Chereads / Nirwana Monster / Chapter 18 - Bunuh Mereka Semua!

Chapter 18 - Bunuh Mereka Semua!

Menggunakan metode yang sama, Lin Huang memancing lebih banyak Monster Pasir keluar dari gubuknya dan membuat Bai membunuh mereka.

Lebih dari satu jam kemudian, selain pemimpinnya, seluruh Monster Pasir terbunuh.

Bagian belakang bukit pasir yang letaknya kurang dari 100 meter dari pos pijakan tersebut penuh dengan mayat, kebanyakan dengan kepala yang terpisah dari tubuh mereka.

Di Roda Kehidupan milik Lin Huang, 52 kolom abu-abu telah berubah menjadi kolom putih dan semuanya menyala.

Ia juga mendapatkan 33 kartu Monster Pasir. Ia dapat menggabungkan 30 potongan kartu menjadi satu tingkat besi - Monster Pasir tingkat 1, namun ia memilih untuk menyimpannya.

Berdiri di luar pos pijakan, Lin Huang melihat Monster Pasir terakhir dari jauh.

Monster tersebut adalah yang terbesar di seluruh pos pijakan dan tingginya hampir 10 meter.

Dari ukurannya, Lin Huang menduga monster itu adalah tingkat perunggu.

Harusnya monster ini adalah pemimpin di pos pijakan, ia tertidur pulas dan mendengkur keras.

Monster tersebut tidak tahu bahwa seluruh teman-temannya telah terbunuh.

Lin Huang mengeluarkan Elang Abu-abu 17 dari tempat penyimpanannya dan memasukkan 10 peluru berlapis baja ke dalam lubang pistol dan mendekati Monster Pasir terakhir diam-diam.

Dalam hembusan angin semilir di padang pasir, bau busuk memancar dari gubuk-gubuk tersebut. Menjijikkan.

Monster Pasir itu terlihat kotor.

Lin Huang membungkuk dan berjalan pelan-pelan agar langkahnya tidak terdengar saat mendekati pemimpin Monster Pasir.

30 meter, 20 meter, 10 meter, 5 meter ...

Tiba-tiba, hidung Monster Pasir tersebut berkedut. Tampaknya, ia mencium suatu aroma dan membuka matanya.

Lin Huang tidak punya waktu untuk melarikan diri, ia terlihat oleh pemimpin Monster Pasir.

Monster Pasir tercengang, ia mengira itu adalah mimpi.

Lin Huang juga terkejut, tapi ia mengarahkan senjatanya ketika sang monster mencoba meraih senjatanya.

Tiba-tiba, dua garis miring muncul dalam hitungan detik. Seperti pita yang mengikat lengan Monster Pasir.

Lin Huang melihat kilatan dan tidak melarikan diri. Sebaliknya, ia mengambil langkah menuju Monster Pasir dan menarik pelatuk ke sang mata monster tersebut.

Dalam kegelapan, nyala api terlihat saat dua peluru ditembakkan ke dalam mata monster.

Monster Pasir meraung keras merasakan sakit. Ketika Lin Huang menyerang, monster tersebut berhasil menutup matanya, namun dampak dari peluru berlapis baja terlalu kuat pada titik sasaran.

Meskipun tembakan tidak membuat kepala Monster Pasir meledak, tapi kedua matanya benar-benar hancur.

Monster Pasir terluka parah akibat serangan itu, ia menjadi marah dan entah bagaimana berhasil melepaskan diri dari Bai dalam hitungan detik.

Lin Huang kemudian berguling ke arah kiri dan bersembunyi di samping.

Monster Pasir berdiri, mulai menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya sambil meraung.

Raungannya dapat terdengar lebih dari 10 kilometer jauhnya.

Para anggota yang tergabung dalam penilaian lebih dulu dari Lin Huang baru saja selesai dan bersiap untuk makan malam.

Mereka ketakutan mendengar raungan Monster Pasir.

"Ini adalah raungan Monster Pasir, ia terdengar marah..."

"Di gurun pasir, satu-satunya makhluk yang berani menyerang pos pijakan Monster Pasir adalah gerombolan serigala megalodon yang merupakan milik keluarga raksasa. Jika serigala megalodon tidak kelaparan, mereka tidak berniat menyerang Monster Pasir. Pasti ada pertarungan tidak biasa yang terjadi di pijakan malam ini!"

