Begitu kakinya nyentuh aspal, Krishna langsung sadar...
DUNIA INI KEJAM.
Udara pagi? Panas.
Sinar matahari? Nyolot.
Angin? Berhembus, tapi kayak ngeledek, "Dikira lo keren ya turun angkot begini?"
Krishna diem sebentar.
Ngeluarin napas.
Meluruskan mindset.
"Tenang, Krishna, lo bisa..."
Tapi, begitu dia noleh ke depan...
MATANYA MEMBEKU.
Di kejauhan, DI SANA, di depan gerbang sekolah...
Pa Udin.
SATPAM LEGENDA.
Doi berdiri tegak, kayak patung pahlawan tanpa jasa.
Botaknya berkilau, mantul kena matahari pagi.
Dari jauh, sinarnya kayak power-up di game RPG, bikin Krishna hampir terhipnotis.
Kumis? MASIH SAMA.
Tebal. Hitam. Berdiri gagah kayak benteng terakhir moralitas sekolah.
Tangan Pa Udin bersedekap.
Mata tajam.
Memandang gerbang kayak elang ngawasin mangsa.
Krishna ngelirik jam tangan.
Tujuh lewat dua puluh lima.
DEADLINE.
Pikirannya langsung sprint.
Plan A: Masuk lewat gerbang utama.
Risiko: Ambyar. Jelas bakal kena amuk si botak.
Plan B: Balik kanan, cabut, pura-pura lupa ada sekolah hari ini.
Risiko: Besok makan daun singkong dan dikira kambing.
Plan C: Jalan nyantai, nunggu keajaiban.
Risiko: SAMA AJA, GOBLOK.
Krishna ngelirik kiri.
Tembok belakang sekolah.
Pagar tinggi.
Penuh kawat berkarat.
TAPI DI BALIK ITU...
KEBEBASAN.
Krishna merenung sebentar.
"Keknya gue harus kesana deh... harus berani mengambil risiko."
Lalu, tanpa pikir panjang...
DIA KABUR.
Sikat belok kiri. Jalan santai dulu, biar gak ketauan.
Tapi begitu udah agak jauh...
DIA LARI SECEPAT KILAT.
Mission: Infiltrate the School Without Getting Your Ass Kicked – START.
Sesampai dibelakang sekolah, Krishna ngerasa kayak ninja.
Pagar tinggi udah di depan mata.
Tapi pas liat lebih deket...
TAI MERPATI NGELUBER KEMANA-MANA.
BANYAK BANGET.
Berserakan di kawat pagar.
Nempel di besi.
Ada yang masih FRESH, ada yang udah fosil.
Krishna diem.
Dada naik turun.
Napak tilas dosa-dosanya.
Tapi gak ada waktu buat mikir.
Tangannya nyekek besi pagar.
Narik napas panjang. "Bismillah."
DIA PANJAT.
Satu kaki naik.
Tangan nyari pegangan.
Lutut nempel kawat.
CEKLEK.
Ada sesuatu yang nempel di sol sepatunya.
Krishna noleh.
Tai merpati.
"ANJINGGG!!!"
Dia hampir keseleo gara-gara jijik sendiri. Tapi... ada sesuatu yang lain di situ.
Koin kecil. Ada cahaya biru redup di pinggirannya.
Krishna ngedip.
"Apaan nih?"
Dia nunduk dikit, ngeliatin lebih jelas. Koinnya kayak... nyangkut di sepatunya.
Dia goyang-goyangin kaki. Nggak copot.
"Tai burung aja bisa rontok, ini malah nempel? Halah, bodo amat."
Sampe di atas.
Dia lanjut lompat turun.
Tapi nasib sial masih berlanjut.
Kawat pagar yang dia pegang... ADA TAI JUGA.
"YA ALLAH AMPUNNN!!!" Reflek, dia ngelepas tangan.
Keseimbangan ancur.
DAN...
