Chereads / Demi cinta aku disini / Chapter 3 - Bab 3:Cinta yang Tumbuh di Dunia yang Salah

Chapter 3 - Bab 3:Cinta yang Tumbuh di Dunia yang Salah

Suatu malam, Hazelmo duduk di balkon kecilnya. Alendra berdiri di sampingnya, menyalakan rokok dengan tangan yang masih berbalut perban.

Alendra: "Aku tidak pernah berutang pada siapa pun. Tapi padamu… aku berutang nyawa."

Hazelmo: "Lalu bagaimana cara kau membayarnya?"

Alendra (menatapnya lama): "Dengan sesuatu yang lebih berbahaya dari nyawaku sendiri."

Hazelmo: "Dan apa itu?"

Alendra tidak menjawab. Ia hanya menatap Hazelmo dengan sorot mata yang sulit diartikan. Hazelmo merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

Tapi sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh, pintu apartemen mereka dihantam keras dari luar.

BRAK!

Hazelmo tersentak. Alendra meraih pistolnya dengan cepat.

Pintu terbuka, dan di baliknya berdiri Zelena.

Mata biru gelapnya penuh kemarahan. Rambut panjangnya yang berwarna biru gelap basah oleh hujan, dan di tangannya, ia memegang pistol.

Zelena: "Sudah kuduga. Kau ada di sini."

Alendra tetap tenang, tapi Hazelmo bisa merasakan ketegangan di udara.

Hazelmo (berbisik): "Siapa dia?"

Zelena (tertawa dingin): "Kau tidak tahu siapa aku?"

Ia melangkah lebih dekat, menatap Hazelmo dengan tatapan menghina.

Zelena: "Aku adalah orang yang selama ini berdiri di sisi Alendra. Aku adalah orang yang membunuh, berdarah, dan berjuang untuknya."

Lalu ia berbalik menatap Alendra dengan ekspresi penuh luka.

Zelena: "Tapi sepertinya semua itu tidak cukup, ya?"

Alendra tetap diam. Ia tahu Zelena mencintainya. Tapi ia juga tahu, hatinya sudah memilih orang lain.

Alendra: "Zelena, jangan lakukan ini."

Zelena: "Lakukan apa? Mengusir pelacur ini dari hidupmu?"

Hazelmo menatapnya dengan tajam.

Hazelmo: "Aku bukan pelacur."

Zelena (tertawa sinis): "Oh? Lalu apa? Seorang gadis bodoh yang jatuh cinta pada seorang mafia? Kau pikir kisah ini akan berakhir bahagia?"

Alendra akhirnya bersuara, suaranya dingin.

Alendra: "Zelena. Turunkan senjatamu."

Zelena: "Tidak."

Mata birunya yang gelap berkaca-kaca. Tangannya gemetar saat ia mengarahkan pistol ke Hazelmo.

Zelena: "Jika aku tak bisa memilikinya… maka kau juga tidak akan bisa."

Alendra merasakan jantungnya berdegup kencang.

Alendra: "Jangan, Zelena. Aku mohon."

Tapi permohonannya tidak ada gunanya.

Suara letusan pistol memecah keheningan.

Darah mengalir di lantai.

Tapi bukan Hazelmo yang terjatuh.

Zelena menatap dadanya yang bersimbah darah. Tangannya bergetar saat pistolnya jatuh ke lantai.

Di belakangnya, berdiri seorang pria lain dengan pistol terangkat—Diego, tangan kanan Alendra yang baru saja tiba.

Diego: "Maaf, Bos. Aku tidak punya pilihan."

Zelena terhuyung. Matanya dipenuhi kesedihan saat ia menatap Alendra untuk terakhir kalinya.

Lalu, dengan senyum pahit, ia jatuh ke lantai.

Sunyi.

Hazelmo menutup mulutnya, tubuhnya gemetar. Alendra hanya berdiri diam, menatap tubuh wanita yang pernah menjadi sahabatnya—dan musuhnya.

Hujan semakin deras di luar jendela. Tapi di dalam ruangan itu, hanya ada keheningan.

Dan tanpa mereka sadari… kisah ini baru saja dimulai.

---

(Bersambung…)

Apakah Hazelmo dan Alendra benar-benar bisa bersama setelah ini? Ataukah ada rahasia lain yang masih tersembunyi di balik darah yang telah tertumpah?