Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dewa Tanpa Mahkota

SatoruXeron
14
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 14 chs / week.
--
NOT RATINGS
86
Views
Synopsis
Di dunia yang dikuasai oleh para Kaisar Dewa, hanya mereka yang memiliki garis keturunan suci yang berhak mencapai puncak kekuatan. Namun, ketika Feng Xin—seorang pemuda tanpa asal-usul—muncul entah dari mana, seluruh dunia mulai gemetar. Dia tidak memiliki nama besar, tidak berasal dari klan terhormat, dan tidak menguasai teknik rahasia warisan kuno. Namun, dengan satu ayunan tangan, langit runtuh. Dengan satu langkah maju, para dewa berlutut. Saat aturan dunia mencoba menekan dirinya, Feng Xin hanya tersenyum dingin. Takdir? Hanya permainan kecil yang bisa ia ubah sesuka hati. Para penguasa surgawi? Baginya, mereka hanyalah bayangan dari masa lalu yang tak berarti. Namun, di balik kekuatan yang tak tertandingi, ada sebuah pertanyaan yang mengusik dirinya—siapa sebenarnya dia? Dan mengapa tak ada yang bisa mengingat masa lalunya? Ketika rahasia yang telah terkubur selama jutaan tahun mulai terungkap, Feng Xin menyadari satu hal: Ia bukan hanya sekadar manusia… tetapi eksistensi yang bahkan para dewa pun tak sanggup pahami.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1: Kebangkitan di Dunia yang Asing

Langit membentang luas dalam semburat ungu keemasan, awan berkilauan seperti serpihan kristal yang mengapung dalam kehampaan. Angin berdesir pelan, membawa aroma energi spiritual yang kental. Di kejauhan, pegunungan membentang seperti tulang punggung naga raksasa, menjulang megah di atas daratan.

Di salah satu puncaknya, seorang pemuda berbaju hitam berdiri diam, menatap ke cakrawala dengan mata hitam pekat yang seolah mampu menyerap cahaya di sekelilingnya.

Feng Xin membuka matanya.

Udara di sekitarnya bergetar, dan dalam sekejap, lapisan langit di atasnya meretak. Celah-celah energi muncul di atmosfer, seakan tak mampu menahan keberadaannya.

Dia mengangkat tangannya, menatap telapak tangan yang tampak sempurna tanpa cacat.

"Di mana aku?" pikirnya.

Namun, tidak ada jawaban. Yang ada hanyalah kehampaan dalam benaknya. Tidak ada ingatan tentang siapa dirinya. Tidak ada kenangan tentang bagaimana ia sampai di sini. Hanya ada perasaan bahwa dunia ini... terlalu rapuh.

BOOM!

Tiba-tiba, gunung yang ia pijak berguncang hebat. Retakan besar terbentuk di bawah kakinya, dan tanpa sengaja, tekanan dari keberadaannya sendiri menghancurkan sebagian besar puncak gunung.

Feng Xin terdiam. Ia bahkan tidak berniat menggunakan kekuatan.

Dari kejauhan, seberkas cahaya melesat mendekat dengan kecepatan luar biasa. Sesosok pria paruh baya berbaju ungu muncul di udara, matanya menatap tajam ke arah Feng Xin.

"Siapa kau?"

Suaranya bergema, membawa tekanan yang cukup untuk mengguncang pegunungan sekitarnya. Aura spiritual yang kuat mengalir dari tubuhnya, menunjukkan bahwa ia bukanlah sembarang orang.

Feng Xin menoleh perlahan. Matanya yang gelap bertemu dengan mata pria itu.

Seketika, ekspresi pria itu berubah.

Tekanan yang ia ciptakan, yang seharusnya bisa menundukkan sebagian besar kultivator tingkat tinggi, tiba-tiba menghilang begitu saja. Seakan keberadaannya tertelan oleh kehampaan. Ia menggigil, merasakan sensasi yang belum pernah ia alami sebelumnya—rasa takut yang datang dari naluri terdalamnya.

Feng Xin tidak menjawab.

Sebaliknya, ia mengangkat satu jari. Seketika, dunia terasa membeku.

Angin berhenti bertiup. Daun-daun yang jatuh dari pepohonan tertahan di udara. Arus sungai terhenti di tengah alirannya. Burung-burung yang sedang terbang membeku tanpa bisa bergerak.

Mata pria berbaju ungu itu melebar.