BUGH!
JATUH KE DALAM SEKOLAH.
Mendarat di tanah, nungging, hidung nempel rerumputan.
Diem.
Nafas berat.
Nyoba ngumpulin harga diri yang baru aja ancur.
Lalu pelan-pelan, Krishna bangun.
Ngelap tangan ke celana.
Ngeliat bekas di sepatunya.
Bibirnya bergetar.
"Gue sumpahin tuh merpati jadi hewan kurban..."
Tapi belum sempet refleksi dosa...
"HEH!!! NGAPAIN LO DI SITU?!" Suara keras dari arah lapangan.
Krishna noleh.
EVANA.
Dari kejauhan, dia berdiri.
Kacamata hitam. Hoodie oversize.
Di tangannya...
PENTUNGAN OSIS.
MATA MEREKA BERTEMU.
Krishna langsung freeze.
Mulutnya komat-kamit. "...Ya Allah, tolong hambamu ini, kenapa gue harus ketemu tuh mahkluk lagi..."
Evana MENGANGKAT PENTUNGAN.
Krishna ngelirik kanan-kiri.
TIDAK ADA TEMPAT UNTUK LARI.
Langkahnya pelan.
Tatapannya kosong.
Dari ujung pentungan OSIS-nya, ada kilatan harapan yang sirna.
Krishna ngangkat kepala, pelan-pelan...
DAN NGELIAT EVANA BERDIRI TEPAT DI DEPANNYA.
Mata pastel Evana nyala penuh kebencian. "...LO. LO LAGI. LAGI-LAGI LO."
Suara dia datar, tapi berisi rasa muak tingkat alam semesta.
Krishna langsung refleks nyengir. "Hehe... pagi, Van."
Evana ngeluarin napas.
Tangan nempel di jidat. "Krishna... Satu pertanyaan buat lo. APA MASALAH LO DALAM HIDUP INI?"
Krishna ngangkat bahu. "Hidup terlalu membosankan, Van. Gue cuma kasih warna dikit."
"WARNA PALE LO! YANG ADA HIDUP GUE JADI MONOKROM GARA-GARA LO!!" Evana langsung ngetok pentungan ke tanah.
Mata dia tajem kayak ibu kos abis liat galon ilang.
Krishna udah siap nyaut, tapi...
Evana tiba-tiba jongkok di depan dia. "Oke. Lo pikir gue nggak inget dosa-dosa lo?"
Krishna noleh kiri kanan. "Wah... mau main inget-ingetan, nih?"
Evana mendekatkan wajahnya. "DENGER YA, BANGS*T."
"MINGGU LALU, LO NYURI KAOS KAKI PASKIBRA BUAT NGESILANG DI KAWAT SEKOLAH."
"...Ya kan gue iseng doang."
"DUA HARI LALU, LO PASANG POSTER MUKA GUE DI TOILET KANTIN DENGAN CAPTION 'PENGUASA DARK WEB'."
"Itu tribute, Van. Lo harus bangga."
"SEMALAM, LO NGEHACK SPEAKER SEKOLAH DAN MUTER LAGU TARIAN PINGUIN PAS JAM ISTIRAHAT!!!"
"Itu baksos, Van. Murid-murid butuh hiburan."
Evana membanting pentungannya ke tanah lagi.
"DAN HARI INI? HARI INI APA, KRISHNA? LO TELAT DAN MASUK SEKOLAH LEWAT PAGAR BELAKANG?! APA GUE HARUS NGADAIN PENGHARGAAN 'MANUSIA PELAWAK TERBAIK' BUAT LO?!"
Krishna nyender di tanah. "Ya kali gue bosen jadi orang normal, Van. Gini lebih seru."
Evana DIAM.
Mata dia menyipit.
Hidung kembang-kempis.
Dalam kepalanya: "Kalau gue bacok ini bocah, sekolah kena pasal nggak ya?"
