Chereads / Orchid: Bride Of The CEO Mafia / Chapter 2 - Pengasuh ceroboh

Chapter 2 - Pengasuh ceroboh

Setelah membersihkan ruangan itu, Lisa mengantarku kamar. Kau tahu, bagaimana kamarku itu? Seperti dugaanku bahwa Lisa tidak menyiapkan kamar untukku. Itu benar sekali! Aku hanya diam saja, sementara dirinya mencoba mengosongkan ruangan ini.

"Maafkan aku, aku akan meminta adikku untuk membersihkan ruangan ini, jika ia telah pulang sekolah nanti. Aku akan mengeluarkan barang-barang ini dulu. Maaf ya, beberapa tahun lalu kami berpikir ruangan ini tidak akan ada yang menempati jadi kami buat gudang. Sementara ruang gudang ada, hanya saja kami lebih suka yang dekat"ucapnya sambil mengangkat kardus-kardus.

"Akan kubantu membersihkan ruangan ini, setidaknya aku berterima kasih karena telah menjemputku",

"Tak masalah, aku bisa lakukan ini. Kamu duduk saja disana, dalam beberapa menit ruangan ini akan kosong. Tenang saja….",

"Baiklah, akan kutunggu!".

Tetapi apa yang diucapkan Lisa tidak sesuai, aku menunggu lebih dari 1 jam, ruangan itu tak kosong juga sementara Lisa duduk istirahat karena lelah.

"Mengapa tak menyewa jasa orang?",

"Itu akan mengeluarkan biaya, aku tak punya uang",

"Aku yang akan bayar, cari saja orang yang mau mengangkut barang ini. Lalu membersihkan dan menyiapkan kamar untukku. Aku akan membayar orang itu 100 ribu",

"Baiklah, akan kulakukan", Lisa berjalan keluar dan meminta bantuan pada tetangga-tetangganya. Ada 10 orang yang datang diantaranya 4 ibu-ibu, 3 anak-anak dan 3 bapak-bapak. Mereka semua bekerja sama untuk membersihkan tempat itu. 

Kuperhatikan kerja mereka dan bertanya, " Kalian kenapa mau mengerjakan ini?",

Seorang ibu menjawab, "Kami tidak ada pekerjaan, dari pada mengganggur. Lebih baik kami bekerja karena gaji seratus ribu ini hanya perlu beberapa jam untuk membersihkannya tidak seharian",

"Benarkah?",

"Ya, lihat kami. Kami telah mengecat, membersihkan, mempel, dan sebentar lagi akan selesai",

"Nona mau dihias apa kamarnya?",

"Cat warna biru muda di langit-langit dan warna putih. Entahlah terserah kalian yang terpenting terbaik dan jika jelek aku tidak akan memberikan bonus",

"Ada bonusnya?",

"Em, lima ratus ribu untuk semua",

"Wah, baiklah kami akan usahakan yang terbaik",

"Ya! Bagus kalau begitu" Aku kembali duduk di sofa dan terus menunggu. Beberapa menit kemudian mereka datang dan berucap " Nona, kami sudah selesai. Silahkan lihat hasil kerja kami!",

Aku pun berjalan mengamati hasil pekerjaan mereka, aku kaget sekaligus takjub melihat hasil kerja mereka. Mereka berhasil mengubah ruangan ini menjadi sangat cantik, aku pun memberikan upah mereka dan sesuai janji memberikan mereka bonus lima ratus ribu rupiah untuk semua.

"Terima kasih Nona"ucap mereka,

"Panggil saya An"

"Terima kasih An",

"Sama-sama, nanti kalian mau kan jika aku minta tolong lagi?",

"Ya tentu saja, panggil kami saja!",

Mereka pun pergi dan aku memasukan pakaian ke lemari. Berbaring di kasur empuk dan tertidur lelap. Sementara Lisa sedang memasak, she sedikit ceroboh hingga dapur menjadi sangat kotor. Tetapi she terus mencoba menjadi terbaik, membersihkan dapur kembali.

