Setelah berhasil membentuk bola energi, Ren merasa semakin percaya diri. Namun, Shira masih belum puas.
"Kita lanjut ke tahap berikutnya," kata Shira sambil berdiri. "Kau harus bisa mempertahankan bola energi itu lebih lama dan menggunakannya dengan lebih stabil."
Ren mengangguk. "Oke, gue siap!"
Shira tersenyum tipis. "Kalau begitu, coba buat lagi dan tahan selama satu menit."
Ren menarik napas dalam dan mulai memusatkan mana-nya lagi. Seperti sebelumnya, cahaya biru mulai muncul di telapak tangannya, membentuk bola kecil yang bergetar.
"Sekarang, jangan biarkan bentuknya berubah atau menghilang," kata Shira sambil memperhatikannya dengan saksama.
Ren mengangguk, tapi setelah beberapa detik, ia mulai merasakan tekanan. Semakin lama ia mempertahankan bola itu, semakin sulit mengendalikan mana-nya. Keringat mulai muncul di dahinya.
"Gue nggak nyangka bakal sesusah ini…" gumamnya.
Shira tetap diam, membiarkan Ren berjuang sendiri. Ia tahu Ren harus melewati ini agar bisa berkembang.
Tiga puluh detik berlalu, dan bola energi di tangan Ren mulai tidak stabil.
"Fokus," kata Shira dengan nada tegas. "Jangan biarkan mana-mu berhamburan."
Ren menggigit bibirnya, mencoba tetap fokus. Namun, hanya beberapa detik kemudian—
BZZT!
Bola energi itu meledak kecil dan menghilang begitu saja.
Ren menghela napas dan jatuh terduduk di atas rumput. "Haaah… capek banget…"
Shira mengangguk. "Lumayan untuk percobaan pertama. Tapi kau masih harus banyak berlatih."
Ren memejamkan mata, mencoba mengatur napasnya. "Kenapa rasanya lebih melelahkan daripada latihan fisik?"
"Itu karena kau belum terbiasa menggunakan mana dalam waktu lama," jelas Shira. "Semakin sering kau melatihnya, semakin kuat daya tahan mana-mu."
Ren mendesah. "Jadi gue harus terus latihan kayak gini?"
Shira tersenyum. "Tepat sekali. Kalau kau ingin menggunakan sihir dengan bebas, kau harus bisa mengendalikan mana dengan baik."
Ren bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya. "Baiklah, gue nggak akan nyerah. Kita coba lagi!"
Shira tersenyum puas. "Bagus. Kalau begitu, kita lanjut."
Ren kembali mengumpulkan mana di tangannya. Kali ini, ia lebih hati-hati dalam mengendalikannya. Ia tahu latihan ini sulit, tapi ia juga tahu bahwa jika ingin menjadi lebih kuat, ia harus bertahan.
Latihan ketahanan mana ini baru permulaan. Perjalanannya masih panjang, tapi Ren yakin dia bisa melewati semuanya.
Ren kembali mengumpulkan mana di tangannya. Cahaya biru mulai muncul, membentuk bola energi yang lebih stabil daripada sebelumnya. Ia menatapnya dengan fokus penuh, berusaha mempertahankan bentuknya selama mungkin.
Shira mengamati dari dekat. "Kali ini lebih baik," katanya. "Coba pertahankan selama satu menit."
Ren mengangguk, tapi setelah beberapa detik, ia mulai merasakan tekanan lagi. Bola energi itu bergetar sedikit, tapi kali ini ia tidak membiarkannya lepas kendali.
"Aku harus tetap tenang," pikirnya.
Shira melihat perubahan dalam ekspresi Ren. "Bagus, kau mulai memahami dasarnya. Sekarang, coba atur napasmu. Jangan tegang."
Ren menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia menyadari bahwa semakin rileks dirinya, semakin mudah ia mempertahankan bola energi tersebut.
Satu menit berlalu.
Shira tersenyum tipis. "Kau berhasil."
Begitu mendengar itu, Ren langsung mengendurkan tangannya. Bola energi itu menghilang perlahan, dan ia jatuh terduduk dengan napas terengah-engah.
"Astaga… ini lebih sulit daripada yang kukira…" keluhnya.
Shira duduk di sampingnya. "Itu karena kau belum terbiasa. Tapi kau sudah menunjukkan kemajuan besar."
Ren menyeka keringat di dahinya. "Jadi, latihan ini buat apa sebenarnya?"
Shira menjelaskan, "Sihir bukan hanya soal kekuatan. Kau harus bisa mengendalikan mana dengan efisien. Jika kau tidak bisa mempertahankan bentuk sederhana seperti tadi, bagaimana kau bisa menggunakan sihir dalam pertempuran?"
Ren mengangguk pelan. "Jadi ini latihan dasar buat ngontrol mana gue, ya?"
"Benar," jawab Shira. "Kalau kau sudah terbiasa, nantinya kau bisa menggunakan sihir dengan lebih lancar dan tanpa banyak menghabiskan energi."
Ren termenung sebentar. Ia akhirnya mulai mengerti mengapa latihan ini begitu penting.
"Oke," katanya sambil bangkit berdiri. "Gue mau coba lagi."
Shira tersenyum puas. "Itu semangat yang bagus."
Ren kembali mengumpulkan mana di tangannya. Kali ini, ia lebih rileks dan mencoba mengikuti ritme napasnya sendiri. Bola energi terbentuk dengan lebih stabil dan bertahan lebih lama dari sebelumnya.
Shira mengangguk. "Kau mulai menemukannya."
Ren tersenyum kecil. Ia merasa sedikit lebih percaya diri sekarang.
Latihan ini memang sulit, tapi ia tahu bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanannya menjadi lebih kuat.