Han Sen tidak kembali ke Gudang Jubah Besi setelah meninggalkan Lembah Zephyr. Dalam sekejap, dia membantai setiap belalang dengan semangat sampai tidak ada yang tersisa.
"Baiklah, aku pergi saja memburu monster bergigi tembaga. Mereka ada banyak di dekat Gudang Jubah Besi dan besar kemungkinan untuk menangkap satu monster mutan bergigi tembaga, jadi tidak akan terlalu mencurigakan jika aku mendapatkan seekor mutan menggunakan kristal." Han Sen menemukan habitat monster bergigi tembaga dan bermaksud menangkap seekor saat sendirian.
Hanya bisa menemukan sekelompok kecil monster bergigi tembaga, Han Sen menyerbu dan membantai semuanya kecuali satu, mengambil keuntungan dari jubahnya yang tangguh.
"Makhluk primitif monster bergigi tembaga telah dibunuh. Tidak ada jiwa monster yang didapatkan. Makan monster bergigi tembaga untuk mendapatkan nol sampai sepuluh poin geno primitif secara acak."
"Makhluk primitif monster bergigi tembaga telah dibunuh. Jiwa monster primitive dari monster bergigi tembaga diperoleh. Makan monster bergigi tembaga untuk mendapatkan nol sampai sepuluh poin geno primitif secara acak."
Mata Han Sen terbelalak kaget. Empat puluh tiga belalang dan ribuan makhluk biasa yang dia bunuh tidak memiliki satupun jiwa monster. Sekarang dia hanya membunuh dua monster bergigi tembaga dan memperoleh satu jiwa monster!
"Untuk mendapatkan jiwa monster membutuhkan keberuntungan." Han Sen dipenuhi kegembiraan. Walaupun pasaran, jiwa monster dari monster bergigi tembaga cukup lumayan untuk dimiliki.
Monster bergigi tembaga merupakan salah satu yang paling lemah di antara semua makhluk primitif, tetapi jiwa monsternya cukup terkenal. Han Sen memanggill jiwa monsternya yang baru, dan bayangan seperti landak dengan taring perunggu berubah menjadi sebuah tombak sabit perunggu di tangannya.
Tombak sabit itu memiliki lapisan perunggu dan terlihat gahar dengan ujung tombak berbentuk sabit.
Tipe jiwa monster primitive dari monster bergigi tembaga: Senjata.
Han Sen memainkan tombaknya untuk sesaat dan terlihat cukup mahir. Dia diajarkan kemampuan timbak dasar di sekolah. Han Sen tertarik pada semua jenis senjata, sehingga dia belajar dengan baik.
Han Sen menyingkirkan tombaknya sebelum membawa kembali monster bergigi tembaga yang masih hidup. Dalam perjalanan pulang, dia menemukan tempat sepi untuk melepaskan jubahnya. Terlihat seperti dirinya kembali, Han Sen kembali keĀ Gudang Jubah Besi sambal memanggul monster bergigi tembaga yang pingsan dan terikat di pundaknya.
Di depan gerbang gudang, sebuah kelompok sekitar satu lusin orang berjalan keluar, semuanya menunggangi kendaraan jiwa monster yang besar dan berbeda-beda, dipimpin oleh seorang pria yang memakai jubah besi dan membawa pedang berwarna merah darah di punggungnya. Pria itu menaiki kendaraan jiwa monster seperti dinosaurus, terlihat berkuasa dan berwibawa, menarik pandangan iri di sekitarnya.
Di Gudang Jubah Besi, ada tiga orang yang mencolok yang bertujuan untuk menyelesaikan evolusi dengan melampaui poin geno sakral. Pria ini, Putra Surgawi, adalah salah satunya. Han Sen tidak mengetahui nama asli dan identitasnya, tapi dia pastilah penguasa di Gudang Jubah Besi.
Sambil memanggul monster bergigi tembaga, Han Sen menyingkir untuk membiarkan kelompok itu lewat. Akan tetapi, Putra Surgawi menghentikan kendaraannya ketika melewatinya.
Krek!
