Lana Evans duduk diam di ruang tunggu mewah hotel bintang lima itu. Jemarinya menggenggam gaun putih sutra yang membalut tubuhnya, sementara matanya yang gelap menatap ke arah pintu besar di depannya.
Hari ini, dia akan menikah.
Bukan pernikahan yang diimpikannya. Tidak ada kisah cinta yang indah. Tidak ada lamaran romantis. Hanya sebuah kontrak dingin yang ditandatangani oleh ayahnya dan pria yang akan menjadi suaminya.
Damian Blackwood.
CEO muda yang sukses, pria yang dikenal sebagai raja bisnis di kota ini. Pria yang memiliki segalanya—kekayaan, kekuasaan, dan juga… rahasia kelam.
Lana tahu siapa dia. Dia bukan hanya seorang pengusaha. Dia adalah pemimpin mafia paling berbahaya di kota ini.
Dan sekarang, dia akan menjadi suaminya.
---
Pintu besar itu terbuka, dan Damian Blackwood masuk.
Tinggi, tegap, dengan setelan jas hitam yang sempurna membalut tubuhnya. Rambut hitamnya tertata rapi, tetapi sorot matanya tajam dan dingin.
Lana menelan ludahnya.
"Bangun," katanya. Suaranya dalam dan tegas, tidak menyisakan ruang untuk penolakan.
Dengan kaki gemetar, Lana berdiri. Damian menatapnya sebentar, lalu melangkah maju, menyodorkan tangannya.
"Tidak ada jalan keluar dari ini, Lana," bisiknya. "Kamu akan menjadi istriku, suka atau tidak."
Hati Lana berdebar. Dia ingin berlari. Tapi dia tahu, tidak ada tempat untuk lari.
Dengan tangan gemetar, dia menerima genggaman Damian.
Dan dalam hitungan detik, dunia yang dikenalnya lenyap.
---
Upacara pernikahan berlangsung cepat dan tanpa emosi. Tidak ada keluarga, tidak ada teman, hanya mereka berdua dan seorang notaris yang mencatat segalanya.
Saat Damian menyematkan cincin di jarinya, Lana merasa seperti burung yang terjebak dalam sangkar emas.
Begitu semuanya selesai, Damian menoleh padanya.
"Kita pergi."
"Kemana?" suara Lana bergetar.
"Rumah kita."
Lana ingin menolak. Dia ingin mengatakan bahwa ini semua salah. Tapi dia tahu, berdebat dengan pria ini hanya akan membuang waktu.
---
Mobil hitam mewah itu melaju menembus jalanan malam. Lana duduk diam di kursinya, sementara Damian menatap lurus ke depan.
"Aku tahu kau membenciku," katanya tiba-tiba.
Lana menggigit bibirnya. "Aku tidak membencimu," katanya pelan. "Aku hanya… tidak pernah menginginkan ini."
Damian tersenyum miring. "Sayangnya, kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, Lana."
Ada sesuatu dalam caranya berbicara—sesuatu yang membuat Lana bergidik.
Dia bukan hanya CEO. Dia bukan hanya pria kaya dan berkuasa.
Dia adalah pria yang telah melihat kegelapan.
Dan kini, Lana telah masuk ke dalam dunia itu.
---