Malam Hari - Kesedihan yang Masih Membekas
Setelah hari yang panjang, apartemen Kazuki terasa lebih sunyi dari biasanya. Lucoa yang sudah diberikan kamar sendiri oleh Kazuki, berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Pikirannya masih dihantui oleh kata-kata Shouta.
Lucoa (berbisik) : Shouta… kenapa sampai sejauh ini…
Air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya mengalir di pipinya. Ia menggigit bibirnya, menahan isakan yang mulai terdengar. Namun, suara tangisannya cukup pelan hingga tidak ada yang mendengarnya, atau setidaknya begitu yang ia kira.
Di kamar sebelah, Kazuki yang hendak beristirahat menangkap suara lirih tersebut. Ia segera bangun dan berjalan menuju kamar Lucoa dengan hati-hati. Tanpa mengetuk, ia membuka pintu perlahan dan melihat Lucoa yang berbaring dengan mata berkaca-kaca.
Kazuki (lembut) : Lucoa…
Lucoa tersentak dan buru-buru menghapus air matanya, mencoba tersenyum seperti biasanya.
Lucoa (memaksakan senyum) : Ah, Kazuki… ada apa?
Kazuki berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjangnya.
Kazuki (menatap dalam) : Aku yang seharusnya bertanya, ada apa denganmu? Kau terlihat begitu sedih…
Lucoa menunduk, tangannya mencengkeram selimut dengan erat.
Lucoa (lirih) : Aku hanya… aku masih belum bisa percaya. Shouta benar-benar memutuskan hubungan kami. Aku tahu dia sudah lama tidak nyaman denganku, tapi aku tidak menyangka… dia akan melakukannya secepat ini.
Kazuki menghela napas, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh kepala Lucoa dengan lembut.
Kazuki (tenang) : Aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya perasaanmu, tapi aku ingin kau tahu bahwa kau tidak sendiri.
Lucoa mendongak, menatap mata Kazuki yang penuh ketulusan. Bibirnya bergetar, dan tanpa bisa menahan lagi, ia langsung memeluk Kazuki erat-erat.
Lucoa (berbisik) : Kazuki… terima kasih…
Kazuki membalas pelukannya, membiarkan Lucoa menangis di dadanya. Mereka tetap dalam posisi itu selama beberapa saat, hingga akhirnya Lucoa sedikit tenang. Ia menarik napas dalam, lalu melepaskan pelukannya, meski masih enggan berpisah dari kehangatan Kazuki.
Malam yang Terus Berjalan - Keintiman yang Mendalam
Kazuki membantu Lucoa berbaring kembali dan menyelimuti tubuhnya dengan lembut. Namun, saat ia hendak pergi, Lucoa menggenggam tangannya.
Lucoa (pelan) : Tetap di sini… jangan tinggalkan aku malam ini.
Kazuki sedikit terkejut, tapi melihat mata Lucoa yang memohon, ia hanya bisa mengangguk. Ia duduk di samping ranjang, membiarkan Lucoa bersandar kepadanya.
Kazuki (tersenyum kecil) : Tidurlah, aku akan menemanimu.
Namun, Lucoa tidak segera memejamkan matanya. Ia justru mendekatkan wajahnya ke Kazuki, matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kesedihan. Dengan lembut, ia meraih wajah Kazuki dan mengecup bibirnya dengan penuh perasaan.
Kazuki awalnya terkejut, tetapi ia bisa merasakan perasaan tulus yang Lucoa coba sampaikan. Ciuman mereka semakin dalam, tidak lagi sekadar ungkapan terima kasih, tetapi juga bentuk kasih sayang yang lebih mendalam. Kazuki membelai rambut Lucoa dengan lembut, merasakan kehangatan yang mereka bagi malam itu.
Lucoa (berbisik) : Kazuki… malam ini, izinkan aku melupakan kesedihanku bersamamu…
Kazuki menatapnya sejenak, memastikan perasaan yang Lucoa inginkan. Setelah mendapatkan jawaban dalam tatapan matanya, ia mengangguk perlahan. Malam itu, mereka berbagi keintiman yang lebih mendalam, memberikan satu sama lain kenyamanan dan kasih sayang yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Ketika waktu berlalu, Lucoa perlahan merasa lebih nyaman. Ia mendekap Kazuki lebih erat, membiarkan dirinya terlena dalam rasa aman yang diberikan oleh laki-laki itu. Tidak ada lagi kesedihan malam ini, hanya kenyamanan dan kasih sayang yang perlahan menyembuhkan luka hatinya.
Pagi Hari - Awal yang Baru
Saat matahari mulai naik, Kazuki terbangun dengan Lucoa yang masih dalam pelukannya. Ia menatap wajah damai Lucoa yang tertidur, lalu tersenyum. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tidak hanya sekadar hubungan biasa.
Kazuki (berbisik) : Aku akan melindungimu, Lucoa.
Lucoa perlahan membuka matanya, menatap Kazuki dengan senyum lembut.
Lucoa (menggoda) : Pagi, Kazuki~ Kau terlihat manis saat bangun tidur.
Kazuki hanya bisa tertawa kecil, merasa bahwa meski banyak hal telah terjadi, ada satu hal yang pasti—hubungan mereka akan terus berkembang, dan mereka akan menghadapi masa depan bersama.
Bersambung ke Episode 42…