Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

E.Y.E.S: Fractured Destiny

ZenNay
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
235
Views
Synopsis
E.Y.E.S. Sebuah teknologi yang seharusnya menjadi revolusi terbesar umat manusia. Kacamata yang bisa melihat realitas tersembunyi, membuka portal antar dimensi, dan memberi kekuatan di luar batas logika. Namun, ketika Krishna tanpa sengaja mengaktifkannya, dunia yang ia kenal mulai runtuh. Sekarang, ia jadi buruan. Konspirasi yang mengintainya jauh lebih besar dari yang bisa ia bayangkan. Sementara itu, Krish-kakaknya, menyimpan rahasia kelam. Permata Merah yang bersemayam dalam tubuhnya bukan cuma memberinya kekuatan... tapi juga kutukan yang bisa menghancurkan segalanya. Ditemani Zen, seorang mentor misterius yang kini menyamar sebagai guru olahraga, Krishna harus mencari jawaban sebelum perang antar realitas menghancurkan dunia mereka. Tapi mereka nggak sendirian dalam perburuan ini. The Queen, Dr. Kenji, dan organisasi rahasia lainnya mengincar E.Y.E.S. Bukan sekadar alat teleportasi-mereka ingin menciptakan senjata pemusnah yang melampaui akal manusia. Ketika batas antar dimensi mulai retak, Krishna cuma punya dua pilihan: Mengendalikan kekuatannya... atau menjadi alat bagi kehancuran.
VIEW MORE

Chapter 1 - Gue Nggak Pernah Minta Jadi Tokoh Utama!!

"Halo, teman-teman! Sebelum kita lanjut, kenalin dulu, nama gue Krishna-orang paling ganteng abad ini! Hahaha... Oke, itu mungkin agak berlebihan, tapi siapa lagi yang bakal muji diri sendiri kalau bukan gue, kan?"

"Jadi, gue mau cerita sedikit tentang kehidupan gue yang, bisa dibilang, cukup unik. Dari luar, mungkin gue keliatan kayak remaja biasa, tapi di balik itu semua, ada banyak hal yang orang nggak tahu tentang gue."

"Sejak kecil, gue udah terbiasa hidup sendiri. Bokap ama nyokap udah meninggal ketika gue masih bocah. Gue nggak punya kenangan tentang mereka, cuma potongan-potongan ingatan yang kadang muncul dalam mimpi. Dan jujur aja, makin gue gede, makin kabur juga wajah mereka di ingatan gue."

"Tapi ya, hidup terus berjalan, kan? Gue tumbuh dengan banyak pertanyaan yang nggak pernah terjawab. Siapa sebenernya orang tua gue? Kenapa gue sering ngerasa ada yang aneh sama diri gue? Dan yang paling penting...kenapa rasanya ada sesuatu yang hilang dalam hidup gue? Kadang, jawaban dari semua pertanyaan itu muncul dalam bentuk ingatan yang samar- ketika gue masih kecil..."

Flashback

Hujan deras mengguyur kota Zyphoria, membasahi jalanan yang mulai dipenuhi genangan. Petir menyambar, kilatnya memantul di kaca gedung.

Di TK Permata Bangsa, suara bel berbunyi nyaring-tanda bahwa waktu belajar telah usai. Anak-anak mulai berbaris dengan tertib, meski beberapa di antaranya tak sabar ingin pulang. Di luar, para orang tua sudah berdiri menunggu, membawa payung besar, siap menjemput buah hati mereka.

"Anak-anak, ayo berbaris rapi, jangan saling dorong, ya?" suara lembut ibu guru mengingatkan.

Para murid menurut dengan wajah ceria, beberapa bahkan saling tertawa kecil karena tak sabar bertemu orang tua mereka.

Di sudut ruangan, seorang bocah lelaki berdiri diam di dekat jendela. Krishna. Ia menempelkan telapak tangannya di kaca yang dipenuhi embun, matanya mencari-cari seseorang di luar sana.

Tapi yang dia lihat... bukan sosok nyata.

Di balik hujan yang turun, ada seorang wanita berdiri. Samar. Tidak jelas. Tapi Krishna kenal dia-lebih dari siapapun. Rambut panjang yang tertiup angin, senyum hangat yang selalu membuatnya merasa aman.

Matanya membelalak, napasnya tersengal. Dingin hujan seakan menusuk tulangnya, tapi lebih dingin lagi perasaan aneh di dadanya. Apakah itu rindu... atau hanya ilusi?

"I... ibu?" suaranya bergetar, hampir tak terdengar.

Hatinya mencelos. Ia tahu itu mustahil. Ibunya sudah tiada. Tapi mengapa... mengapa ia melihatnya begitu jelas?

Tiba-tiba, sebuah tangan kecil menepuk pundaknya.

"Krishna?"