Putra Surgawi melihat Han Sen dan mencambuk pundaknya dengan cambuk kulit. Monster bergigi tembaga pun jatuh, dan pakaian Han Sen pun robek. Sebuah luka mulai menganga di pundak dan punggungnya.
."Siapa yang berani-beraninya menjual makhluk primitive ini kepadamu?" tanya Putra Surgawi dingin, memandangnya rendah dan angkuh.
Di Gudang Jubah Besi, semuanya tahu bahwa Putra Surgawi sedang mencoba mendapatkan Qin Xuan. Pantat Cabul yang menusuk Qin Xuan dari belakang secara otomatis menjadi musuhnya. Dia juga salah satu alasan mengapa Han Sen menjadi menderita.
Ketika mendengar Qin Xuan ditusuk, Putra Surgawi tidak hanya menghajar Han Sen habis-habisan, tetapi juga mengumumkan bahwa siapapun yang berani berbisnis dengan Han akan menjadi musuhnya seumur hidup.
"Aku memburunya sendirian." Tatap Han Sen dingin, tangannya terkepal erat namun tetap berdiri dengan tenang.
Tidak hanya Putra Surgawi memperoleh banyak poin geno, tapi dia juga mengumpulkan banyak jiwa monster. Karena dia dibantu oleh kelompoknya Han Sen tidak bisa menyentuh pria itu walaupun sudah berusaha keras. Bahkan dengan jubah darah sucinya, dia tetap akan dihajar sampai mati sebelum dia sempat mendekati Putra Surgawi.
Tempat Suci Dewa berbeda dengan Aliansi di mana di dalamnya tidak ada hukum sama sekali. Kekuatan adalah segalanya. Han Sen hanya akan mati sia-sia. Ditambah lagi, Putra Surgawi merupakan petinggi utama di Aliansi. Bahkan jika Han Sen dibunuh olehnya di Aliansi, Putra Surgawi tidak akan dikenai sanksi hukum.
Han Sen tidak takut dengan kematian. Tapi jika dia mati, bagaimana dengan ibu dan saudara perempuannya?
Jika aku bertemu dengan orang yang berani menjualnya padamu, akan kupastikan kalian mati menderita." Putra Surgawi melihat ke sekelilingnya dan menjauh pergi.
"Pantat Cabul, jangan buat masalah. Kalau tidak akan kuberi kau pelajaran lagi." Luo Tianyang menyeringai pada Han Sen sebelum menyusul kelompoknya di atas rusa hitam.
Luo Tianyang, anak buah dan kerabat lama Putra Surgawi di Aliansi, merupakan salah satu dari orang-orang yang dikirimnya untuk menghajar Han Sen.
Han Sen menyaksikan kelompok itu pergi menjauh dengan mata membara. Dia memungut monster bergigi tembaga dengan diam dan berjalan menuju Gudang Jubah Besi, dimana orang-orang melihatnya dengan cemooh.
"Lebih kuat, aku harus jadi lebih kuat." dengan amarah membara di dadanya, Han Sen tahu dia masih terlalu lemah untuk melawan kelompok itu sendirian.
Kristal hitam, akan tetapi, adalah kesempatan terbesarnya.
"Putra Surgawi, harusnya kubasmi dia saja." kata Luo Tianyang dingin.
Putra Surgawi tersenyum dan berkata, "Qin Xuan itu wanita yang keras kepala. Dia tidak suka orang lain ikut campur dalam urusannya. Karena dia tidak membunuh Han Sen, dia mungkin akan marah jika aku melakukannya."
"Sungguh wanita yang tidak tahu diuntung!" anak buah Putra Surgawi yang lainnya, Pedang Tanpa Tandingan, berseru. "Itu adalah kehormatan baginya bahwa dirimu, bung, mau mengejarnya, sementara dia mengacuhkan itu. Jika bukan demi kamu, sudah kubunuh dia."
"Jangan merendahkan Qin Xuan. Dia itu cukup hebat di dalam Tempat Suci Dewa dan Aliansi. Jika dia menjadi milikku, itu akan menguntungkanku." ujar Putra Surgawi muram, "Sudah jangan bahas lagi. Kita harus sampai di Lereng Senja sebelum kelompok Pria Petinju. Makhluk berdarah suci itu harus menjadi milik kita!"