"Apa ini?! Bahkan Kaisar Dewa pun tidak memiliki kendali atas dunia seperti ini!"

Feng Xin perlahan melangkah maju. Setiap langkahnya bergema seperti guntur yang mengguncang langit dan bumi.

"Aku yang seharusnya bertanya," suaranya datar, tetapi menggema dalam jiwa pria itu.

"Siapa kau?"

Pria berbaju ungu itu ingin menjawab, tetapi suaranya tersangkut di tenggorokannya. Tubuhnya terasa lemas, seolah hanya dengan berdiri di hadapan pemuda ini, energi kehidupannya perlahan terkikis.

Tiba-tiba, dari kejauhan, puluhan cahaya muncul—kultivator kuat lainnya datang dengan kecepatan tinggi. Dalam sekejap, lebih dari dua puluh orang melayang di udara, masing-masing memancarkan tekanan luar biasa.

"Ming Qi, ada apa—" Salah satu dari mereka, seorang pria tua berjubah emas, tiba-tiba berhenti bicara begitu melihat Feng Xin.

Semua yang hadir merasakan hal yang sama.

Mereka, para penguasa dunia ini, yang telah menguasai seni bela diri dan energi spiritual selama ribuan tahun, tiba-tiba merasa seperti semut di hadapan pemuda itu.

Feng Xin menghela napas.

"Sepertinya... dunia ini akan sangat membosankan," gumamnya.

Dengan satu gerakan ringan, ia melangkah ke depan.

BOOM!

Dalam sekejap, langit runtuh.

Sebuah pusaran energi terbentuk di belakangnya, menelan udara dan menciptakan lubang besar di angkasa. Kultivator-kultivator itu berteriak panik, mencoba melawan tekanan yang tiba-tiba melanda mereka, tetapi sia-sia.

Satu demi satu, mereka jatuh dari langit.

Ming Qi, pria berbaju ungu yang pertama kali muncul, hanya bisa menatap kosong saat tubuhnya terhempas ke tanah.

Feng Xin tidak peduli. Ia menatap ke kejauhan, ke arah bintang-bintang yang bersinar redup di langit malam.

"Aku ingin tahu... seberapa tinggi batas dunia ini?"

Tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah ke depan—dan menghilang.

Di detik yang sama, ruang di sekitarnya bergetar hebat, menciptakan gelombang energi yang menyapu daratan luas di bawahnya. Para kultivator yang masih tersisa hanya bisa menyaksikan dengan mata terbelalak saat sosok pemuda itu menghilang dalam sekejap, meninggalkan kehampaan yang mengancam kestabilan dunia itu sendiri.

BOOM!

Langit yang tadinya berwarna ungu keemasan kini dipenuhi dengan retakan bercahaya, seolah keberadaan Feng Xin telah mengguncang keseimbangan hukum dunia. Pegunungan di kejauhan mulai runtuh, sungai-sungai mengering dalam sekejap, dan udara dipenuhi dengan energi spiritual yang liar dan tak terkendali.

Di antara puing-puing yang berserakan, Ming Qi jatuh terduduk dengan tubuh gemetar. Ia mencoba mengatur napasnya, tetapi tubuhnya seakan menolak untuk merespons. Semua yang hadir hanya bisa saling berpandangan dengan ekspresi penuh ketakutan.

"Apa… yang baru saja terjadi?" gumam salah satu dari mereka, seorang pria berjanggut panjang yang dikenal sebagai Tetua Langit Es.

Tidak ada yang menjawab.

Ming Qi mengepalkan tangannya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih berdegup kencang. Sebagai seorang kultivator tingkat tinggi yang telah mencapai ranah Setengah Dewa, ia mengira dirinya telah mencapai puncak dunia. Namun, di hadapan pemuda itu, keberadaannya terasa seperti debu di tengah lautan badai.

"Lapor ke Kuil Langit Suci," suara berat Tetua Langit Es memecah keheningan. "Seseorang seperti dia… bukan makhluk biasa."

Ming Qi menoleh dengan wajah masih dipenuhi ketakutan. "Kau pikir… dia siapa?"

Tetua Langit Es menggeleng pelan. "Aku tidak tahu... Tapi jika aku harus menebak, dia bukan berasal dari dunia ini."