Krishna tersentak. Seketika ia menoleh, jantungnya masih berdegup kencang.

Krishna menoleh, berkedip.

Di depannya, Lira berdiri sambil mainin jemari, wajahnya ragu-ragu.

"Apa?" Krishna nyengir lebar, mencet-cet embun di kaca kayak bocil gabut.

Lira maju dikit, lalu mengulurkan tangannya.

Di telapak tangannya... gantungan kunci bintang.

"Ini..." suara Lira pelan. "Punya kamu, kan?"

Krishna menatap gantungan kunci bintang miliknya, terus senyumnya makin lebar.

"OHHH!!" Dia langsung ambil gantungan itu, ngangkat tinggi-tinggi di udara. "AKU KIRA INI SUDAH HILANG!!"

Lira menghela napas kecil. " Ini jatuh waktu kamu... jadi superhero aneh itu..."

Krishna langsung nyengir jail. "Ih, Lira inget! Kamu ngefans ya sama aku?"

Lira muka merah dikit. "Nggak!!"

Krishna cengar-cengir makin nyebelin. "Iya kan? Iya kan? Iya kan?"

Lira ngelotot, terus melipat tangan. "Enggak! Aku cuma mau balikin!"

Krishna menatapnya lama... lalu tiba-tiba, dia mendekat dikit, matanya menyipit jahil.

"Kamu kan penakut," bisiknya pelan.

Lira membulatkan mata. "EHHH! AKU NGGAK PENAKUT!!"

Krishna langsung ngakak, Ketawa bocil yang nyaring dan bikin kesel

"HAHAHA! BOHONG! KAMU MEMANG PENAKUT!"

Lira mukanya sudah memerah,dia kesel. "IH! AKU NGGAK PENAKUT, TAU!!"

Krishna senyum licik. "Terus kenapa kemarin takut anjing? Chihuahua kan Kecil! Cupuuu~"

Lira mulai merajuk, pipinya semakin merah. "Aku nggak suka anjing! Mereka... mereka suka gonggong!"

Krishna mengepak-ngepakkan tangannya kayak burung. "Hiiii takut gonggong! Lira cupuuuu~"

Lira mukul lengannya pelan. "IH! KRISHNA JAHAT!"

Krishna masih ketawa. Tapi pas dia noleh ke Lira... senyumnya pelan-pelan melembut.

Seketika itu dia menggenggam gantungan bintang itu di tangannya, lalu... ia mengulurkannya lagi ke Lira.

Lira mengernyit. "Hah? Aku kan udah balikin ke kamu?"

Krishna masih nyengir. "Udah ambil aja."

Lira bengong. "Hah? Kenapa?"

Krishna menaruh tangan di pinggang, gaya pahlawan.

"Soalnya, kamu orang pertama yang aku tolong!"

Lira terdiam beberapa detik, lalu... senyum kecil muncul di wajahnya.

"...Beneran buat aku?"

Krishna nyengir. "IYA! Tapi nanti harus balikin kalau aku udah jadi superhero beneran yah?!"

Lira pun tertawa kecil, dan menggenggam bintang itu erat-erat.

"...Iya, iya... makasih ya, Krishna."

Dari jauh, Terdengar suara mamanya Lira memanggil.

"Ayo, Sayang, kita pulang!"

Lira noleh sebentar, terus ngeliat Krishna lagi.

Senyumnya lebih lebar dari sebelumnya.

"Krishna, aku pulang duluan ya? Dadah!"

Krishna cuma melambai santai. "DAH PENAKUUUUT~"

"IHHHH!!" Lira manyun sambil lari pergi.

Krishna ketawa sendiri, lalu duduk lagi di kursinya.

Dia menatap keluar jendela, senyum kecil masih nempel di wajahnya.

Hujan mulai turun pelan.

Dan entah kenapa... hati Krishna terasa hangat.

Ketika semua siswa sudah pulang bersama orang tua mereka, hanya Krishna yang masih duduk termenung di bangkunya. Pandangannya kosong menatap ke luar jendela, memperhatikan titik-titik hujan yang membasahi halaman sekolah.

Ibu guru, yang masih merapikan beberapa buku di mejanya, melirik ke arah Krishna dan menghela napas kecil. Dengan langkah lembut, ia menghampiri murid kecilnya yang tampak larut dalam pikirannya sendiri.

"Kenapa, nak? Dimna orang yang jemput kamu?" tanyanya seraya mengusap kepala Krishna dengan lembut.

Krishna tetap diam. Tangannya mengepal di atas meja, seperti sedang menahan sesuatu di dadanya.

Ibu guru berjongkok, menyamakan tinggi wajahnya dengan Krishna. "Mau ibu anter pulang?" tanyanya lagi dengan nada penuh perhatian.

Krishna menelan ludah. Hujan di luar semakin deras, membuat suasana semakin sepi.