Pukul 04 sore, Felix datang dan melihat pintu kamar terbuka. He melihat siapa didalamnya, sepengetahuan Felix ruangan itu adalah gudang. Felix kaget ketika melihat ada anak perempuan tertidur pulas di kasur empuk. Lisa yang melihat adiknya datang berucap " Dia akan tinggal bersama kita, dia anak bos besar. Namanya Anita dan dipanggil An",

"Kenapa kakak membawa dia kemari?",

"Dia akan tinggal bersama kita!",

"Hah, kenapa?",

"Sebab itu pekerjaan kakak sekarang! Bos ingin kakak menjaganya sesaat ini hingga dia menghubungi kakak kembali",

"Ya asal dia tidak menggangguku saja",

"Dia juga akan bersekolah disini",

"Di sekolahku juga?",

"Tidak, dia belum putuskan sekolah dimana",

"Hah, akan lebih baik jika aku lebih dulu melarang dia satu sekolah denganku. Aku tidak mau diganggu!",

"Iya kakak paham, dia tidak akan mengganggu kamu kok. Bagaimana sekolahmu? Kamu tawuran lagi?',

"Ngak lah kak, aku sekolah benar kok hari ini. Aku banyak tugas, aku mau ke kamar dulu",

"Iya, kakak juga sudah siapin makanan buat kamu dan An kok. Di meja makan",

"Iya terima kasih", Felix pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar An.

Mengganti pakaian lalu pergi ke ruang makan, melihat makanan yang cukup banyak dihidangkan tidak seperti biasanya.

"Hah, benar-benar berubah. Dia bekerja keras, semoga saja anak itu tidak membawa masalah"guman Felix. Felix pun memulai makan sendirian, tetapi tidak beberapa lama kemudian Lisa datang bersama An.

Keberadaan An.

Aku dan Lisa ke ruang makan, melihat adik Lisa makan dengan lahap. Aku dan Lisa duduk lalu mulai makan. Aku memperhatikan mereka yang makan. Ini tidak seperti biasanya bagiku. Pindah ke kota ini seakan-akan jauh dari keluarga meski aku pernah kemari, ke kota ini.

Selesai makan, Lisa berucap " An, ayahmu memintaku untuk menyekolahkanmu agar kamu bergaul dengan orang sebaya kamu. Jadi tentukan pilihanmu?",

"Em, Felix sekolah dimana?",

Felix menghentikan makan hanya karena mendengar ucapan itu,

"Aku hanya bertanya, agar menentukan sekolah yang tepat!"ucapku lanjut,

"Dia sekolah di High School One"jawab Lisa,

"Aku akan sekolah di HS5 ( High School Five)",

Felix yang mendengar hal itu melanjutkan makannya kembali.

"Aku akan mengantarmu besok untuk sekolah, dan aku akan menyiapkan dirimu hari ini. Bagaimana?",

"Bagus, aku harap semuanya lengkap",

"Baik, Nona An",

"Panggil aku dengan sebutan An",

"Baik, An",

"Aku akan berkeliling sebentar tidak masalah kan?",

"Ya, aku harap hati-hati dan tidak pulang malam",

"Em, tentu saja".

Sore hari, aku jalan-jalan sendirian. Ya mau gimana lagi. Jalan kaki! Mau gak mau, sebab ini kesempatanku jalan-jalan daripada di rumah saja. Pertama keadaan baik-baik saja, aman dan sejuk. Tetapi setelah jauh dari rumah, dan jalanan yang sepi tiba-tiba beberapa motor sedang ngebut-ngebutan nampaknya mengejar satu pengendara motor yang ada di depan. Aku yang melihat itu, kuanggap hal yang biasa saja sebab aku juga sering begitu di sore hari sama kakak. Memang kadang menyebalkan jika kalah dalam balapan itu dan menyenangkan di saat menang. Tapi itu semua telah berubah sekarang ini dan di kota ini.

