Di dalam UKS, suasana terasa sunyi. Nana Aoi masih sibuk mengobati luka-luka Yuki Kaze, sementara di sudut ruangan, Hikari Yuna berdiri sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Tatapan Yuna tidak pernah lepas dari Yuki. Meskipun wajahnya masih babak belur akibat pemukulan pagi tadi, ada sesuatu yang menarik dari Yuki.
"Kalau diperhatiin, dia tampan juga," batin Yuna. Lalu dia melirik Nana yang tengah serius merawat Yuki. "Jangan-jangan Nana tertarik padanya?"
Di sisi lain, Yuki masih bertanya-tanya kenapa Nana repot-repot menolongnya.
"Kenapa kamu menolongku?" tanyanya akhirnya.
Nana menghentikan gerakannya sejenak. Lalu, tanpa menoleh, dia menjawab dengan nada dingin, "gue melakukan apa yang ingin gue lakukan. Apa urusan lu bertanya?"
Sebelum Yuki sempat merespons, tiba-tiba,
PLAKK!
Sebuah pukulan mendarat tepat di wajahnya yang baru saja diobati. Yuki terjungkal ke belakang, merasakan nyeri yang lebih tajam daripada pukulan Kazuya atau Keisuke sebelumnya.
Sambil meringis kesakitan, Yuki mendongak, menatap Nana yang kini sudah berdiri.
"Sial… pukulan cewek ini beda," gumamnya pelan.
Nana tidak mengatakan apa pun lagi. Dia hanya berbalik dan pergi meninggalkan UKS begitu saja.
Yuki masih kebingungan dengan sikap gadis itu. Namun, sebelum dia bisa mencerna semuanya, Yuna berjalan mendekatinya dan menatapnya dari atas.
"Bodoh sekali," kata Yuna sambil mendengus. "Lu menyinggung pemimpin kelas lu sendiri."
Setelah mengatakan itu, Yuna pun pergi menyusul Nana.
Yuki membeku di tempatnya. 'Pemimpin kelas…?'
Sekarang semuanya masuk akal. Kenapa Keisuke dan Naoki takut padanya, kenapa Nana bisa menampar mereka tanpa perlawanan, itu karena dia pemimpin kelas.
"Sial, sekolah ini benar-benar aneh," pikir Yuki sambil bangkit berdiri dan keluar dari UKS.
---
Saat berjalan kembali ke kelas, Yuki melirik ke setiap ruang yang dia lewati. Setiap kelas tampak dipenuhi kelompok-kelompok kecil, beberapa di antaranya terlihat sedang bertarung di tengah ruangan.
"Sekolah macam apa ini? Ini sekolah atau arena pertempuran?, benar-benar sekolah an yang buruk" gerutunya pelan.
Namun, tanpa Yuki sadari, ucapannya tadi terdengar oleh seorang siswi yang sedang bersandar di dinding depan kelas 1F.
"Sudah tahu buruk, kenapa masih ada di sini?"
Suara dingin itu membuat Yuki terkejut. Dia menoleh dan melihat seorang gadis dengan tatapan tajam sedang berjalan mendekatinya.
Setiap langkahnya terasa penuh tekanan, seakan dia bukan siswi biasa.
Yuki menelan ludah, mencoba tetap tenang.
"Kelas apa lu?" tanya gadis itu dengan nada dingin.
"1C," jawab Yuki santai.
Gadis itu menyeringai kecil, lalu menyentuh dagunya seolah sedang berpikir. "Bilang sama ketua lu, pulang sekolah gue tunggu di rooftop," katanya santai.
"Memangnya Siapa nama Lu?" tanya Yuki.
Tiba-tiba, gadis itu menarik kerah bajunya, mendekatkan wajah mereka hingga bibir mereka hampir bersentuhan. Napasnya terasa di wajah Yuki, membuatnya sedikit gugup.
"Tidak sopan sekali bicara sama gue seperti itu," bisiknya.
Yuki tetap diam, menunggu jawabannya.
Gadis itu menatapnya dalam-dalam,gadis itu baru kali ini melihat wajah Yuki, "lu anak baru?" lalu akhirnya tersenyum tipis. "Katakan padanya, Yui Nakahara menantangnya," ucapnya sebelum melepaskan cengkeramannya dan berjalan pergi.
Yuki hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh, masih mencoba memahami situasi barusan.
"Gila, satu lagi cewek gila di sekolah ini," pikirnya sebelum melanjutkan langkahnya ke kelas.
---
Setibanya di kelas, Yuki berjalan menuju bangkunya dengan kepala sedikit menunduk. Tapi, sebelum dia duduk, dia berhenti tepat di depan meja Nana Aoi.
Seketika, suasana kelas yang tadinya riuh menjadi hening. Semua mata tertuju pada mereka.
Yuki mengangkat wajah, hendak menyampaikan pesan dari Yui Nakahara. Namun sebelum dia sempat berbicara, sebuah tendangan mendarat di kakinya dari belakang.
DUAKK!
Yuki jatuh berlutut.
"Yang sopan kalau mau bicara sama pemimpin kami," ucap Keisuke dengan nada mengejek.
Tertawa kecil terdengar dari beberapa siswa di kelas. Yuki mendesah, lalu mengangkat kepalanya menatap Nana.
"Setelah pulang nanti, Yui Nakahara menunggu lu di rooftop," ucapnya akhirnya.