Di suatu tempat yang jauh…

Angin berdesir pelan di antara pepohonan raksasa yang menjulang tinggi. Cahaya rembulan menyinari hutan yang tampak sunyi, hanya diiringi oleh suara gemericik air dari sungai kecil yang mengalir tenang.

Tiba-tiba, ruang di atas hutan bergetar. Seakan-akan waktu itu sendiri berhenti sesaat.

Dalam sekejap, sosok Feng Xin muncul di tengah udara.

Ia berdiri dengan tenang, matanya memandang ke bawah, mengamati hutan lebat di bawahnya.

"Aku melangkah... dan dunia berubah?"

Ia merenung sejenak.

Ketika ia mengambil satu langkah tadi, ia tidak menggunakan teknik teleportasi, tidak mengaktifkan formasi perjalanan, atau melakukan gerakan apapun yang seharusnya memungkinkannya berpindah tempat. Ia hanya… berjalan.

Namun, dalam sekejap, ia telah berpindah ribuan li jauhnya dari tempat sebelumnya.

Feng Xin mengangkat tangannya, merasakan hawa di sekitarnya. Energi dunia di tempat ini terasa berbeda dari sebelumnya. Lebih liar, lebih kasar, dan dipenuhi dengan tekanan yang lebih kuat.

"Jadi dunia ini lebih luas dari yang kuduga."

Ia melayang turun perlahan, kakinya menyentuh tanah dengan lembut.

Begitu ia menginjak tanah, tiba-tiba seluruh hutan mulai bergetar. Pepohonan merunduk seolah memberikan penghormatan, sungai-sungai beriak lebih deras, dan binatang-binatang buas yang bersembunyi di dalam hutan langsung berlari ketakutan.

Feng Xin menatap ke langit.

Ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya.

"Menarik..."

Ia tersenyum tipis. Jika ada seseorang—atau sesuatu—yang memperhatikannya, maka itu berarti ada kekuatan lain di dunia ini yang layak untuk diuji.

Tanpa ragu, ia melangkah maju.

Namun, sebelum ia bisa bergerak lebih jauh…

RAAAWR!

Suara menggelegar mengguncang langit dan bumi.

Dari balik kegelapan, muncul sesosok raksasa berbentuk naga, tubuhnya diselimuti oleh petir keunguan yang mengalir seperti aliran sungai. Matanya yang menyala seperti bintang menatap langsung ke arah Feng Xin dengan aura penuh kebencian.

"Makhluk fana! Siapa kau berani menginjak wilayah Kekaisaran Petir Surgawi?!"

Feng Xin mengangkat alisnya.

Kaisar Petir Surgawi?

Ia tidak mengenali nama itu. Tapi bukan berarti ia peduli.

Naga itu mengeluarkan raungan lagi. Dalam sekejap, langit berubah menjadi lautan petir. Guntur menggelegar, dan cahaya ungu berputar-putar di udara, membentuk pusaran energi yang dapat menghancurkan sebuah kota hanya dalam satu ledakan.

Namun, Feng Xin hanya berdiri diam.

Tepat saat naga itu mengangkat cakarnya, hendak menyerang…

"Cukup."

Satu kata sederhana keluar dari mulutnya.

Namun, dampaknya lebih dahsyat dari serangan apapun.

BOOM!

Seluruh langit yang dipenuhi petir seketika meredup. Cahaya yang menyilaukan lenyap, dan raungan naga berubah menjadi erangan penuh ketakutan.

Tubuhnya yang sebelumnya megah dan perkasa kini bergetar hebat, seolah-olah seluruh eksistensinya ditekan oleh kekuatan yang tak bisa dijelaskan. Ia berusaha menggerakkan cakarnya, tetapi gagal. Ia mencoba melawan, tetapi tubuhnya menolak untuk bergerak.

Feng Xin menatap langsung ke matanya.

"Pergilah."

Suara itu tidak keras. Tidak kasar. Tetapi perintah yang terkandung di dalamnya tak bisa dibantah.

Dalam sekejap, naga yang sebelumnya begitu angkuh dan ganas berbalik, terbang menjauh dengan kecepatan luar biasa tanpa berani menoleh kembali.

Langit kembali tenang.

Angin kembali berhembus.

Feng Xin hanya berdiri di sana, menatap sisa-sisa petir yang masih berpendar di udara.

Ia menghela napas pelan.

"Sepertinya aku memang terlalu kuat untuk dunia ini."

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, ia melangkah ke depan.

Dan sekali lagi… dunia bergetar.