Keesokan harinya, ketika Lin Qian bangun, langit sudah terang. Sinar matahari yang berwarna kuning hangat menembus melalui celah-celah tirai dan membawa cahaya yang kontras dengan lampu ruangan yang diredupkan. Bagaikan sebuah sabuk emas yang terbentang di dalam ruangan, penuh warna dan begitu tenang.
Li Zhicheng belum bangun.
Hmmm hmmm hmmm....
Setelah keintiman malam sebelumnya, semua bagaikan sebuah mimpi indah yang tidak masuk akal jika dipikirkan lagi.
Setelah saat pertama mereka yang mendekati sempurna, Li Zhicheng berhenti sejenak, memeluknya. Keduanya bercakap-cakap dengan intim sejenak.
Lalu dia melakukannya lagi.....memikirkan hal itu, Lin Qian merasa malu, karena ketika itu berakhir, dia bukan dirinya lagi.
Namun Li Zhicheng tetap seperti dirinya yang dahulu. Tenang, kuat dan jarang berbicara, tetapi belaian-belaiannya membuat Lin Qian menyerahkan diri sepenuhnya pada kekasihnya itu lagi dan lagi.