mengatur taktik untuk babak kedua. Setelah mengamati babak pertama, ia kurang lebih memiliki gagasan tentang apa yang ingin dilakukannya. Tapi, sebelum pergi, dia harus menemukan sesuatu untuk dilakukan oleh dua orang di sampingnya, karena ia tak bisa membiarkan mereka mengikutinya kembali ke ruang ganti pemain.

"Erm, Tuan-tuan berdua, bukankah menurut Anda lingkungan kita untuk babak pertama sangat mengerikan?"

Keduanya saling memandang satu sama lain, tidak yakin dengan apa yang dimaksud oleh Tang En.

Melihat mereka tidak mengerti, Tang En mengilustrasikannya untuk mereka. "Para penggemar ini bersuara lantang dan riuh, mungkin mereka mengkonsumsi cukup banyak alkohol sebelum pertandingan. Masing-masing dari mereka sangat energik dan ribut. Mereka hanya mendukung tim mereka sendiri, tetapi sayangnya, tim mereka saat ini ketinggalan satu bola. Dengan begitu, perilaku mereka tidak akan bagus. Didorong oleh pengaruh alkohol... Kupikir selama 15 menit ini, mereka akan minum beberapa kaleng bir lagi, kan? Dan jika tim mereka tidak berhasil mengejar, darah mereka kemungkinan besar akan mulai mendidih dan naik ke kepala mereka. Kalau mereka menemukan bahwa ada tiga penonton yang bukan penggemar tim tuan rumah... menurut Anda, apa yang akan mereka lakukan?"

Mereka berdua dengan panik mencoba membela diri. "Aku bukan penggemar Nottingham Forest. Sebenarnya aku mendukung Man City..."

"Aku penggemar Oxford United, tapi itu tim Divisi Tiga ..."

Tang En menggelengkan kepalanya. "Takkan ada gunanya, bahkan jika Anda menggunakan sistem siaran stadion untuk memberi tahu semua orang. Anda harus tahu bahwa penggemar yang mengamuk itu tidak akan rasional. Anda tidak percaya? Bagaimana kalau kita mengetesnya?"

Salah satu dari mereka dengan panik mencoba menghentikan Tang En. "Tidak perlu melakukan itu. Aku juga merasa bukan hal yang baik bagi kita untuk duduk diantara sekelompok penggemar tim tuan rumah yang berdarah panas."

"Kurasa kalian berdua harus mengajukan keberatan Anda pada staf Coventry. Setidaknya ubahlah tempat duduk kita ke daerah yang lebih netral — suatu tempat yang lebih dekat dengan area Nottingham Forest."

Mendengar Tang En mengatakan ini, mereka berdua tiba-tiba tampak waspada. Tang En tidak punya pilihan selain menjelaskan, "Kalian berdua bisa tenang. Jangan-jangan Anda berpikir bahwa aku akan mengarahkan pertandingan menggunakan para fan? Itu terlalu konyol."

Keduanya saling memandang, sebelum kemudian mengangguk. "Baiklah, kami akan mendekati staf Coventry."

"Terima kasih banyak. Kalian berdua telah membuat keputusan yang tepat." Tang En berbalik dan berjalan menuju lorong. Sebelum dia berjalan pergi, dia bertanya, "Ngomong-ngomong, hanya ingin bertanya, apa Football Association mengijinkanku memasuki ruang ganti timku selama waktu istirahat?"

"Tidak ada instruksi khusus yang diberikan untuk itu, jadi silakan saja."

"Terima kasih banyak. Anda bisa menemukanku di depan pintu ruang ganti pemain dalam 15 menit. Selamat tinggal." Tang En melambaikan tangannya saat dia berjalan ke lorong.

Ada ruang tunggu yang sangat besar di dalam stadion, yang menjual berbagai minuman dan makanan. Para penggemar bisa beristirahat sebentar di sana, minum beberapa kaleng bir, makan sosis bakar, atau sekadar mengobrol dengan teman-teman mereka. Tapi, seseorang harus berhati-hati agar tidak terlibat dalam konflik apapun dengan mereka yang jelas-jelas mabuk, karena orang-orang seperti itu sangat berbahaya, terutama ketika tim yang mereka dukung sedang terdesak.

Tang En menundukkan kepala dan melintasi ruangan dengan cepat. Dia tidak ingin siapa pun mengidentifikasinya, karena timnya saat ini sedang unggul, dan para fans Coventry City sedang jengkel.

