Jauh di dalam sebuah kota luar angkasa yang berantakan di mana energi roh hampir habis, di dekat pasar sayuran yang penuh dengan selokan yang rusak, seorang lelaki botak sedang menghirup dan menikmati semangkuk agar-agar tahu di sebuah bilik kecil yang menjual sarapan.
Gerai itu sangat dekat dengan gerai yang menjual ayam dan ikan dan karenanya, rusak oleh bau amis. Bau itu tidak sedap.
Jam sarapan sudah lama berlalu. Agar-agar tahu sebagian besar sudah habis terjual. Apa pun yang tersisa di ember besar itu dingin dengan terlalu banyak garam dan kecap. Itu pasti bukan sesuatu yang dekat dengan gurih.
Tapi lelaki botak itu menikmatinya seolah itu adalah makanan paling enak di dunia. Ia memusatkan perhatiannya pada mangkuk dan sepenuhnya tenggelam di dalamnya.