Setelah melipat tenda, keduanya duduk di bahu Tyrant dan melanjutkan perjalanan ke arah timur.
Selama perjalanan mereka diserang oleh beberapa monster.
Untungnya, Tyrant adalah monster yang sangat kuat, ia mampu membunuh monster yang menyerang dalam sekejap sehingga tidak ada hal yang menyebabkan perjalanan mereka tertunda.
Monster biasanya akan menghindari Tyrant dengan bersembunyi.
Dalam selang waktu beberapa jam, mereka diserang oleh empat monster. Monster-monster tersebut jauh lebih lemah daripada Tyrant, karena itu semua monster yang menyerang dengan mudah dimusnahkannya.
Secara logis para monster tidak akan menempatkan diri mereka dalam bahaya, karena monster dilengkapi dengan respons naluriah untuk menghindari bahaya. Jadi, memang sangat aneh jika mereka mencoba dengan sengaja menampakkan dirinya di hadapan Tyrant.
Pukul satu siang, suhu gurun pasir mencapai puncaknya.
Lin Huang dan si Gemuk berhenti di sebuah rumah kosong agar Tyrant bisa beristirahat.
Rumah ini sepertinya dulu digunakan sebagai depot pasokan dan dimanfaatkan oleh Asosiasi Pemburu.
Tyrant bergerak menuju depot pasokan.
Dilihat dari struktur rumahnya, sepertinya bangunan tersebut sudah berdiri lama. Depot pasokan biasanya tidak dibuat khusus untuk kegiatan ujian penilaian.
Asosiasi Pemburu akan selalu membangun semua jenis depot pasokan untuk kenyamanan para pejalan kaki.
"Melihat rumah yang sudah lapuk, depot pasokan ini sepertinya sudah ada setidaknya selama 30 tahun. Rumah ini tidak terlihat tak berpenghuni," kata si Gemuk.
"Bahkan jika depot ini adalah depot pasokan yang tak berpenghuni, ada kemungkinan depot ini digunakan sebagai bagian dari ujian penilaian, karena lokasinya yang searah dengan perjalanan ke tujuan akhir. Lokasi strategis dari depot pasokan menyebabkan yang lemah dikeluarkan dari penilaian dan mereka yang berhasil mencapai depot pasokan dipastikan lulus penilaian karena telah menyelesaikan setengah perjalanan," Lin Huang yakin 80% bahwa benar-benar akan ada persediaan di dalamnya. "Ayo masuk dan lihat."
Ternyata benar, depot itu adalah gudang persediaan yang berisi barel-barel air dan beberapa cemilan berenergi tinggi.
Si Gemuk senang dan berjalan tergopoh-gopoh menuju makanan. Ia mengambil sebungkus makanan dan mulai menyantapnya rakus.
Lin Huang mengambil satu barel air dari ruang penyimpanan dan berjalan menuju si Gemuk bertanya, "Apakah kau lapar?"
"Ya, dan keripik kentang merek ini adalah favoritku," si Gemuk menghisap jempolnya membuat Lin Huang jijik.
"Jika memang lapar, kau bisa memasak makanan, tapi hanya bisa makan satu paket. Kau tahu aturannya kan?" Lin Huang mengacu pada aturan tak tertulis yang harus diketahui setiap pemburu, setiap barang dari depot pasokan harus digunakan secara bijaksana.
Karena barang-barang yang tersedia di depot pasokan sebenarnya untuk orang yang membutuhkan.
Bahkan segelas air atau sisa makanan pun bisa menjadi penyelamat hidup. Oleh karena itu, mereka yang masih bisa bertahan tanpa mengambil air dan makanan, seharusnya tidak serakah.
Meskipun demikian, si Gemuk tetap tidak tahu malu, ia tidak memperdulikan aturan yang tidak tertulis itu.
Setelah menghabiskan sebungkus keripik kentang, ia mengambil sebungkus lagi dan menyimpannya di ruang penyimpanan miliknya. Kemudian ia mengambil satu barel air lagi dan keluar dari rumah.
Sambil duduk beristirahat di bawah bayangan koridor yang teduh, Lin Huang menegak air minum dan mengingatkan si Gemuk, "Sebelum memasak, pastikan tanganmu bersih!"