Seorang pria berkacamata yang juga ikut penilaian menjelaskan.

Ia sepertinya mengetahui lebih baik tentang monster di padang pasir. Namun, ia salah menilai situasi saat suara pistol menghilang dengan cepat dan ia tidak bisa mendengarnya karena terlalu jauh.

Dalam radius 10 kilometer dari pos pijakan, Monster Pasir tampak menggila. Ia mengayunkan tangannya ke mana-mana, menghancurkan sekitarnya. Sementara itu, Bai saat berada dalam mode bertarung, matanya berubah memerah dan Kekuatan Darah di punggungnya berubah menjadi dua pedang berdarah.

Mencoba menghindari serangan Monster Pasir, Bai menebas monster itu dengan pedangnya pada saat yang bersamaan.

Jumlah luka di tubuh Monster Pasir tersebut bertambah dan Bai bahkan tidak terkena satu pukulan pun.

Lin Huang bersembunyi di arah yang berlawanan, tidak jauh dari mereka. Ia melepaskan peluru berlapis baja dan mengisi kembali senjatanya dengan peluru biasa. Ia siap menembak Monster Pasir kapanpun ada kesempatan. Ia fokus pada wajah Monster Pasir, termasuk matanya yang luka, hidung, mulut, bahkan telinga.

Meskipun ia sering meleset, ia berhasil membuat monster tersebut semakin marah. Lin Huang tidak menembak dari arah yang sama. Setiap kali ia mengambil bidikan, ia mengubah posisinya.

Monster Pasir setinggi 10 meter ini memiliki kemampuan superior jika dibandingkan dengan yang lain. Bai berhasil memenggal lengan monster lain dengan mudah, tetapi ia gagal memotong tubuh monster karena tulangnya yang lebih keras dan Bai tidak dapat melakukan.

Waktu berlalu, Lin Huang dan Bai mulai Lelah, sementara Monster Pasir semakin lemah, kehilangan darah selama pertarungan.

Lin Huang merasa kagum mengetahui betapa mengerikannya monster di dunia ini.

Lin Huang telah menembakkan lebih dari 100 peluru dari Elang Abu-abu17 miliknya di wajah monster tersebut dan meskipun ia hanya meleset beberapa tembakan, monster tersebut masih hidup.

Ini mengejutkan karena Elang Abu-abu17 ternyata sebanding dengan senjata tingkat besi. Bahkan lebih kuat daripada AK47 di bumi.

Setelah kehilangan banyak darah, Monster Pasir menjadi semakin lambat. Meskipun Bai lelah, ia tidak melambatkan serangannya, namun sebaliknya, ia menjadi lebih agresif. Namun, monster tersebut masih dapat mempertahankan diri.

Lin Huang kelelahan. Serangannya melambat, tetapi ia masih melepaskan tembakan ke wajah monster itu. Di bawah serangan yang terus menerus, monster itu jatuh terluka dan meskipun masih hidup, Lin Huang dan Bai sama-sama tahu bahwa ia tidak akan bertahan lebih lama.

Lin Huang menjadi lebih berani dan ia berdiri di depan Monster Pasir untuk melepaskan tembakan, karena ia bisa membidik lebih baik pada sudut seperti itu. Tapi, ketika ia memposisikan diri dan melepaskan beberapa tembakan, Monster Pasir yang terbaring di tanah berdiri dan meraung berlari menuju ke arah Lin Huang.

Lin Huang tidak bergerak sama sekali, sebaliknya, ia menyeringai. Ia mengeluarkan peluru biasa dan mengisi kembali senjatanya dengan peluru berlapis baja.

Kemudian ia mengarahkannya pada mulut lebar sang monster dan menembaknya.

"Dor! Dor! Dor!"

Tiga peluru ditembakkan dan tiga peluru berlapis baja meledak di dalam mulut Monster Pasir.

Darah mulai mengalir keluar dari sang monster. Sang monster yang awalnya berlari menuju Lin Huang, terjatuh dengan keras ke tanah.

"Selamat, Anda memperoleh satu buah Kartu Monster Pasir lengkap!"

"Pemain menyelesaikan pangkat-bunuh silang, Kartu Lanjutan dihadiahkan!"

"Aku sudah menunggu ini terlalu lama!" Lin Huang meniup moncong senjata apinya dengan puas sebelum ia memasukkan Elang Abu-abu17 ke penyimpanan.