Lalu tiba-tiba Krishna nyeletuk: "Lo kayaknya benci banget ama gue ya?"
Evana reflek MENGECEKIK UDARA DI DEPANNYA. "YA AMPUN, BUKAN KEBENCIAN LAGI, GOBLOK, INI UDAH LEVEL DUKA NASIONAL!!!"
"SEANDAINYA OTORITAS SEKOLAH NGELARANG ORANG SEPERTI LO, GUE SENDIRI YANG AKAN NGESUBMIT DOKUMENNYA KE PBB!!!"
Krishna cuma nyengir santai.
"Lo kek perhatian banget sama gue?"
Evana beku.
Krishna lanjut. "Coba pikir, Van. Kalo gue nggak ada, lo bakal kehilangan sumber stress utama lo. Lo jadi nggak punya tujuan hidup. Bisa-bisa lo malah masuk fase quarter-life crisis."
Mata Evana bergetar. "LO... LO GILA."
Krishna nyengir lebih lebar. "Gue tahu."
Mereka diem bentar.
Lalu Evana NABOK PUNDAKNYA.
"SERAH LO. AYO,SEKARANG LO IKUT GUE."
Krishna berdiri. "Lah, kalo gue kabur?"
Evana noleh. "Lo pikir lo bakal selamat?"
Mereka berdua jalan menuju lapangan...
Sementara itu...
Lapangan mulai panas.
Bendera siap naik.
Murid-murid berdiri baris rapi, sok fokus, padahal dalam hati udah pengen balik ke kasur.
Disisi lain, Krishna jalan dilorong , diapit Evana di belakangnya.
Jalan? Nggak.
Diseret? Hampir.
Dibanting? Belum.
Tiap lima langkah, Evana nyundul punggungnya pake pentungan.
"WOY JALAN! GUE MUAK LIAT LO NGESOT!"
Krishna ngesot makin santai. "Sabar napa, Van. Gue manusia, bukan trolley."
DOR!
Evana nendang betis Krishna. Nyaris salto.
"WOOY SAKIT ANJIR!!!"
"Sakiiit?" Evana nyeringai. "GUE LIHAT LO MASIH NAPAS. JADI LANJUT!!!"
DOR! Nendang lagi.
Krishna nyengir, mulut komat-kamit.
Di barisan depan, ada sepasang mata bening yang ngelirik...
Half-bun.
Ngelirik Krishna.
Ngelirik terus.
Kaget. Matanya melebar.
Terus... kepala miring dikit.
"Heh? Dia...?"
Bulu matanya kedip.
Kedip lagi.
...Kayaknya dia seneng.
Dikit.
Gemes dikit.
Krishna masih dijadiin bola ama Evana.
DOR!
"ANJIR VAN SANTAI DONG!!!"
Half-bun nahan ketawa dikit. Tapi pipinya nahan merah.
Srada, di belakangnya, juga ngelirik Krishna.
Srada: "..."
Krishna, baris di barisan cowok, ngelirik Half-bun.
Half-bun, lirik Krishna.
Krishna, lirik balik.
Half-bun, pura-pura noleh ke depan, tapi lirik lagi.
Sementara itu,
DOR!
Evana nendang tulang kering Krishna lagi.
"WOOOY!!!"
Evana nyengir. "Emang gue peduli?"
Di depan, PA JONI MULAI NGOCEH PIDATO.
Suara mic kresek-kresek.
"ANAK-ANAK SEMUA!!! KITA HARUS MENJADI GENERASI EMAS!!!"
Krishna inner monolog lagi:
"...Emas apaan. Kalo gue masuk rumah sakit gara-gara Evana, paling dapet BPJS."
Matanya bolak-balik.
Otaknya sprint.
Karena dia tahu... kalau ikut upacara, ujung-ujungnya dia tetep kena hukuman.
Kenapa?
Karena dia di tendang-tendang kek ember bocor yang digeret emak ke belakang rumah.
