Marvin mendapatkan cukup banyak barang jarahan di dalam ruang bawah tanah anggota geng Acheron.
Setelah menyuruh pergi para penari yang tidak tahu apa-apa, dia membersihkan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh Diapheis. Dia mengambil barang jarang yang sangat bernilai setelah menyingkirkan beberapa jebakan. Yang paling penting adalah uang.
Dia menemukan enam kantong kecil yang berisi penuh oleh perak, masing-masing setidaknya berisi 100-200 perak, dan juga satu tas yang berisi permata. Menurut skill menghitungnya, permata-permata ini setidaknya bernilai beberapa ribu perak. Dia hanya perlu menemukan tempat yang cocok untuk menukarnya.
Bagian yang paling penting adalah dia menemukan ruang rahasia di dalam kamar tidur Diapheis.
Di dalam ruang rahasia itu dia menemukan satu kantong berisi batu giok hijau dengan 26 koin emas! Ini adalah koin emas penyihir yang asli, yang merupakan mata uang yang biasa digunakan di selatan!
26 emas penyihir berarti 26000 perak!
Dari ingatan Marvin, tahun lalu pajak di wilayahnya hanya berjumlah 2000 perak.
Mengelola sebuah geng jelas tidak terlalu menguntungkan. Uang ini pasti memiliki asal dan maksud yang lain.
Sayangnya Diapheis sudah meninggal. Pria itu terlalu kuat jadi rencana Marvin untuk menangkapnya berakhir dengan kegagalan.
Namun ketika dia hendak meninggalkan tempat itu, sambil menyesal karena kehilangan informasi penting, dia menemukan wajah yang dikenalnya di dalam ruangan kecil.
Itu adalah pria muda dengan tubuh pendek dan penampilan yang buruk. Saat Marvin menemukannya, dia secara mengejutkan sedang tidak sadarkan diri di lantai.
Disitu ada juga seorang penari yang pakaiannya tercabik-cabik, dia tampak sangat ketakutan. Dia bersembunyi di sudut sambil menatap dengan rasa takut saat Marvin dan Isabelle menerobos masuk.
Gadis kecil itu mengenal dia.
Dengan bantuan Isabelle, Marvin dan penari itu berbicara sebentar, dan lalu dia diberikan beberapa perak sebelum pergi.
'Sungguh laki-laki yang tidak beruntung… saat dia memaksa si penari itu, lalu si penari itu mendorong dia dan kepalanya membentur sudut meja, membuatnya hilang kesadaran. Nampaknya dia masih hidup. Kalau aku tidak salah, Namanya adalah farmar. Dia adalah sepupuku yang lebih tua.'
'Farmar adalah anak kedua dari Paman Miller, dia secara mengejutkan muncul di ruang bawah tanah Geng Acheron. Sepertinya identitas dari dalang semua ini sudah cukup jelas.'
Sikap dingin tampak jelas di mata Marvin, saat dia menyerahkan salah satu kantong kecil itu kepada Isabelle.
"Ini milikmu. Itu seharusnya sudah cukup untuk membawa ibumu berobat di Pendeta dari Gereja Perak."
Gadis kecil itu menggelengkan kepadanya, "Aku tidak bisa menggunakanya sebanyak itu. Aku juga tidak membantu ketika kamu bertarung."
"Kamu adalah pemandu yang baik. Kamu pantas mendapatkan ini." Marvin tersenyum. "Pergilah dan sembuhkan ibumu dan kemudian cari tempat yang aman."
"Lalu?" Isabelle bertanya, "Bagaimana denganmu? Tuan bertopeng."
"Aku punya banyak hal yang harus aku selesaikan." Marvin menatap sepupunya yang tidak sadarkan diri, melanjutkan, "Jika kamu dan ibumu tidak punya tempat lain untuk di datangi, kamu bisa pergi ke Lembah Sungai Putih satu bulan dari sekarang. Aku disana akan menerima kedatanganmu."
"Bukannya Lembah Sungai Putih sudah jatuh ke tangan segerombolan gnoll?" Gadis kecil itu tahu tentang kejadian di dunia luar.
Warna merah di matanya semakin dalam.
Marvin memiliki beberapa kecurigaan tapi dia tidak punya waktu. Dia memiliki banyak hal yang harus segera diselesaikan. Memeriksa apakah dia benar atau tidak mengenai gadis kecil ini dia tetap harus menunggu.
"Itu akan berbeda dalam satu bulan." Marvin membelai kepalanya lagi. "Pergilah. Hati-hati, jangan terlalu menarik perhatian."
Isabelle dengan hati-hati mengambil kantong itu dan menyembunyikannya. "En[1]!" Dia lalu melihat lagi ke arah Marvin sebelum meninggalkan ruang bawah tanah.
Marvin melihat Farmar yang tidak sadarkan diri dan mulai menendangnya.
Pria malang itu mengerang kesakitan sambil bangun secara perlahan.
