Di ruang rapat lantai atas, suasana tegang terasa di udara. Para eksekutif duduk dengan wajah serius, menunggu kehadiran sang CEO. Ketika pintu terbuka, langkah Leonidas terdengar mantap memasuki ruangan.
"Bagaimana perkembangan kampanye pemasaran terbaru?" tanyanya dengan nada dingin.
Seorang manajer senior mulai menjelaskan, tetapi mata Leonidas menangkap sesuatu di layar presentasi. Sebuah ide segar yang berbeda dari biasanya.
"Siapa yang membuat konsep ini?" tanyanya, matanya bertanya penuh ketertarikan.
Para eksekutif saling memandang sebelum seorang manajer menjawab, "Itu dari tim pemasaran, Pak. Seorang karyawan baru… Laila."
Leonidas tersenyum tipis.
Laila lagi.
Tanpa mereka sadari, benang merah di antara mereka semakin erat.
Hari itu, Laila dikejutkan oleh sebuah email dari manajernya. Dia diminta untuk mempresentasikan ide kampanye pemasaran terbaru—di hadapan CEO langsung.
Saat dia memasuki ruang rapat utama, Leonidas sudah duduk di kursinya, menatap layar dengan ekspresi tak terbaca.
"Mulai," ucapnya singkat.
Dengan tangan sedikit gemetar, Laila memulai presentasinya. Tapi saat melihat tatapan Leonidas yang semakin tajam, dia merasa gugup luar biasa.
"Menarik," komentar Leonidas setelah dia selesai. "Ide ini tidak buruk. Namun, saya ingin lebih. Dan saya ingin kamu yang mengembangkannya."
Laila membeku. Dia? Bekerja langsung di bawah CEO?
Perjalanan hidupnya baru saja berubah arah.