Dan sekarang?
Di belakangnya ada Evana.
Tangan satu udah nyelip di saku hoodie.
Yang satu lagi...
Megang pentungan OSIS.
Matanya kayak tukang parkir liat mobil mundur miring dikit.
Kalau Krishna kabur biasa?
Jelas Evana bakal ngehajar duluan.
Sekarang dia butuh rencana.
Dia butuh cara kabur yang smooth, licin, mind-blowing.
Lalu...
MUNCUL IDE SETAN.
Krishna pasang wajah santai.
Melangkah pelan...
Dikit...
Dikit lagi...
Lalu tiba-tiba—
"WAAAAAAHHH!!!"
KRISHNA PURA-PURA KEPELESET.
Badannya NGEBANTING KE BELAKANG, TELENTANG KE ATAS.
Evana refleks: "HAH?!"
Matanya ngebesar.
Langkahnya mundur dikit.
Tapi...
SEDETIK SEBELUM KEPALA KRISHNA NYENTUH TANAH...
DORRR!!!
TANGAN KANANNYA NGEGANJAL LANTAI.
OTOT LENGANNYA NGE-PUSH BADANNYA KE ATAS.
INI BUKAN PUSH-UP BIASA.
INI PUSH-UP MENANTANG TAKDIR.
TANGAN KANANNYA JADI TUAS.
DIA NGEPENTAL DI UDARA.
LALU—
Dengan momentum dorongan itu...
BADANNYA MUTER KE SAMPING.
WUUUSSSSHHH!!!
SECEPAT KILAT, DIA BALIKIN BADANNYA DALAM POSISI LARI.
LICIN. CEPET. GAK ADA LOADING.
Gerakan ini terlalu advanced buat manusia biasa.
Evana NGGAK SIAP.
DIA MASIH MUNDUR.
DIA MASIH KAGET.
DIA MASIH LOADING.
DAN...
DIA OLENG KE DEPAN.
MUKANYA PAS BANGET DI DEPAN KRISHNA.
MATANYA MELEBAR.
BADANNYA GOYAH.
MEREKA HAMPIR NUBRUK.
JEDA 0,1 DETIK.
Evana: "EH ANJIR?!"
Krishna: "Eh?"
MATA MEREKA KETEMU.
Krishna nyengir. "BYE, VAN."
DAN DIA TANCAP GAS.
Di barisan depan, HALF-BUN YANG MASIH LIRIK KRISHNA KAGET.
Mulutnya sedikit terbuka. Matanya membulat.
Tapi...
Matanya BERKILAU.
JANTUNGNYA DEG!
Inner monolog Half-Bun:
"ASTAGHFIRULLAH... KEREN BANGET ANJIR."
"INI APA?! KENAPA JADI KEREN BANGET?! APAKAH INI CINTA? TIDAK! INI UJIAN!"
"DIA SETAN... TAPI KENAPA SETANNYA KEREN?!"
Pipinya merah dikit.
Tapi ekspresinya tetep pura-pura santai.
Srada, di belakangnya, MELONGO.
Biasanya bocah ini banyak becanda, tapi sekarang?
DIAM.
Inner monolog Srada:
"Bentar... Itu Krishna? Beneran Krishna? Bukan stuntman?"
"Biasanya dia konyol."
"TAPI KENAPA DIA BARU AJA NGELAKUIN GERAKAN KAYAK DI ANIME?!"
Srada mulai mempertanyakan realitas.
Krish, yang biasanya cool, juga sempet ngangkat alis.
Dia... IMPRESSED.
Inner monolog Krish:
"HA?"
"Gue kira dia bakal tumbang di dorongan pertama."
"Pas latihan silat aja, dia lebih sibuk becanda daripada latihan."
"Sampai-sampai dilempar baskom sama Paman Takashima..."
Krish ngelirik Krishna yang udah makin jauh.
Dia senyum dikit.