Sebelum Krishna sempat menjawab, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa mendekati kelas. Seorang pria paruh baya muncul di ambang pintu, sedikit terengah-engah.

"Permisi, Bu." Suaranya berat, tapi ada sedikit nada sok keren di dalamnya.

Krishna menoleh, matanya langsung berbinar begitu mengenali sosok itu.

"PAMAAAAN!!" teriaknya sambil lompat-lompat di kursi.

Takashima nyengir. "Yap, itu gue!"

Ibu guru tersenyum melihatnya. "Oh, ini ayahnya Krishna ya?"

Takashima mengangkat alis, menyeringai santai. "Hoo~ Kalau saya jadi ayahnya sih, terlalu muda ya, Bu... Tapi boleh juga sih, jadi suaminya ib-"

Ibu guru langsung berdehem keras. "Ehem..."

Takashima ngakak pelan. "Hehehe, maaf, refleks."

Krishna cuma ngeliatin mereka dengan wajah polos, nggak ngerti apa-apa.

Ibu guru menghela napas, tapi senyumnya tetap ada. "Baiklah, kalau begitu saya duluan ya. Permisi, Pak."

Takashima masih nyengir genit. "Hati-hati di jalan, Bu Guru~ Jangan kangen saya, ya."

Ibu guru langsung ngelirik tajam sebelum cabut.

Setelah ibu guru pergi, Takashima jongkok di depan Krishna, senyum penuh dosa masih nempel di wajahnya.

"Maaf ya, bocah. Gue agak telat jemput lo."

Krishna nggak peduli sama omongan Takashima, karena matanya udah berbinar. "Paman! Aku laper! Mau makan nasi goreng pake telur dua!"

Takashima ngakak. "YAILAH! Gue kira lo kangen!"

Krishna manyun. "Iya kangen, tapi laper duluan!"

Takashima ngelus jidat. "Yaudah, coba tebak siapa yang ada di luar?"

Mata Krishna langsung melebar. Tanpa pikir panjang, dia lompat turun dari kursinya dan langsung ngacir keluar kelas.

"KRISHHH!!!"

Di luar, seorang anak lelaki bersandar di tembok dengan tangan di saku. Begitu melihat Krishna, dia menyeringai.

"Yo whatsapp men" jawab Krish santai.

Krishna lompat-lompat di tempat. "Krish! Aku mau main! Aku jago lho!"

Krish melipat tangan di dada. "Ih! Bohong! Aku yang jago!"

"Nggak! Aku!"

"Bohong!"

"Nggak!!"

Tiba-tiba-BRUK!-Krish langsung merangkul Krishna keras-keras, hampir bikin adiknya jatuh.

"Aduduh!" Krishna meringis.

Krish ngakak. "Hahaha, yaudah aku ngalah deh, kau menang!"

Krishna manyun. "Nggak gitu juga! Aku jago beneran!"

Krish cuma nyengir, terus ngacak-ngacak rambut Krishna kasar.

Krishna mencak-mencak, terus balas mukul kecil perut Krish.

"Hahaha!" Mereka berdua tertawa bareng.

Sementara itu, Takashima ngelus muka, liat ke langit lagi.

"Ya Tuhan, gue harus jagain dua bocah ginian sampe gede?"

Sebelum pulang, Krishna tiba-tiba lari ke tengah lapangan yang basah. Bukannya buru-buru cari tempat teduh, bocah ini malah mainin air pake kaki, ciprat-ciprat ke mana-mana.

Dia ketawa sendiri, terus mendongak, nutup matanya ngerasain rintik hujan yang jatuh ke mukanya.

"KRISH!!!"

Krish yang lagi asik nendang kerikil langsung noleh. "Hah? Apa?"

Krishna ngangkat tangan tinggi-tinggi. "Siapa yang duluan sampai rumah, dia pemenang! Yang kalah... PECUNDANG!"

Mata Krish langsung nyala. "HAH?! Enak aja! Aku kan lebih gede!"

"Tapi aku lebih cepet!" Krishna nyengir lebar. "Kalau jago, KEJAR AKU!!"

Dan tanpa babibu, Krishna langsung ngacir sekenceng mungkin.

"WOYYY!!!" Krish ngamuk. "BOCAH CURANG!!!"

Dia langsung ngegas ngejar Krishna, sambil sengaja nyipratin air ke mukanya.

Takashima, yang dari tadi berdiri di pinggir lapangan, megangin jidat.

"...YA ALLAH, BOCAH!!!"

Dia ngelus muka, ngeliat ke langit kayak nyari jawaban Tuhan.

"Pagi ribut. Siang ribut. MALAM RIBUT. Sekarang malah hujan-hujanan?!?"

Dia narik napas panjang, terus ngomong ke diri sendiri. "Gue yakin... bokap lo berdua nggak bakal setuju lo jadi bocah berandal kayak gini..."

