Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Aku Cinta Kamu, Dia, dan Mereka

🇮🇩ZiG_Momen
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
61
Views
Synopsis
Di sebuah sekolah yang lebih mirip medan pertarungan daripada tempat belajar, Nana Aoi—putri dari seorang ketua Yakuza—harus menghadapi kenyataan pahit. Cintanya kepada Yuki Kaze, seorang pria yang telah mengisi hatinya, berubah menjadi rasa sakit saat ingatan Yuki menghilang. Demi mempertahankan Yuki di sisinya, Ayaka Ito, seorang gadis yang juga mencintainya, mengambil kesempatan atas amnesia Yuki. Ayaka bukan hanya sekadar rival cinta bagi Nana, tapi juga seseorang yang mendapat tugas dari ayah Nana sendiri untuk melindunginya. Dengan posisi yang sulit, Ayaka menikmati setiap momen bersama Yuki, sementara Nana harus menanggung luka di hatinya. Di sisi lain, Yuna dan Yui tetap setia menemani Nana, memberikan dukungan di tengah keterpurukannya. Namun, keadaan semakin memburuk ketika Nana harus menghadapi duel brutal melawan Kexin Yue, pemimpin kelas dua. Kekalahan Nana dari Kexin membuatnya terluka parah, dan ia pun harus dirawat di rumah sakit.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

'SMA KAGEYAMA' Sebuah plank yang terpampang di Atas gerbang sekolah. Ini adalah hari pertama Yuki Kaze pindah ke sekolah ini. 

Koridor sekolah itu ramai seperti biasa. Banyak siswa bergerombol, bercanda, dan membicarakan berbagai hal. Namun, suasana berubah ketika Yuki melangkah melewati mereka tanpa menoleh sedikit pun. 

"lu anak baru?" suara salah satu siswa menggema, tapi Yuki tidak menjawabnya. Ia terus berjalan lurus, tatapannya datar seolah tidak peduli dengan lingkungan barunya. Namun baru beberapa langkah Tiba-tiba Seseorang menarik kerah bajunya dengan kasar, membuatnya tersentak ke belakang dan jatuh ke lantai. Suara tawa meledak dari para siswa yang melihatnya. 

"Kalau di tanya, lu jawab! Jangan main nyelonong aja!" bentak seorang siswa dengan nada mengintimidasi. 

Dari tengah kerumunan, seorang siswa dengan tubuh tegap dan wajah penuh percaya diri melangkah maju. Dia adalah Kazuya, pemimpin geng siswa kelas 1-A. Tanpa peringatan, Kazuya melayangkan pukulannya.

PLAKK!! 

Sebuah pukulan keras menghantam pipi Yuki, membuatnya terhuyung dan hampir jatuh lagi. Namun, bukannya marah atau membalas, Yuki hanya diam. Ia bangkit, menepuk bajunya, dan kembali berjalan menuju kelasnya, kelas 1-C. 

Namun, sebelum sempat melangkah jauh DUAKK! sebuah tendangan keras menghantam punggungnya, membuatnya kembali tersungkur ke lantai. Tawa siswa semakin pecah. 

Dari sudut lain, di depan kelas 1-B, Nana Aoi dan Hikari Yuna menyaksikan pemandangan itu. 

"Lemah banget," ucap Yuna sambil menyilangkan tangan di dada. 

"Anak kayak gitu paling besok juga keluar dari sekolah," balas Nana datar, nyaris tidak tertarik dengan pemandangan di hadapannya. 

Sementara itu, Kazuya bersiap melayangkan pukulan berikutnya, namun Baru saja akan menghajar, sebuah suara dari kejauhan.

"Tunggu!!" 

Suara lantang itu membuat semua orang membeku. Ayaka Ito, seorang guru wanita yang dikenal keras dan ditakuti di sekolah ini, melangkah dengan ekspresi tajam. Seketika, Kazuya dan gengnya mundur tanpa banyak bicara dan masuk ke kelas masing-masing. 

Yuki masih tergeletak Akibat tendangan Kazuya. Ayaka mendekat, lalu mengulurkan tangan. 

"Anak baru, kan? Siapa namamu?" tanyanya dengan nada tegas. 

Yuki menerima uluran tangannya dan berdiri. "Iya, Bu. Saya Yuki Kaze." 

"Kelas berapa?" 

"1-C, Bu." 

"Ikut aku," perintah Ayaka. 