Setelah melintasi ruangan yang penuh sesak, ia menemukan lorong kecil yang jarang digunakan, yang merupakan jalan lain untuk bisa sampai ke ruang ganti. Tapi, saat menuju kesana, Tang En melihat adanya seorang penjaga keamanan yang ditempatkan di sana, juga sebuah tanda yang bertuliskan: Dilarang melewati area ini.

"Apa yang terjadi?" Tang En bertanya kepada penjaga keamanan yang berdiri di hadapannya.

Petugas keamanan menunjuk tanda itu, seolah memberi tahu Tang En, "Apa kau tidak bisa membaca?" Sikapnya jelas tidak ramah.

"Sangat bisa." Tang En mengangguk sebelum menendang tanda itu. Kemudian, dia menginjak tanda itu dan melangkah maju.

Petugas keamanan tampak cemas. Dia mencoba menarik Tang En kembali, tapi dengan lembut diatasi oleh Tang En. "Bro, aku sudah berlatih beberapa tahun." Ketika Tang En masih sangat muda, ia pernah belajar seni bela diri dari artis jalanan di kota kelahirannya. Pada saat itu, film Shaolin Temple sangat populer di seluruh negeri. Tang En bermimpi menjadi bintang seni bela diri seperti Jet Lee, yang menghasilkan banyak uang dan dihormati oleh puluhan ribu orang. Kemudian, dia menemukan bahwa dirinya tidak cocok untuk itu dan menyerah. Meskipun ia tidak menjadi Jet Lee kedua, skillnya sudah lebih dari cukup untuk menghadapi macan diatas kertas seperti yang satu ini, yang hanya bisa menggonggong dan tidak menggigit.

Mengabaikan penjaga keamanan, yang tergeletak di lantai, Tang En berjalan menuju ruang ganti timnya, dimana dia mendorong pintunya lalu masuk ke dalam.

Tampak jelas bahwa para pemain sedang menunggunya. Melihat Tang En masuk, semua orang mengangkat kepala, mata mereka penuh dengan antisipasi.

Mata itu ... Tang En tahu beban apa yang sedang dipikulnya saat ini.

"Kalian bermain luar biasa di babak pertama. Tapi hati-hati dengan serangan balik mereka di babak kedua. Ayo kita analisis secara detail."

Dua orang dari Komite Disiplin Football Association menemui ketua Coventry. Setelah menyatakan identitas mereka, masalah kursi diselesaikan dengan sangat cepat. Ketua berjanji untuk membiarkan mereka duduk dengan para penggemar Nottingham Forest, dan juga menjanjikan keselamatan pribadi mereka.

Dua orang yang sudah menyelesaikan tugas mereka ini melihat bahwa mereka masih terlalu awal dari waktu yang dijanjikan, jadi mereka memutuskan untuk menunggu di depan pintu masuk ruang ganti pemain. Mereka masih sedikit khawatir jika manajer itu mencoba memainkan beberapa trik. Tony Twain membuat mereka merasakan kegelisahan yang kuat, seolah-olah dia bukanlah seorang manajer sepakbola, melainkan seorang agen khusus MI6 yang menyamar.

Ketika mereka berjalan melewati koridor, mereka melihat tanda di lantai yang bertuliskan "Dilarang melewati area ini" dan beranggapan itu aneh. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi, karena sudah tergeletak di lantai, kemungkinan besar tanda itu tidak lagi digunakan. Jadi, mereka melangkahi tanda itu dan berjalan melewatinya.

"... kalau mereka tidak bisa memperbaiki situasi dalam 15 menit setelah memasuki babak kedua, kupikir McAllister pasti akan membuat asisten manajernya memasukkan Gary McSheffrey, meski dia masih memiliki beberapa cedera ringan. Tentang siapa yang akan diganti keluar dari lapangan, itu akan tergantung performa pemain di lapangan." Tang En menyisihkan papan taktik, sambil terus berbicara tanpa henti. Walker, yang mendengarkan di sampingnya, sangat menghormatinya, sementara Bowyer penuh dengan senyum.

"Sementara untuk kalian semua ...," kata Tang En sambil menunjuk ke arah para pemain, "apapun yang terjadi, kalian semua harus selalu ingat bahwa 1: 0 adalah skor paling genting di dunia. Satu bola lebih unggul akan memberikan mimpi dan impuls tanpa batas bagi lawan. Kalau kau ingin benar-benar mematikan motivasi mereka, maka kau hanya perlu mencetak lebih banyak gol, lebih dan lebih banyak gol! Untuk babak kedua, kita akan bermain bertahan dan melakukan serangan balik, dan memaksa mereka untuk menyerang. Lebih banyak gunakan umpan panjang. Eoin?"