Tapi ya, percuma ngomel. Udah nasibnya ngurusin dua bocah yang hidupnya kayak karakter anime battle.

Akhirnya, dengan napas pasrah, dia ngambil tas Krishna yang tertinggal, terus jalan santai di belakang mereka.

Krishna & Krish masih lari-larian. Ketawa. Teriak.

Mereka cuma dua bocah yang gak tau apa-apa.

Sementara Takashima?

Pusing.

~~~~~~~

"Itu udah lama berlalu, tapi perasaan kosong yang gue rasain waktu kecil masih ada sampai sekarang... Kadang gue mikir, kalau aja semuanya nggak berantakan, mungkin gue nggak bakal sekeras kepala ini."

"Tapi yaudahlah. Gue bukan tipe orang yang suka drama. Jadi, balik ke topik..."

"Gue nggak bakal bilang hidup itu adil. Tapi kalau lo masih punya keluarga, hargailah mereka sebelum terlambat. Soalnya nggak semua orang seberuntung kalian. Gue? Gue cuma bisa berterima kasih sama malaikat penyelamat gue-Paman Takashima. Tanpa dia, entah gue jadi apa."

"Dan oh, satu lagi... Gue punya saudara kembar. Namanya Krish. Tapi jujur, gue masih ragu apa kita beneran kembar. Soalnya tiap kali gue liat mukanya, rasanya kayak ngeliat orang asing yang tiba-tiba nyelonong masuk ke hidup gue. Paman Takashima bilang kita cuma selisih satu jam pas lahir. Yaelah, satu jam doang! Tapi tetep aja, Hormat sama abang yang lahir beda satu jam? Feodal banget!!"

"Dan yah Krish itu paket lengkap: pinter, populer, disayang guru. Tapi buat gue? Meh. Sok cool, sok ganteng, dan yang paling parah-sok pahlawan!."

"Eh, ngomong-ngomong soal orang penting, ada satu lagi yang mau gue kenalin ke kalian, Dia cewe. Namanya Srada. Kalau misal diantara kalian ada yang nanya, 'Krishna, dia pacar lo ya?' Jawaban gue? Hahaha... ya gitu deh, kalian pikir aja sendiri. Yang jelas, dia itu tipe gue banget! Cantik, perhatian, lucu. Pokoknya, cewek yang bisa bikin...ahh gak bisa jelasin gue."

Srada yang mendengar itu langsung ngomel. "Pede banget sih lo! Maaf banget nih ye, temen-temen, dia bukan pacar gue! dia cuma bocah halu yang kebanyakan mimpi!!"

Krishna langsung pasang tampang bingung. "T-tapi kan lo pernah bilang-"

"EH, DIEM NGGAK LO!?" bentak Srada sebelum Krishna sempet ngelanjutin.

Krishna cuma bisa nyengir. Sementara itu, Hamada yang dari tadi dengerin malah ketawa ngakak.

"Udah-udah, malah ribut ! Ingat, kita di sini buat sapa sahabat-sahabat kita yang paling GANTENG dan CANTIK biar makin kenal sama kita, ya kan?" kata Hamada sok bijak.

Krishna langsung pasang tampang jail, trus ngelirik Srada. "Tuh dengerin, ya... PUTRIIII~" godanya sambil kedip-kedip.

"NAMA GUE BUKAN PUTRI GBLOK!!!, UGH, AU AH, BETE GUE!" Srada langsung manyun dan cabut ninggalin mereka berdua.

Hamada geleng-geleng kepala. "Tuh kan, lo sih. Gak bisa ya? sehari aja nggak bikin dia kesel?"

Krishna ngakak. "Gimana ye bro, dia sendiri yang bilang!"

"EH GUE DENGER YA!!" teriak Srada

"WADUH, ANJIR" Krishna kaget.

Trus dia ngebalik ke arah layar.

"Oke, cukup sekian perkenalan dari gue! Nggak tau juga kenapa hidup gue dijadiin tontonan di sini-padahal gue nggak pernah daftar jadi MC! Tapi yaudahlah... Kalau lo penasaran sama kekacauan selanjutnya, stay tuned. Jangan kabur, atau lo bakal nyesel nggak liat keabsurdan gue."

"Dan buat author... SERIUSAN LO NGGAK PUNYA KANDIDAT LAIN BUAT JADI MC!? Ahhh Yaudah, ciao~"

Krishna nunjuk ke kamera, matanya menyipit dengan tatapan penuh arti. Senyum puas terukir di wajahnya, seolah tahu sesuatu yang orang lain nggak tahu.

"Liat aja nanti," katanya santai.

Layar perlahan fade out.

Gantung tapi bukan hubungan kita kok 😜

© Zenofficial 2025. Semua hak cipta dilindungi. Dilarang menyalin atau mempublikasikan ulang tanpa izin.