Dari depan kelas 1-B, Nana dan Yuna sempat melihat Ayaka membawa Yuki sebelum mereka masuk ke kelas masing-masing, Yuna ke kelas 1-B, sementara Nana ke 1-C. 

Saat tiba di kelas, Ayaka meminta Yuki memperkenalkan diri di depan. 

Namun, begitu berdiri di depan kelas, suara tawa nyaris pecah dari para siswa. Wajah Yuki yang babak belur jelas menjadi bahan hiburan bagi mereka. Tapi tidak ada yang berani tertawa keras-keras—bukan karena takut pada Yuki, tapi karena kehadiran Ayaka. 

"Silakan duduk, Yuki," ucap Ayaka akhirnya. 

"Baik, Bu," jawab Yuki sambil berjalan menuju bangku paling belakang. 

Saat ia duduk, matanya tanpa sengaja melirik ke arah siswi yang duduk di sebelahnya. Cantik, itu kesan pertama yang ia dapatkan. Tapi belum sempat berpikir lebih jauh, 

SWIINGG!! 

Sebuah pulpen melesat melewati wajahnya nyaris mengenai matanya. Yuki tersentak. 

"Cowok lemah seperti lu gak layak natap wajah cantik gue," ucap gadis itu dingin. Dia adalah Nana Aoi. 

Yuki menghela napas. "Maaf." 

Nana mendengus tanpa memperdulikan Yuki lagi. Sementara itu, seorang siswa yang duduk di depan Yuki berbicara dengan suara rendah. 

"Untuk apa lu pindah ke sekolah ini?" Tanya siswa itutanpa menoleh 

Namun Yuki hanya diam tidak menjawab. 

BRAKK!! 

Meja itu dipukul keras hingga bergetar. 

"Lu budek?" bentak siswa itu, menoleh dengan tatapan tajam. 

Namun, sebelum Yuki sempat merespons, suara meja yang dipukul tadi membuat guru di depan memangilnya.

"Keisuke! Apa yang kau lakukan?" 

Suara lantang Ayaka kembali bergema di kelas, membuat siswa itu menegakkan punggungnya. 

"Maaf, Bu. Ada lalat di meja belakang," jawab Keisuke dengan senyum sinis. 

"Kalau tidak mau mengikuti pelajaranku, silakan keluar," ujar Ayaka dingin. 

Keisuke diam, hanya menahan kekesalan dalam hati. Saat Ayaka kembali fokus ke papan tulis, Keisuke menoleh sedikit ke belakang dan berbisik pelan ke arah Yuki. 

"Awas lu, brengsek." Ucap Keisuke mengancamnya.

**

Saat Jam istirahat tiba, suasana kelas 1-C tetap terasa panas. Keisuke dan beberapa temannya mendekati bangku belakang, tempat Yuki Kaze duduk. Mereka semua menatap Yuki.

"Enaknya diapain nih bocah, Kei?" Kata Naoki Yamada, salah satu teman dekatnya Keisuke, bertanya dengan nada santai tapi penuh ancaman. 

Keisuke menyeringai. "Mungkin kita patahin kakinya aja, gimana?" 

Beberapa anak lain tertawa kecil, menikmati momen ini. Yuki tetap diam, tidak memberikan reaksi apa pun. Ia tahu, melawan hanya akan memperburuk keadaan. 

Namun, sebelum Keisuke sempat bertindak lebih jauh, Nana yang duduk di sebelah yuki berdiri.

"Dalam hitungan tiga, gak bubar, gue hajar kalian semua," suara dingin Nana Aoi tiba-tiba terdengar di antara mereka. 

Mata Keisuke dan siswa lain beralih ke Nana yang bersiri dengan tangan bersedekap. Ekspresinya datar, tetapi sorot matanya menusuk. Seketika, suasana berubah. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani menantang Nana. Tanpa banyak bicara, Keisuke dan gengnya bubar. 

Yuki yang melihat itu hanya bisa terdiam. Ia mengira Nana hanyalah gadis cantik dan anggun biasa, tetapi ternyata… dia ditakuti oleh semua orang di kelas ini. 

"Terima kasih," ucap Yuki akhirnya. 

Nana menoleh padanya, lalu mendengus. "Lu pikir gue nolong lu?" katanya dingin sebelum melangkah keluar kelas. 

Perutnya yang keroncongan membuat Yuki akhirnya menuju kantin. Namun, begitu ia tiba di sana, firasat buruk langsung menyergapnya. 

Di salah satu sudut kantin, Kazuya dan anak siswa kelas 1-A lainnya sedang duduk santai. Salah satu dari mereka melihat kehadiran Yuki dan langsung menyeringai. 

