Aku sempat bertanya-tanya didalam hati ku, "apakah semua ini nyata? Ataukah semua ini hanya sebuah mimpi yang akan berlalu pergi ketika aku membuka mata ku dan bangun dari tidur ku?"
Aku kembali menatap para ribuan jin yang sedang belutut di hadapan ku dan kembali bertanya didalam hati ku, "jika memang semua ini mimpi aku tidak ingin terbangun dari mimpi ku. tapi apa konsekuensi yang aku dapatkan nanti ketika aku memerintahkan ribuan bala tentara jin yang saat ini berada di bawah komando ku untuk membalaskan sakit hati ku?"
Aku kembali termenung mencoba berfikir dengan akal sehat ku, baik dan buruknya atas hal terjadi saat ini. Karena aku teringat film lawas yang berjudul spiderman, kakeknya Spidermen berkata kepada cucunya yang merupakan Spider.
"Pieter parker, kekuatan besar yang kau miliki akan menimbulkan konsekuensi besar lainnya dan ada bayaran yang harus kau bayarkan atas kekuatan yang kekuatan besar yang kau miliki."
Begitulah kurang lebih permbicaraan dan adegan ikonik yang ku ingat dari film lawas Spiderman yang sering ku tonton berulang-ulang. Tapi tunggu sebentar, bukankah waktu itu aku berdoa kepada tuhan, bahwa aku rela menjual jiwa ku kepada iblis dan membusuk di neraka selama asal apa yang aku inginkan terwujud.
Bukankah saat ini tuhan sudah menjawab doa ku dan memberikan ku ribuan bala tentara jin yang akan menjadi alat bagi ku untuk balas dendam atau berbuat kebaikan?
"Lantas kenapa aku sekarang ragu...." ucap pelan dengan nada yang lirih.
Aku kemudian mengingat perlakuan ketiga mantan biadap ku dan emosi ku langsung tersulut. Ditengah-tengah amarah ku yang terbakar, entah mengapa wajah Pandu adik satu-satunya yang ku miliki dan kedua orang tua ku muncul. Wajah mereka yang sedang tersenyum menghilangkan semua amarah dan emosi yang muncul di benak ku.
Lalu aku teringat persan terakhir Gunawan supaya jangan lupa menyuruh Ratu Kencana Wungu dan bala tentaranya untuk bangkit karena sampai saat ini posisi mereka masih bersujud kepada ku.
Aku berdehem dengan sangat keras untuk mengumpulkan keberanian ku dan kemudian berkata sambil menatap Ratu Kencana Wungu dan ribuan bala tentara miliknya.
"Bangkitlah semuanya!" ucap ku pelan dan agak malu-malu.
Anehnya seluruh jin tersebut mampu mendengar suara ku, tepat sedetik setelah aku mengucapkan perkataan ku Ratu Kencana Wungu dan bala tentaranya mengangkat kepalanya dan menatap ku.
"Terima Kasih Tuan Putri!" ucap Ratu Kencana Wungu kemudian di ikuti oleh ribuan bala tentaranya.
Ratu Kencana Wungu dan bala tentaranya akhirnya berdiri semuanya. Aku melihat sebuah pasukan jin yang menakutkan dan sangat memancarkan energi yang sangat pekat serta sebuah simbol kekuasaan.
Ditengah-tengah kekaguman ku, Ratu Kencana Wungu maju selangkah kedepan dan kini wajahnya sudah tidak menyeramkan. Wajahnya sudah kembali cantik dan harus wangi bunga serta aroma khas lautan kembali tercium dari tubuhnya.
"Tuan Putri, apa perintah mu selanjutnya?" Ratu Kencana Wungu berkata penuh hormat kepada ku dan sedikit membungkuk kepada ku ketika berbicara.
Aku kembali menjadi bingung ketika dihadapkan pada posisi akulah sang penentu keputusan. Karena aku tidak biasa memainkan peran sepenting ini. Aku yang hanya seorang anak perempuan dari keluarga miskin yang sudah tidak terjaga kesuciannya, biasa diperlakukan sebagai barang bekas pakai dan ditatap dengan tatapan menghina oleh para tetangga ku.
Kini aku ditatap oleh ribuan jin yang sakti dengan tatapan penuh hormat, mereka semua menjadikan ku pemimpin mereka. dibelakang ku ada sebuah kursi singgasana besar yang mewah dan terbuat sepenuhnya dari emas. Aku yakin singgasana itu adalah milik Ratu Kencana Wungu, dan tadi ketika aku sadar aku sedang duduk diatasnya dan Ratu Kencana Wungu berserta ribuan bala tentaranya bersujud dilantai kepada ku.
"aku ingin pulang ke rumah ku!" gumam ku pelan.
"Aku sudah memiliki segalanya, Kekuasaan, Kekuatan, Ribuan Pasukan Jin yang bersujud kepada ku dan tidak pernah terbanyangkan sebelumnya oleh ku. tapi...kenapa aku merasa kosong dan kenapa saat ini aku ingin sekali kembali bertemu dengan kedua orang tua ku dan juga adik ku!" Gumam ku di dalam hati sambil berdiri dengan tatapan kosong.