"Menarik."
KRISHNA LARI...
BRUK BRUK BRUK—
SEPATUNYA NYENTAK LANTAI.
Sementara itu...
EVANA MASIH LOADING.
TAPI BEGITU OTAKNYA NYALA...
" ANAK DAJJAL!!! KRISHNAAAAAAAAA!!!"
DOR!!!
Pentungan OSIS diayun ke lantai.
Debu naik ke udara.
DENDAMNYA MELEDAK.
MATANYA MERAH.
NAPASNYA PANAS.
DIA NGEBUT NGEBURU BOCAH SETAN INI.
Di depan, Krishna udah lari kayak orang yang baru aja nipu pinjol.
Di belakang...
Evana masih diem di tempat.
Dia MASIH SHOCK.
Otaknya masih loading kejadian barusan.
Matanya masih kebuka lebar.
Jantungnya?
MASIH NGEBUT KEK ABIS MINUM KOPI 3 LITER.
"Baru... baru pertama kali..." gumamnya pelan.
Tangan yang tadi mau ngehajar Krishna masih ngegenggam pentungan. Napasnya masih belum stabil.
Dia baru pertama kali liat Krishna... melakukan AKROBATIK.
"BOCAH ITU EMANG SENGKLEK, TAPI TADI..."
Ada sedikit... rasa kagum.
Bukan karena Krishna hebat.
Tapi...
"DIA NGAPAIN SEBENERNYA?! KENAPA DIA SEBEGININYA BUAT KABUR?!"
Dia nggak bisa mutusin apakah harus bangga...
Atau harus nyari Krishna dan ngelempar bocah itu ke luar angkasa.
Dan ngomong-ngomong soal Krishna...
SEKARANG DIMANA TUH BOCAH?!
DI SUATU TEMPAT RANDOM DI SEKOLAH...
Krishna lagi ketawa-ketawa setan.
Tangan nahan perut, bahu naik turun.
"WOOYYY GILA SIH GUE, ANJIR! HAHAHAHA!"
Dia lagi sembunyi di suatu tempat entah di mana.
Mungkin di balik gedung kosong.
Mungkin di belakang toilet.
Mungkin di dimensi lain.
Pokoknya EVANA GAK BAKAL NEMU DIA.
Upacara masih berlangsung.
Para murid masih berdiri di bawah matahari.
Tapi Krishna?
DIA LAGI NIKMATIN HIDUP.
Matanya melirik ke atas.
Langit biru.
Awan tipis melayang pelan.
Angin sepoi-sepoi.
Dia ngangkat tangannya, jari-jarinya ngegunting awan di kejauhan.
"Hhh... damai banget."
Dan saking nyamannya, dia tiduran.
Tangan dijadiin bantal, kaki selonjor.
Bibirnya sedikit senyum.
"Nggak ada yang ganggu... nggak ada Evana... nggak ada OSIS... nggak ada guru BK... damai banget sumpah."
Matanya perlahan merem.
Dunia terasa tenang.
...
...
...
PLUK!
"ADUH ANJING!!!"
Krishna langsung meringis, tangannya megang kepala.
ADA SESUATU JATUH DARI LANGIT... DAN NGEBANTER PALA DIA!
Matanya nyala.
Kepalanya masih cenat-cenut.
Jantungnya kaget setengah mati.
"APAAN NIH?!"
Dia megang benda itu.
Jari-jarinya ngegenggam pelan.
Matanya ngelihat lebih jelas.
Dan begitu dia sadar...
DIA MELONGOOOOOOO.
Mulutnya sedikit terbuka.
Alisnya naik.
Napasnya pelan...
Karena di tangannya...
Ada sesuatu yang GAK MASUK AKAL.
Gantung tapi bukan hubungan kita kok 😜
© Zenofficial 2025. Semua hak cipta dilindungi. Dilarang menyalin atau mempublikasikan ulang tanpa izin.