"Eh, mangsa kita datang nih," katanya sambil menyenggol bahu Kazuya. 

Kazuya, yang sudah panas sejak pagi, bangkit dengan penuh semangat. Ia melangkah mendekati Yuki, diikuti oleh anak buahnya. 

"Belum puas ya pagi tadi? Kali ini gue pastiin lu gak bakal bisa jalan lagi," ujar Kazuya sambil mengepalkan tangan. 

Yuki tahu dia dalam bahaya. Tidak ada guru di sekitar sini, tidak ada yang akan menolongnya. Ia hanya bisa pasrah ketika melihat tinju Kazuya melayang ke wajahnya, tapi sebelum pukulan itu mengenai sasaran 

BRUKK!! 

Tangan Kazuya berhenti. Ada seseorang yang menahannya. 

Keisuke yang menahan tangan Kazuya.

Kedua geng itu kini saling berhadapan. Geng Kazuya di satu sisi, geng Keisuke di sisi lain. Suasana kantin mendadak mencekam. 

"Berani nyentuh dia, lu berurusan sama kita," ucap Keisuke dingin. 

Kazuya mengepalkan rahangnya. Dia tahu betul siapa Keisuke. Mereka pernah bertarung, dan hasilnya tidak menguntungkan bagi Kazuya. Dengan geram, dia akhirnya mundur. "Sial," desisnya sebelum pergi bersama anak buahnya. 

Yuki menarik napas lega. "Terima kasih," ucapnya. 

Namun, Keisuke dan gengnya hanya tertawa kecil. 

"Lu pikir kami nolongin lu?" Naoki mendorong kepala Yuki dengan kasar. 

"Denger, tolol," Keisuke menarik kerah Yuki, mendekatkan wajah mereka. "Gue gak peduli lu dihajar anak kelas 1-C. Tapi kalau sampai anak kelas lain yang ngebantai lu, itu masalah buat kita." 

Yuki terdiam. Perlahan, ia mulai memahami bagaimana hierarki di sekolah ini bekerja. Setiap kelas punya pemimpinnya sendiri, dan antar kelas adalah musuh. Jika Keisuke bersikap seperti ini, berarti dia adalah pemimpin kelas 1-C. 

Dari kejauhan, Hikari Yuna yang duduk dengan nana, mengamati kejadian itu sambil menggigit sumpitnya. "Jadi anak baru itu sekelas sama lu?" tanyanya. 

Nana yang duduk di seberangnya hanya mengangguk tanpa banyak bicara. 

"Terus, lu udah kasih dia pelajaran?" 

Nana meletakkan sumpitnya, menatap Keisuke dan gengnya yang masih menghajar Yuki. "Untuk apa menindas orang lemah?" jawabnya santai. 

Namun, saat melihat Keisuke mulai bertindak berlebihan, Nana akhirnya berdiri. Yuna menghela napas panjang lalu ikut bangkit. 

Saat mereka berdua berjalan menuju meja Yuki, suasana yang tadinya riuh mendadak hening. Keisuke yang sedang menarik kerah Yuki langsung melepaskannya begitu melihat Nana. 

Tanpa peringatan,

PLAKK!! PLAKK!! PLAKK!! 

Tamparan Nana melayang cepat, mengenai Keisuke, Naoki, dan beberapa anak lainnya yang tadi ikut membully Yuki. Tidak ada yang berani melawan. 

"Bubar," ucap Nana dingin. 

Tanpa protes sedikit pun, Keisuke dan teman-temannya segera beranjak dari sana. 

Yuki yang masih duduk di tempatnya menatap tak percaya. Keisuke, sosok yang barusan ia anggap sebagai pemimpin kelas, ternyata takut pada Nana. 

Sebelum Yuki sempat berpikir lebih jauh, Nana menarik kerah bajunya dan menyeretnya keluar dari kantin. 

"Eh, mau bawa gue kemana" tanya yuki.

Dia tidak mendapat jawaban. 

Beberapa menit kemudian, Yuki menyadari kalau Nana membawanya ke UKS. Tanpa banyak bicara, Nana mengambil kotak P3K dan mulai mengobati luka-luka di wajah Yuki. 

Yuki hanya bisa diam, membiarkan gadis itu merawatnya dengan cara yang kasar tapi… tetap saja dia membantu. 

Untuk pertama kalinya sejak pagi, Yuki bertanya dalam hati.

"Siapa sebenarnya cewek ini?".