Aku dan keluarga kecil ku hidup disebuah desa yang bernama Kedung Waringin, kec. Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ku yang berada di apit dengan kota Depok dan Kota Bogor, masih sangat asri dan banyak pepohonan besar dan juga hutan bambu di dekat tempat tinggal ku.
"Sendiko Tuan Putri!" jawab Ratu Kencana Wungu dengan nada sangat ramah dan gesture tubuh layaknya seorang bawahan yang berbicara dengan penguasa.
Lalu aku melihat sebuah kereta kencana yang dikendalikan oleh Patih Lodaya ditarik oleh dua kuda yang sangat gagah dan cantik berwarna hitam dan putih. Kereta kencana tersebut, dihiasi dengan ukiran naga dan burung Phoenix. Kursi kreta kencana dibalut kain sutra berwarna merah dan sangat mewah serta elegan.
"Silakan Tuan Putri!"
Perkataan Ratu Kencana Wungu memecahkan lamunan ku yang sedang memandangi Kereta kencana yang sangat mewah dan megah tersebut.
Aku menganggukan kepala ku dan mulai berjalan menuju Kereta kencana bersama Ratu Kencana Wungu yang berjalan tepat dibelakang ku. ketika aku berjalan menuju kereta kencana semua jin langsung berlutut kepada ku dan menundukan kepala mereka.
Aku yang kebingungan dan terkejut mencoba mengacuhkan mereka semua akan tetapi sialnya kepala ku tidak mau berkompromi. Kepala ku justru menoleh ke kanan dan kekiri ketempat para Jin tersebut yang sedang berlutut.
Tubuh ku langsung menegang dan ketakutan ketika melihat beberapa penampakan jin dengan bentuk yang menyeramkan serta memiliki gigi caling yang sangat besar dan panjang, atau wajah mereka yang tidak menyerupai manusia.
"jangan takut tuan putri, mereka semua adalah anak buah tuan putri yang akan melaksanakan apapun yang tuan putri perintahkan." Ucap Ratu Kencana Wungu seolah dia mengetahui ketakutan ku ketika aku menatap bala tentara milik Ratu Kencana Wungu.
Ratu Kencana Wungu menepuk pundak ku sekali dan entah mengapa setelah itu aku tidak lagi merasakan ketakutan ketika melihat sosok aneh yang merupakan bala tentara Ratu Kencana Wungu yang secara tidak langsung adalah pasukan gaib ku.
Tepat sedetik sebelum aku menaiki kereta kencana yang ada di ujung istana, aku menoleh kebelakang dan menatap para jin yang tadi kulalui. Ternyata aku sudah berjalan melewati sebuah koridor yang sangat panjang, yang kuperkirakan panjangnya lebih dari 2 km. Tapi anehnya aku melewati koridor panjang tersebut tidak lebih dari lima menit.
Ditengah keterkejutan ku atas keanehan yang baru saja aku lalui, tiba-tiba bala tentara jin tersebut berdiri dan menghadap kearah ku.
"Semoga Tuan Putri selalu panjang umur!" ucap mereka serempak sambil membungkukan badannya.
Secara reflek aku menganggukan kepala ku dan berkata, "terima kasih dan bangkitlah kalian semua!"
"Terima Kasih Tuan Putri!" ucap mereka semua bersaman dan satu komando.
Aku tersenyum kepada mereka dan ketika aku terlihat kebingungan saat ingin menaiki Kreta kencana yang ternyata cukup tinggi. Ratu Kencana Wungu mengulurkan tangannya dan aku meraihnya, dalam satu tarikan nafas berikutnya tubuh ku dan tubuh Ratu Kencana Wungu terbang melayang tidak menginjak lantai istana.
Lalu secara perlahan aku dan Ratu Kencana Wungu terbang dengan posisi berdiri dan tiba di atas Kreta Kencana yang tidak memiliki penutup di atasnya. Setelah sampai di Kreta Kencana Ratu Kencana Wungu melepaskan genggaman tanganya dari ku dan aku pun duduk di kursi mewah tersebut bersebelahan dengan Ratu Kenca Wungu.
"Lodaya, berangkatlah!" perintah Ratu Kencana Wungu kepada Patih Lodaya.
"Sendiko Gusti Ratu !" Jawab Patih Lodaya sambil menghentakan pelana kepada kedua kuda yang berwarna hitam dan putih.
Kedua Kuda tersebut meringkik senang dan gembira, sampai-sampai keduanya berdiri dengan menggungkan kaki belakang mereka. setelah aku perhatikan ternyata kedua kuda tersebut tidak di ikat dengan sebuah tali kekang sama sekali.
Saat kereta kencana mulai melaju, aku bisa merasakan angin dingin menerpa wajahku. Istana yang megah perlahan menghilang di kejauhan, tenggelam dalam lautan yang semakin gelap. Aku menatap ke atas tidak ada langit, hanya kegelapan tanpa batas. Dan untuk pertama kalinya, aku bertanya-tanya "apakah aku benar-benar ingin kembali ke alam manusia?"