Tiba-tiba seorang pria mengemudikan motor dengan kecepatan tinggi. Pria ini bernama Kaori. Kaori sedang dikejar habis-habisan oleh Kim dan teman-temannya. Kali ini nampaknya mereka tak akan melepaskan Kaori. Mereka benar-benar ingin menghabisi anak itu. Tiba-tiba motor yang dikemudikan Kaori terpeleset dan Kim terjatuh. Lalu dirinya mendadak pingsan, Kim dan teman-temannya melihat hal itu membiarkan saja. Mereka pergi tanpa membantu atau pun merasa bersalah. Kaori tergeletak sendirian di tengah jalan. Ya jalanan itu sedang sepi sekarang tanpa orang yang melintas.

Keberadaan An.

Mataku terarah pada pandangan seseorang yang tergeletak di jalanan sepi. Ya kupikir orang itu adalah orang yang sebelumnya kulihat sedang balapan dengan beberapa temannya. Kudekati orang tersebut yang ternyata adalah seorang pria. Ya aku pikir aku harus segera pergi meninggalkannya sendirian sebelum ada yang datang dan mengatakan aku adalah pelakunya. Tapi aku merasa kasihan padanya, hingga akhirnya kumengepohnya ke bawah pohon yang rindang. Lalu menepikan motornya. Memang dia sangat berat tapi tidak masalah bagiku. Setelah beberapa menit menunggu, dia juga belum sadarkan diri. Eh, aku baru ingat aku belum melepas helm yang dikenakannya. Segera saja ku melepaskan helmnya. Melihat dirinya yang belum sadar juga, lalu menunggu lagi beberapa menit.

"Hah, andai saja aku tadi bawa minyak kayu putih buat nyadarin dia. Hah, kalau gini mau gimana lagi? Bawa dia ke rumah sakit? Ya kale…."gumanku. Akhirnya kuputuskan untuk pergi dengan kendaraan pria itu mencari air minum dan membeli minyak kayu putih. Untungnya saat itu ada warung yang cukup dekat alias gak jauh-jauh banget. Aku kembali dalam beberapa menit ya sebenarnya sih 15 menitan. Kulihat dia belum juga sadar, ku dekatkan minyak kayu putih ke hidungnya. Dia pun akhirnya siuman juga.

"Hah akhirnya kamu siuman juga, ini minum airnya"ucapku,

Dia tanpa berkata-kata meminum air pemberianku juga, setelah dia meminum air itu yang hampir satu botol habis karena ukurannya kecil. Aku pun berucap " Lain kali jangan ngebutan di jalan kalau belum bisa mengendarai motor, oke? Aku pergi dulu, tapi sebaiknya kamu jangan pergi dulu dari sini sebelum merasa enakan. Kamu gak apa-apa kan kalau aku tinggal pergi?",

"Ya aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku",

"Sama-sama, aku pergi dulu!", pergi meninggalkan pria itu tanpa rasa khawatir. Aku pun akhirnya merasa bebas juga. Meski perjalanan hari ini merasa terganggu, eh bukannya gak ikhlas ya tapi ah…sudahlah gak usah dibahas. Itu karena aku takut sesuatu ada didekatnya, sesuatu yang menggeliat menggantung yang ingin jatuh ke tanah. Maka dari itu aku beralasan pergi, dan akibatnya aku malah merasa khawatir padanya.

"Kim, tunggu pembalasanku! Aku akan melakukan hal yang sama, lihat saja nanti"ucap Kaori.

*Author>>Yang nyuruh kamu membahas siapa? Nyebelin!" Nama Kaori bukan cwek ya tapi cwok.

Berjalan pulang ke rumah sendirian, aku berharap Lisa gak marah padaku karena ini sudah terlalu sore. Aku sangat berharap hal itu.