Ketika malam gelap, Kota Jalan Surgawi diterangi oleh kembang api, di Dataran Agung Terpencil di Sektor Asal Surga, Batu Api Hitam merasa kepalanya agak pusing karena cahaya bulan yang terlalu terang.
Pasir lembut di bawah kakinya membuatnya merasa sedang menginjak kapas. Sambil terhuyung-huyung untuk waktu yang lama, ia akhirnya berhasil menjaga tubuhnya yang besar tetap stabil dengan kedua kakinya.
Batu Api Hitam menarik napas panjang. Rasa pusing yang baru saja menghilang, datang kembali. Udara Sektor Asal Surga begitu segar dan manis sehingga hampir memabukkan baginya. Ia terus menghirup dan lupa menghembuskan napas sampai paru-parunya hampir meledak.
Memegang jantungnya yang berdebar kencang, Batu Api Hitam meringis dan memandangi dunia baru dengan hati-hati dengan para sahabat di sekitarnya.