"Kakak, segera kembali. Harta Kecil-mu sedang berulah!"
"Apa yang terjadi?" tanya Lu Tingxiao dengan suara kecil.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Ketika dia bangun, dia berusaha menemukan seseorang. Aku pikir dia mencari Ning Xi, jadi aku memberitahunya bahwa tante cantik itu sudah pergi. Setelah perkataanku, dia menjadi liar. Harta Kecil tampaknya sungguh suka pada Ning Xi, dia tidak mau mendengarkan siapapun dan akhirnya jadi seperti ini!"
Sudah cukup lama Harta Kecil tidak mengalami gejolak emosi yang seperti ini.
Setelah mendengar ceritanya, Lu Tingxiao menghampiri Harta Kecil.
Anak itu menjadi waspada dan menciut setelah melihat ayahnya datang menghampiri. Tatapan matanya menjaga jarak dan berhati-hati. Dia bahkan tidak mau mengakui kehadiran ayahnya.
Lu Tingxiao berhenti tiga langkah sebelum mencapai Harta Kecil dan berkata dengan tenang, "Ketika paman kedua-mu berkata tante itu sudah pergi, itu arti yang sebenarnya. Dia baik-baik saja secara fisik, dan hanya pergi dari rumah sakit ke rumahnya. Dia tidak mati dan pergi meninggalkan dunia ini, seperti nenekmu yang meninggal dan tidak pernah kembali lagi. Apakah kau mengerti?"
Lu Tingxiao hanya bisa bersabar dan berbicara seperti ini dengan putranya.
Lu Jingli kehilangan kata-kata. "Kamu bercanda kan? Aku hanya berkata dua kata 'dia pergi', dan Harta Kecil membayangkan yang tidak-tidak?"
Sebenarnya, tidaklah aneh apabila Harta Kecil punya pikiran yang tidak menentu, karena dia mengalami trauma dan ketakutan saat melihat Ning Xi jatuh.
Setelah mendengar penjelasan Lu Tingxiao, Harta Kecil berhenti berteriak dan menjadi terdiam di ambang jendela.
Lu Tingxiao mengambil sebuah surat. "Dia menitipkan sebuah surat untukmu. Apakah kau mau melihatnya?"
Harta Kecil berhenti, dan seakan-akan seseorang telah menyalakan tombolnya, dia mengangkat kepala dan membuka lebar lengannya, tanda agar Lu Tingxiao mengendongnya.
Lu Jingli: "…"
Para dokter dan perawat yang hadir: "…"
Semua sudah berusaha keras sampai hampir pingsan, namun Lu Tingxiao dapat menyelesaikan situasi ini hanya dengan selembar surat?
Sebelumnya, saat Lu Tingxiao meminta Ning Xi untuk menulis sebuah surat, Lu Jingli merasa tindakan kakaknya tidak ada artinya; namun sekarang dia merasa kagum.
Lu Tingxiao mengangkat putranya, dan duduk di sofa sebelum dia menyerahkan surat itu kepadanya.
Harta Kecil tidak sabar untuk mengambil surat itu. Dia sudah lama belajar bagaimana cara membaca dan menulis.
"Sayang, terimakasih sudah menyelamatkanku, kamu luar biasa…"
Membaca kata-kata di surat dan gambar hati di belakangnya, matanya berkaca-kaca, wajahnya memerah dan dia mau tak mau tersenyum, menggembungkan pipinya. Wajahnya sungguh menggemaskan.
Lu Jingli seperti baru melihat hantu. "Omong kosong, apakah aku akan buta, kakak? Harta Kecil kita benar-benar tersenyum! Aku tidak ingat kapan terakhir kali dia tersenyum! Apa yang Ning Xi tulis di surat itu?"
Lu Jingli berusaha mengintip, tapi Harta Kecil menyembunyikan surat itu seperti harta karun.
Tapi Lu Jingli sudah mellihatnya. Itu hanya sebuah pesan yang singkat, namun itu dapat memberikan kegembiraan yang begitu besar pada Harta Kecil? Ning Xi ini bukan orang yang biasa saja!
Lu Tingxiao tidak berkata apa-apa, dan hanya memandang putranya dengan tatapan lembut.
Sekarang Harta Kecil sudah bangun, Lu Tingxiao membawanya pulang ke rumah setelah membatalkan semua perjanjian kerjanya, supaya dia bisa menemani putranya.
…
Larut malam, di Perumahan Platinum No. 8
Dalam sebuah ruang keluarga berukuran besar yang dingin dan tanpa keriangan, dua orang - satu besar dan satu kecil - duduk di sebuah meja makan, saling berhadapan, raut muka mereka sama dinginnya.
Lu Tingxiao: "Makan."
Harta Kecil tidak mau mendengar.
Lu Tingxiao: "Aku berkata untuk terakhir kalinya."
Harta Kecil tetap tidak bergerak.
Lu Tingxiao: "Apakah kamu pikir dengan menolak makan, kamu berhasil mengancamku?"
Harta Kecil, seperti seorang biksu tua yang duduk bermeditasi, sepenuhnya terbenam dalam dunia kecilnya, hampir tidak bereaksi pada apapun dari luar.
Pasangan ayah dan anak itu saling berhadapan satu dengan yang lain.
Satu jam kemudian…
Lu Tingxiao menekan nomor telepon adiknya Lu Jingli. "Kirimkan alamat Ning Xi kepadaku."
Akhirnya, kelaparan terbukti berhasil.
Lu Jingli bekerja dengan efisien, dan segera mengirimkan alamat rumah Ning Xi ke telepon seluler kakaknya, diikuti banyak pertanyaan untuk memuaskan kesukaannya bergosip, yang tentu saja Lu Tingxiao acuhkan.
Kali ini, bahkan tanpa Lu Tingxiao mengucapkan satu katapun, Harta Kecil langsung mengikuti setelah melihat ayahnya mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Lu Tingxiao melirik ke bawah ke arah putranya yang berjalan di sebelahnya, dan tanpa pilihan langsung menggendongnya. "Hanya kali ini saja."