Lana duduk di balkon kamarnya, menatap langit malam yang gelap. Suasana mansion terasa lebih sunyi dari biasanya, seakan menyimpan sesuatu yang tak terucapkan. Pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan Damian dan pria misterius itu.
Siapa yang ingin menyakitinya?
Apa hubungannya dengan Damian?
Semakin banyak pertanyaan yang muncul, semakin besar keinginannya untuk mencari tahu.
---
Keesokan paginya, Lana berkeliling mansion, memperhatikan setiap sudut yang sebelumnya tidak pernah dia perhatikan. Ada begitu banyak ruangan yang selalu tertutup rapat, dan dia penasaran dengan apa yang ada di dalamnya.
Saat berjalan melewati lorong di lantai bawah, matanya tertuju pada satu pintu kayu besar di ujung lorong. Seingatnya, Damian selalu menghindari membicarakan ruangan itu.
Dengan hati-hati, dia mendekat.
Pintu itu terkunci.
Namun, saat dia hendak pergi, suara langkah kaki terdengar dari belakangnya.
"Lana."
Jantungnya hampir melompat keluar saat Damian tiba-tiba berdiri di sana, menatapnya dengan tajam.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
Lana menelan ludah. "Aku hanya berjalan-jalan."
Damian menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya menghela napas dan berjalan ke arahnya. Dengan satu gerakan cepat, dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu itu.
Lana menatapnya dengan bingung. "Apa yang kau—"
"Kau ingin tahu, kan?" potong Damian. "Masuklah."
Dengan ragu, Lana melangkah masuk.
Ruangan itu ternyata adalah sebuah kantor pribadi yang jauh lebih gelap dan tertutup dibanding ruang kerja Damian yang lain. Di dinding, ada beberapa layar monitor besar yang menampilkan berbagai rekaman CCTV—dari mansion, jalan-jalan kota, hingga tempat-tempat yang tidak dia kenali.
Di tengah ruangan, ada sebuah meja besar dengan berbagai dokumen berserakan.
Lana melangkah lebih dekat dan melihat foto-foto di atas meja itu.
Beberapa wajah asing. Beberapa wajah yang dikenalnya.
Dan salah satunya… adalah dirinya sendiri.
Lana terkejut. "Kenapa ada fotoku di sini?"
Damian berjalan mendekat, tangannya menyentuh bahunya dengan lembut. "Karena kau bagian dari hidupku sekarang, dan aku harus memastikan kau aman."
Lana menatapnya. "Dari siapa, Damian?"
Pria itu menghela napas panjang. "Dari orang-orang yang ingin melihatku jatuh. Orang-orang yang menganggapku musuh."
Lana mulai memahami sesuatu. "Karena kau bukan hanya seorang CEO, kan?"
Damian tersenyum miring. "Kau selalu pintar, Lana."
Lana merasa tubuhnya melemah. Semua kecurigaannya ternyata benar. Damian bukan hanya seorang pengusaha kaya. Ada sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya yang dia sembunyikan.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Damian?" tanyanya dengan suara bergetar.
Pria itu menatapnya lama sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah,
"Aku bukan hanya seorang CEO, Lana. Aku juga seorang pemimpin dalam dunia yang tidak bisa kau bayangkan."
Lana terdiam.
Untuk pertama kalinya, dia sadar bahwa hidupnya telah berubah sepenuhnya.
Dan tidak ada jalan untuk kembali.
---