Jess berdiri.

"Bagaimana kondisi rumput di lapangan?"

"Tanahnya sangat longgar, dan rasanya aku takkan bisa sepenuhnya mengerahkan kekuatanku. Rumputnya juga sangat licin." Jess menjelaskan, dia mengira manajer sedang menyalahkannya karena tidak menempatkan beberapa bola dengan baik di babak pertama.

Tang En mengangguk. "Seluruh tim harus melakukan lebih banyak umpan panjang, dan pada saat yang sama, waspadai umpan panjang tim lawan." Setelah itu, dia berbalik dan berkata kepada Walker, "Des, biarkan para pemain melakukan pemanasan setiap sepuluh menit. Kalau mereka berhasil mencetak gol di 15 menit pertama babak kedua, kita tidak akan mengganti pemain dan terus melanjutkan serangan balik defensif kita. Biarkan semua orang bermain dengan sedikit lebih sabar. Ini adalah rumah mereka, dan mereka pasti tidak akan puas dengan skor seri. Saat pertandingan berlangsung, mereka pasti akan terus memaksakan serangan mereka. Dan itu akan menjadi kesempatan kita. Kalian harus mengambil setiap peluang yang muncul. Kalau kalian menyia-nyiakan dan membuang kesempatan itu, kalian akan dihukum untuk itu."

Tang En menatap para pemain di ruang ganti dan merasakan sakit kepala ringan. Itu karena persyaratan sepakbola di Inggris berbeda dengan tempat lain. Hanya lima pemain pengganti yang diijinkan untuk dibawa ke lapangan dalam setiap pertandingan. Tanpa menghitung kiper pengganti, tak ada banyak pilihan yang tersisa untuk dipilih. Ini adalah salah satu aspek sepak bola Inggris yang tidak disukai Tang En. Baik Serie A dan La Liga memperbolehkan hingga tujuh pemain pengganti, jadi mengapa persyaratan di Inggris begitu istimewa?

"Ian, kalau ada keadaan yang tak terduga, kau dan Des bisa membahas dan mengambil tindakan sesuai dengan itu. Kita bermain bagus di babak pertama, jadi teruslah bermain seperti ini selama sisa pertandingan."

Dia menunduk dan melihat waktu. Sudah hampir waktunya baginya untuk pergi. Dia memberikan sisa waktu bagi asisten manajer karena dia harus pergi.

"Itu saja. Kuharap 45 menit setelah ini, kita bisa mengantongi tiga gol."

Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada semua orang, Tang En berbalik dan keluar ruangan. Setelah itu, dia berjalan dengan dua orang yang sudah menunggunya di luar, ke tribun penonton.

"Mereka menyetujui permintaan kita untuk mengganti tempat duduk?" menyadari bahwa mereka tidak berjalan ke arah tempat duduk mereka sebelumnya, Tang En bertanya. 

"Ya, kita akan duduk bersama para penggemar Nottingham Forest." 

"Kalian benar-benar partner yang bisa dipercaya." Mereka tak bisa merasa yakin apakah Tang En benar-benar memuji mereka atau apakah dia sedang bersikap sarkastik. Tapi mereka tetap berhati-hati. Mereka baru berinteraksi dengannya selama sekitar satu jam, tetapi mereka sudah terbiasa dengan lidah tajam dan cara bicara orang itu.

Omong-omong, lidah tajam Tang En adalah salah satu alasan mengapa ia tidak disukai saat dia masih di Cina. Dia selalu mengucapkan kebenaran dan melontarkan komentar yang rasional, tapi kebenaran dan komentar rasional cenderung tidak enak didengar.

Ketika mereka bertiga datang ke tribun penonton bagi penggemar Nottingham Forest, sebagian besar fans sudah duduk. Atap stadion berukuran sangat terbatas dan tak bisa menutupi semua tribun penonton. Beberapa baris pertama langsung di berada bawah hujan. Tang En memandang para penggemar yang mengerutkan leher mereka dan tetap bertahan dalam hujan yang dingin, sambil mengutuk, "B*jingan. Coventry harus menganggap diri mereka beruntung karena mereka tidak lagi bertanding melawan Nottingham Forest di City Ground, setidaknya di musim seperti ini."

