Fajar menyingsing saat Raizel berdiri di gerbang kota yang terbengkalai. Cahaya matahari pagi menerpa tubuhnya yang menyerupai bayangan, menciptakan siluet samar di tanah berbatu. Dia telah menghabiskan waktu yang tidak dapat dihitung di kota ini, membaca buku demi buku, memahami kata-kata yang tertulis, dan menyusun makna dari simbol-simbol yang sebelumnya tidak dikenalnya.
Di dalam salah satu buku, ada kalimat yang terus terngiang di pikirannya:
"Jangan percaya pada manusia."
Dia tidak memahami maknanya sepenuhnya, tetapi dia menerimanya sebagai kebenaran. Buku-buku ini adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dia miliki. Jika kata-kata tertulis di sana, maka itu pasti benar.
Namun, ada sesuatu yang lebih menarik baginya.
Monster.
Dia telah membaca tentang berbagai jenis makhluk yang hidup di dunia ini. Beast, Demon, Spirit, Undead—masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Beberapa kuat, beberapa cerdas, beberapa hanya mengikuti naluri. Dan dari semua itu, dia ingin melihat sendiri… ingin memahami seperti apa mereka sebenarnya.
Tanpa ragu, dia melangkah keluar dari kota, memasuki dunia yang lebih luas.
---
Pertemuan di Hutan
Langkahnya membawanya ke dalam hutan yang lebat. Dahan-dahan saling bertautan, menciptakan bayangan yang menari di tanah. Suasana ini tidak asing baginya—gelap dan sunyi.
Namun, dia tidak sendiri.
Seekor makhluk berdiri di hadapannya. Besar, berbulu hitam dengan mata merah menyala. Rahangnya dipenuhi taring tajam, dan cakarnya menggali tanah seolah bersiap menerkam.
Raizel mengenalinya dari buku.
"Direwolf."
Makhluk buas dengan kecerdasan lebih tinggi dibandingkan monster biasa. Mereka berburu dalam kelompok, tetapi yang ini sendirian.
Direwolf menggeram, punggungnya melengkung. Raizel tidak bergerak, hanya mengamati. Kemudian, dengan kecepatan luar biasa, Direwolf menerjang.
Raizel mengangkat pedangnya dan menangkis serangan pertama, tapi kekuatan monster itu cukup untuk mendorongnya beberapa langkah ke belakang. Cakar Direwolf menyambar ke arahnya, dan dia menunduk tepat waktu, membalas dengan tebasan cepat.
Darah hitam pekat menetes ke tanah.
Direwolf mundur, matanya menyipit.
Raizel merasakan sesuatu yang aneh.
Pertarungan ini berbeda dari yang sebelumnya. Bukan hanya gerakannya yang lebih sulit diprediksi, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya—sebuah dorongan yang tumbuh setiap kali dia bertarung.
Direwolf menerjang lagi, dan kali ini, Raizel tidak hanya bertahan. Dia bergerak lebih cepat, pedangnya berkilat di udara. Dengan satu tebasan kuat, dia memutuskan nyawa monster itu.
Tubuh besar Direwolf jatuh ke tanah, darah menggenang di bawahnya.
Raizel menatapnya.
Dia telah melihat kematian sebelumnya, tetapi baru kali ini dia benar-benar memahami apa yang terjadi.
Monster itu tidak bergerak lagi.
Tidak akan bergerak lagi.
Sesuatu di dalam dirinya… terasa berbeda.
Buku-buku yang dia baca menyebutkan konsep ini—"membunuh." Tapi saat ini, dia merasakannya sendiri.
Bukan kesedihan, bukan kepuasan. Hanya… pemahaman.
Makhluk itu sudah tidak ada lagi.
---
Manusia yang Kuat
Beberapa hari berlalu sejak pertarungan itu. Raizel terus berkelana, bertarung melawan monster lain, mengasah kemampuannya.
Namun, suatu hari, dia menemukan sesuatu yang berbeda.
Sebuah perkemahan manusia di tengah hutan.
Dia mengamati dari kejauhan, mengingat apa yang dikatakan buku:
"Jangan percaya pada manusia."
Tetapi, ketika dia melihat lebih dekat, dia menyadari sesuatu yang berbeda dari mereka.
Aura.
Tubuh mereka memancarkan energi yang tidak terlihat, tetapi dia bisa merasakannya. Itu bukan sihir, tetapi kekuatan yang lebih kasar, lebih mentah.
Dia ingat istilahnya dari buku—"Knight."
Mereka berbicara satu sama lain, tertawa, lalu mulai berlatih.
Raizel memperhatikan setiap gerakan mereka, bagaimana mereka mengayunkan pedang, bagaimana energi itu mengalir melalui tubuh mereka.
Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh besar dengan rambut cokelat, tampak lebih kuat dari yang lain. Namanya disebut beberapa kali oleh rekannya.
"Garrick."
Raizel menonton dengan diam.
Dia tidak tahu berapa lama, tetapi akhirnya salah satu dari mereka menyadari kehadirannya.
"Siapa di sana?!"
Dalam sekejap, pedang-pedang terhunus, dan Raizel tahu bahwa dia tidak bisa tetap diam.
Ini akan menjadi pertarungan yang berbeda.
Dan kali ini, dia akan belajar lebih banyak.