Sejujurnya, hasil masakkan si Gemuk sangat enak. Satu-satunya hal yang tak disukai Lin Huang adalah ia adalah orang yang jorok.
Si Gemuk memanggang daging dan setelah selesai, keduanya duduk di koridor yang teduh, makan bersama.
"Sebenarnya aku membawa beberapa botol bir. Kupikir bisa menikmatinya selama perjalanan. Sayangnya, birku disita sebelum ujian penilaian dimulai," gerutu si Gemuk.
"Kita disini untuk ujian penilaian. Apa kau pikir kau ada di sini untuk liburan?" Lin Huang menjawab sinis.
"Harusnya temannya barbekyu itu alkohol. Air biasa dengan barbekyu sangat tidak pas," jawab si Gemuk, yakin dengan pendapatnya sendiri.
Lin Huang setuju dengan pendapatnya, memang aneh minum air biasa dengan barbekyu.
"Baiklah, berhenti menggerutu. Kita harus melanjutkan perjalanan setelah makan. Kita harus berusaha sebisa mungkin untuk mencapai kaki Gunung Salju sebelum gelap," ujar Lin Huang sambil memikirkan jadwal yang telah direncanakannya. Berdasarkan kecepatan Tyrant, ia memperkirakan sisa perjalanan menjadi tujuh jam.
Si Gemuk membersihkan peralatan memasak dan keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka.
Tyrant berlari di bawah terik matahari. Gurun pasir yang luas itu memantulkan cahaya keemasan.
Lin Huang dan si Gemuk mengenakan kacamata hitam, mereka berdua tampak seperti sedang liburan.
Setelah beberapa saat, Lin Huang merasakan ada sesuatu yang bergerak dari bawah pasir. Ia melepas kacamata hitamnya agar bisa melihat dengan lebih jelas, diperhatikannya pasir di bawahnya, tetapi ia tidak menemukan apa-apa di sana.
Lin Huang tampak bingung. Kemudian ia menunjuk ke arah pasir dan berteriak, "Hei, apakah kau melihat sesuatu bergerak di bawah pasir?"
"Tidak. Saat ini cuaca sedang tidak berangin, jadi akan lebih mudah untuk diketahui jika ada yang bergerak di bawah gurun pasir," jawab si Gemuk sambil melambaikan tangannya.
Pasir mulai bergulir lagi dan kali ini menuju ke arah Monster Pasir.
"Ada sesuatu di sana!" Lin Huang berteriak. Monster Pasir merasakan ada sesuatu yang aneh dan mulai merasa tidak nyaman.
Li Huang sangat sensitif terhadap gerak-gerik Tyrant dan kali ini ia melihat reaksi yang tidak biasa. Ini menunjukkan bahwa sesuatu yang menakutkan akan terjadi. Lin Huang bersiap untuk kemungkinan terburuk, dipegangnya janggut Tyrant erat-erat dengan satu tangan dan ia mengeluarkan ElangAbu17 di tangan lainnya.
"Berhenti Tyrant!" perintah Lin Huang, karena ia memperhatikan benda yang tidak diketahui itu bergerak jauh lebih cepat daripada Tyrant. Mereka tidak mungkin melarikan diri tepat waktu. Mereka hanya bisa menunggu kapan makhluk tak dikenal itu akan menyerang. "Gemuk, bersiap-siap. Mungkin bukan hal yang mudah kali ini," Lin Huang berteriak.
Tyrant berhenti. Lin Huang bisa merasakan jantungnya berdebar kencang.
Ia membidik pasir dengan ElangAbu17 dan dalam hitungan detik, menarik pelatuknya. Mereka tidak memiliki banyak peluru peledak sehingga Lin Huang menggunakan peluru yang khusus dibuat untuk ElangAbu17.
Namun, peluru itu sepertinya tidak berpengaruh apa-apa. "Sesuatu" di dalam pasir itu tetap bergerak dan ketika tembakan itu dilepaskan, bukan suara erangan menyakitkan yang terdengar, melainkan suara pelat logam yang tajam. ElangAbu17 tidak asing untuk si Gemuk. Wajahnya berubah pucat saat menyaksikan peluru-peluru itu terpental ke berbagai arah.
Tyrant mengerang kencang.