Dia berjalan lurus ke barisan depan, dan berdiri bersama para penggemar lainnya di bawah hujan. Tetapi, kedua bodyguards itu kelihatan sangat menderita. Mereka mengerutkan leher mereka dan melompat-lompat ditempat. "Saya beritahu, Tuan Twain. Kursi yang mereka alokasikan untuk kita tidak ada di sini." Salah satu dari mereka menunjuk ke atas, ke suatu tempat yang terlindung dibawah atap stadion.

Tang En menatap mereka berdua dan berkata, "Kalau Anda ingin pergi, pergi saja. Aku ingin tinggal bersama dengan para penggemarku."

"Saya khawatir itu tidak mungkin. Kami tidak bisa membiarkan Anda berdiri terlalu jauh dari kami," kata mereka berdua dan tampaknya mereka berada dalam posisi yang sulit.

"Kalau begitu Anda berdua bisa tinggal di sini bersamaku." Tang En menunjuk ke suatu tempat di lantai, dan dalam hati merasa sangat senang. Dia akhirnya mendapat kesempatan untuk membalas kedua orang itu.

Keduanya menatap langit yang masih gerimis dan menghela nafas karena mereka hanya bisa menerima keputusan itu.

Percakapan antara ketiganya menarik perhatian para penggemar di sekitar mereka. Penggemar Nottingham Forest dengan cepat berhasil mengenali bahwa orang yang ada di sana adalah manajer mereka, Tony Twain.

"Tuan Twain?" Seorang penggemar bertubuh kekar berjalan ke arahnya dan bertanya dengan nada sedikit ragu. Ketika dia melihat wajah Twain, dia berteriak kaget, "Jadi ini benar-benar Anda! Apa ada masalah?" Dia menatap penuh permusuhan pada dua orang yang ada di samping Tang En.

Penggemar ini, yang memiliki penampilan yang mengancam, membuat dua orang anggota komite disiplin FA merasa sedikit gugup. Untungnya, Tang En melepaskan mereka dari kesulitan. "Tidak, tidak ada masalah. Aku hanya sedang berdiskusi dengan dua temanku di sini, di mana kami seharusnya menonton pertandingan. Apa ada yang duduk di sini?"

"Tadinya ada, tapi sekarang tidak ada."

"Itu bagus. Kalau begitu, kami akan menonton pertandingan dari sini saja."

Mendengar kabar bahwa manajer Nottingham Forest ada di sana, para penggemar dari semua tribun penonton bergegas maju. Mereka meneriakkan nama Twain dengan hormat, atau nama panggilannya, untuk mengekspresikan rasa hormat mereka yang tulus kepada manajer pengganti. Ini karena timnya menunjukkan permainan babak kedua yang menggugah-jiwa di pertandingan sebelumnya. Percakapan Tang En dengan para penggemar juga sebagian besar terpusat pada pertandingan itu. Meskipun wasit kepala akhirnya menghentikan laju tim Nottingham Forest, di mata para penggemar, sang manajer, Tony Twain, yang memimpin tim untuk mencetak empat gol melawan West Ham, masih menjadi pahlawan.

Tang En sangat gembira mengetahui bahwa ia dipandang seperti pahlawan oleh para penggemar, sekali lagi membuktikan bahwa ia cocok untuk berjalan di jalur manajer sepakbola. Dia tidak memberikan kesan seperti seorang manajer yang jauh dari penggemar. Sebaliknya, ia mengobrol dengan para penggemar di stadion yang ramai dan berisik, bercanda dengan mereka tanpa menahan diri, dan benar-benar menikmati waktunya. Tetapi dua orang malang dari Football Association itu, tersingkir keluar dari kerumunan dan mengerutkan leher mereka dalam upaya untuk tetap bertahan dari serangan air hujan yang dingin. Tampaknya tak ada yang peduli tentang mereka pada saat itu.

Begitu pertandingan dimulai, Tang En benar-benar dikelilingi oleh penggemar Nottingham Forest. Dua anggota komite disiplin tersingkir dua baris di belakangnya dan menghabiskan sisa waktu mereka mengawasi setiap gerakan Tang En. Sebelum datang ke Coventry, mereka telah diperintahkan secara khusus oleh Palios untuk mewaspadai Tony Twain, karena dia adalah orang yang licik.

Itu benar, sangat licik!

Saat itu, keduanya menganggukkan kepala bersamaan menyetujui anggapan itu.