"Siapa kamu? Pelacur itu? Sialan, kau harus tahu Diapheis bekerja untukku." Farmar menjadi marah setelah dia bangun.
Marvin menendangnya lagi.
Tubuh Farmar, menjadi tidak berguna karena minum anggur dan bermain wanita, maka dari itu dia mudah untuk tidak sadarkan diri.
"You dare…"
"Beraninya kamu…"
Sebelum Farmar selesai bicara, Marvin sudah menginjak perutnya, dengan jahat berkata, "Sepertinya kamu tidak mengerti keadaanmu sekarang. Aku sudah membunuh Diapheis. Faktanya, setelah malam ini anggota geng Acheron hanya akan menjadi kenangan. Aku bisa lihat kamu mengenakan pakaian yang mewah sudah pasti kamu bukan salah satu dari mereka. Aku punya beberapa pertanyaan untukmu."
"Kamu bisa saja memilih untuk tidak menjawab," dia menambahkan sambil menunjukkan belati melengkungnya.
Farmar langsung ketakutan, gemetaran. "Jangan bunuh aku! Aku bisa memberimu sebanyak yang kamu inginkan!
"Kamu boleh bertanya di sekitar sini! Ayahku cukup kaya dan keluarga kami memiliki villa di daerah elit. Selain itu, kami akan segera mendapatkan sebuah wilayah, dan menjadi lebih kaya. Sebanyak apapun yang kamu inginkan aku bisa berikan! Jangan bunuh aku!"
Marvin tanpa tergesa-gesa bertanya, "Sebuah wilayah? Apakah kamu seorang bangsawan?"
Farma mengangguk, "Walaupun saat ini aku bukan seorang bangsawan, tapi itu hanyalah masalah waktu! Selama orang bodoh itu meninggal ayahku akan mewarisi Lembah Sungai Putih. Dia telah menyuap pejabat dari Kota Pinggiran Sungai dan diam-diam mengganti gelarku untuk menjadi seorang bangsawan bukanlah hal yang sulit. Terlebih lagi, kita masih satu keluarga. Ayahku Miller merupakan adik kandung Tuan pemilik yang menguasai Lembah Sungai Putih."
"Jadi, maksud kamu, kamu dan Geng Acheron bekerja sama untuk membunuh laki-laki bodoh itu?" Marvin bertanya.
Farmar menelan ludah dan dengan cepat mengangguk. "Tepat sekali. Si bodoh itu mencuri wilayah yang seharusnya menjadi milik kami. Kami hanya mengambil kembali apa yang menjadi milik kami. Jika kamu musuh dari Diapheis, dengan segala hormat jangan bunuh aku, kami hanya berhubungan bisnis! Sungguh. Asalkan kamu melepaskanku, kamu boleh meminta sejumlah uang, dan aku akan memberikan semuanya kepadamu. Jangan bunuh aku!
Marvin diam-diam melihat pembaruan dari tugasnya, dia menggelengkan kepalanya. Memang benar, dalang dari semua ini adalah pamannya sendiri yang tiba-tiba kembali lagi setelah menjadi kaya.
Setelah menyelesaikan tugas sampingan, 100 exp umum muncul di jendela status Marvin. Pada saat yang sama, tugas sampingan kedua muncul, [Balas Dendam].
[Balas Dendam]: Setelah anda tahu siapa dalang dari semua ini, anda harus habis-habisan untuk balas dendam. Dia akan menghalangi anda untuk mendapatkan kembali wilayah anda selama dia masih ada di Kota Pinggiran Sungai. Pertarungan ini merupakan taruhan yang menguntungkan kedua belah pihak. Walaupun kalian terhubung lewat darah, dia tidak akan berhenti mengotori tangannya. Mungkin anda harus mengambil langkah pertama.
Hadiah dari tugas ini adalah 500 exp umum, banyak sekali.
Faktanya, walau dia tidak mendapatkan tugas ini, Marvin akan tetap mencari pamannya yang menyebabkan semua masalah ini. Menyakiti dia yang memiliki hati yang jahat, Marvin pasti tidak akan membiarkan dia lari.
...
Melihat Marvin menggelengkan kepalanya, Farmar mulai panik, "Aku tidak menipumu! Aku benar-benar bisa membayar dalam jumlah yang besar!"
"Mungkin aku tidak membutuhkan uang." Marvin secara perlahan membuka topengnya.
Farmar terkejut. "Bagaimana mungkin… Kamu… Bagaimana…" Dia dengan bodoh masih tergeletak di sana.
"Aku kadang-kadang suka bertanya, bagaimana manusia bisa menjadi begitu jahat, bahkan terhadap keluarga mereka sendiri?" Marvin bertanya dengan ringan, "Mungkin kamu bisa memberitahu padaku jawabannya? Sepupuku tersayang."
Farmar tiba-tiba mengumpulkan semua kekuatannya dan mencoba untuk berdiri!
"Kamu Marvin! Kamu menakutkanku. Kamu pikir dengan memegang sebuah belati sudah cukup untuk menakuti aku? Dasar berengsek, aku tidak takut kepadamu!"