Nana yang tadinya terlihat santai, tiba-tiba menarik kerah Yuki, menariknya mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.
"Apa yang dia lakukan sama lu?" tanyanya dengan tatapan tajam.
Yuki menatap mata Nana yang penuh tekanan. "Dia hanya bilang itu," jawabnya tenang.
Nana memperhatikannya sebentar, lalu melepaskannya dengan kasar.
"Baiklah," ucap Nana singkat sebelum kembali duduk di bangkunya.
Yuki akhirnya menghela napas panjang. Sekarang, dia semakin yakin, sekolah ini memang penuh orang-orang gila.
**
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Hampir semua siswa berhamburan keluar kelas, tetapi tidak dengan kelas 1C.
Nana Aoi bangkit dari tempat duduknya dengan tenang, lalu melangkah keluar kelas. Saat itu juga, hampir semua siswa dan siswi kelas 1C langsung berdiri dan mengikutinya tanpa perlu diperintah.
Di sudut ruangan, Yuki Kaze yang masih duduk di kursinya hanya bisa menatap keheranan.
"Apa mereka semua mau ke rooftop?" gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba, lengannya dikunci dari belakang.
"Hei—"
Keisuke menarik Yuki, melipat tangannya di leher Yuki dengan sedikit tekanan.
"Apa lu tidak mau menonton pertunjukan?" bisiknya dengan nada mengejek.
"Pertunjukan?" Yuki mengernyit.
Keisuke mendengus. "Bodoh sekali. Sudah jelas, kan? Nana akan bertarung dengan pemimpin kelas 1F."
Yuki terdiam. "Maksud lu, Yui Nakahara?"
Keisuke mendecakkan lidah. "Terlalu banyak bacot!" ujarnya, lalu tanpa memberi Yuki kesempatan untuk menolak, dia menariknya keluar dan memaksanya ikut dalam rombongan kelas 1C yang mengikuti Nana.
Ketika mereka keluar dari kelas, kelas 1B juga tampak sudah berkumpul di depan kelasnya. Tanpa banyak kata, mereka ikut bergabung dalam iring-iringan, dengan Hikari Yuna berjalan di sisi Nana.
Melihat itu, Yuki berbisik pelan, "Kelas 1B juga ikut?"
"Jelas lah," jawab Keisuke yang berjalan di sampingnya. "Pemimpin kelas 1B, Yuna, adalah teman dekat Nana. Tentu saja mereka ikut menonton."
Sekarang, Yuki baru tahu bahwa siswi yang selalu bersama Nana ternyata adalah pemimpin kelas 1B.
"Kenapa siswi-siswi cantik ini malah jadi pemimpin kelas?" pikirnya. "Nana, Yuna, dan sekarang Yui… Apa sebenarnya yang mereka inginkan?"
Mereka akhirnya sampai di rooftop.
Di sana, kelas 1F sudah lebih dulu berkumpul. Deretan siswa kelas itu berdiri di belakang Yui Nakahara, yang berdiri paling depan dengan ekspresi santai.
Kini, kedua kelompok saling berhadapan.
Ketegangan terasa begitu nyata di udara.
Yui melipat tangan di dadanya dan menyeringai. "Lagi-lagi lu membawa bantuan?" sindirnya dengan nada meremehkan.
Yuna tersenyum kecil. "Kami hanya ingin menonton," katanya enteng.
Yui mendengus, lalu melangkah sedikit ke samping. Dari kelompok kelas 1F, seorang siswa bertubuh besar dengan wajah garang maju ke depan. Otot lengannya terlihat menegang, tatapannya tajam seperti predator yang siap menerkam mangsanya.
"Pertarungan pembuka, ya…" ujar Keisuke, yang berdiri di belakang Nana.
Dia melangkah maju, siap untuk bertarung. Tapi sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, Nana tiba-tiba mengangkat tangannya, menghentikan Keisuke.
"Apa?" Keisuke menoleh, bingung.
Nana tidak menjawab. Dia hanya menarik Yuki dari belakang dan mendorongnya ke depan.
"Eh?!"
Yuki terkejut. Kakinya hampir tersandung saat tubuhnya terdorong ke depan, langsung berhadapan dengan siswa kelas 1F yang bertampang sangar itu.
Dia menelan ludah.
"Apa lu yakin memilih bocah baru untuk pertarungan pembuka?" tanya Yui dengan nada mengejek.
Keisuke juga tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Oi, Nana! Kenapa lu milih dia? Kenapa bukan gue atau Naoki?"
Naoki yang berdiri di dekatnya juga ikut kebingungan. "Iya, kenapa dia? Jelas-jelas dia masih baru dan kelihatan lemah."
Tapi Nana tidak bergeming. Dia hanya menatap lurus ke arah Yuki, lalu berkata dengan tegas, "Jangan remehkan kelas dia."
Semua siswa di sekeliling mereka terdiam.
Yuki yang kini berdiri di tengah-tengah mulai merasakan kakinya gemetar.
"Kenapa Nana begitu yakin sama gue?" pikirnya panik.
Dia menatap siswa kelas 1F di depannya, yang sekarang sudah bersiap dengan tinjunya.
Di balik punggungnya, Yui tersenyum sinis.
"Ayo, tunjukkan kemampuanmu, bocah baru," kata Yui dengan nada menantang.
Yuki mengepalkan tangannya, bersiap menghadapi pertarungan pertamanya di sekolah ini.