Marvin mundur setengah langkah, ketika Farmar berdiri dan menyerangnya dengan kejam.
"Kamu seharusnya sudah mati! Lembah Sungai Putih adalah milikku!"
Swuush. Sebuah cahaya melintas dan ada sebuah kepala yang terguling.
"Pria malang…"
Marvin menggelengkan kepalanya, tidak berada di ruang bawah tanah untuk lebih lama lagi. Dengan ditutupi oleh malam, dia meninggalkan bar Pyroxene.
...
Keesokan paginya, berita mengenai kehancuran dari Geng Acheron yang terjadi semalam telah menyebar ke seluruh kekuatan besar dan kecil di Kota Pinggiran Sungai.
Untuk dua tim, mereka beruntung masih selamat karena dikirim keluar untuk memantau situasi. Mereka pun segera bergabung dengan geng lain.
Orang-orang mengatakan bahwa Geng Acheron memprovokasi seseorang yang mereka tidak bisa tangani, seseorang yang memiliki skill bertarung yang luar biasa yang menggunakan dua belati dan memakai topeng.
Dia seorang diri menghabisi mayoritas tim elit dari Geng Acheron dalam semalam, menunjukkan kekuatan yang cukup menakutkan.
Sejak saat itu, legenda dari [Pedang Kembar Bertopeng] menyebar ke seluruh Kota Pinggiran sungai.
Dan di vila di area elit di Kota Pinggiran Sungai, wajah seorang pria paruh baya yang gemuk itu menjadi pucat seputih kertas.
Di aula di atas, ada sebuah kain putih tebal menutupi sebuah tandu yang diletakkan di lantai.
"Tuan Miller, Tuan Muda Farmar, dia…"
Seorang lelaki tua yang bertumpu pada tongkat untuk berjalan mengangkat kain itu dan melihat, ekspresinya menjadi dingin.
"[Pedang Kembar Bertopeng]…?" Miller mengepalkan tanganya. "Kota Pinggiran Sungai tidak memiliki seseorang seperti ini sebelumnya, mungkinkah dia itu musuh dari Diapheis?"
"Bagaimana jika memberikan imbalan?" Pria tua itu bertanya.
Miller mengerutkan kening sebelum menggelengkan kepala, berdiam cukup lama, dan berkata sambil menggertakan giginya, "Pergi cari pria [Bayangan Laba-laba]. Aku mau pembunuh anakku di bunuh."
"Juga, tetap kirim orang untuk melihat apa yang Marvin sedang lakukan. Selama dia masih di Kota Pinggiran Sungai, aku tidak mau gagal menemukannya."
"Aku sudah tidak sabar untuk membuat keponakanku itu untuk segera bertemu dengan ayahnya."
...
Arus bawah mengamuk melalui Kota Pinggiran Sungai tapi Marvin telah pergi meninggalkan kota di pagi hari.
Daya tahannya telah terisi kembali setelah beristirahat semalam. Dia pergi meninggalkan kota setelah membeli beberapa kebutuhan, pergi ke arah barat laut. Dia membutuhkan setidaknya seminggu sebelum kembali lagi.
Itu akan menjadi saat bagi Miller untuk mati waktu dia kembali.
Kekuatannya yang sekarang masih agak kurang. Meskipun dia bisa seorang diri menghabisi Geng Acheron, Miller tidak mudah untuk dihadapi.
Dari informasi yang dia terima, setidaknya ada dua petualang peringkat 2 yang menjaga vila Miller.
Ini adalah fasilitas yang di dapat dari menjadi orang kaya.
Selama anda cukup kaya, akan ada orang-orang yang kuat yang bersedia untuk melayani anda. Villa Miller bahkan dijaga oleh tentara bayaran, yang biasanya digunakan untuk bisnis tapi sekarang menjadi tentara pribadi. Dia sudah jelas telah menyuap balai kota.
Ingin membunuhnya? Itu tidaklah mudah. Marvin juga membutuhkan waktu untuk untuk menyiapkan beberapa hal sementara juga sambil meningkatkan kekuatannya.
Dia pergi ke utara, menuju gunung kecil di Area Aula Gunung. Gunung itu sudah lama tidak dihuni dan orang-orang sudah melupakan apa yang ada disana.
Tapi Marvin ingat.
[Biara Merah Tua], salah satu dari instances yang dia ingat dengan jelas berada di lingkungan sekitar Kota Pinggiran Sungai.
Sekelompok budak merah tua menguasai tempat itu, dan sebagai tambahan, lich yang gagal mencapai tingkat dewa terbaring tertidur disana.
__________
1 – (T/N: En! Bahasa lain dari yes/ dimengerti/ baik.)
2 – (Instance adalah penjara bawah tanah dan area spesial yang bisa di akses oleh beberapa orang atau berkelompok pada waktu yang bersamaan tanpa saling mengganggu satu sama lain.)