Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Pergi & Meninggalkan

🇮🇩Juvaliana
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
105
Views
Synopsis
Serena iri dengan adiknya sendiri yang selalu mendapat cinta dan perhatian lebih dari ibu mereka, karena sang adik memiliki tubuh yang lemah, sebagai kakak dia di tuntut untuk selalu mengalah pada setiap keadaan karena dia sehat. "Kamu kan Sehat!!!" rupanya anak yang katanya sehat itu menderita kanker lambung dan depresi, bagaimana akhir dari Serena setelah ini....?

Table of contents

Latest Update3
Rumah9 hours ago
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

Aku pernah mendengar bahawa cinta membuat sebagian orang menjadi sangat gila, bahkan ada yang mengemis untuk hal itu, mungkin aku salah satu dari orang orang gila juga? Aku gila karena terus merasa haus akan cinta.

Aku tahu mereka mencintaiku dengan cara mereka sendiri, tapi aku terus saja merasa haus akan perhatian yang tidak pernah tertuju pada ku, seolah aku memang tidak pernah mendapatkan hal seperti itu sama sekali.

Aku ketakutan setiap hari, setiap saat, sangat takut sampai aku kesulitan untuk berpikir dengan jernih. 

Takut akan datang saat di mana aku akan benar benar merasa sendirian dan di tinggalkan karena keserakahanku.

Apa yang harus ku lakukan? Aku takut sekali. Ini membuatku tidak bisa tenang sama sekali. 

Seseorang tolong bantu aku, aku takut dengan diriku sendiri.

Harus berapa banyak yang harus ku korbankan untuk hal ini? aku sudah tidak punya apapun lagi sekarang.

Kewarasaanku bahkan sudah hilang, aku tidak punya apa apa lagi untuk di tukarkan dengan hal itu, sungguh menyedihkan.

Kenapa aku jadi seperti ini? Apa yang terjadi padaku? 

Maafkan aku, ini salahku karena terus membuat masalah, aku bukan anak yang baik.

Bahkan sampai akhir, aku masih terus keras kepala dan berusaha merebut kembali apa yang ku pikir seharusnya menjadi miliku, Maaf…

Dan sampai akhir pun aku tetap menjadi serakah.

Kegilaan yang menakutkan sekali, aku takut. Ku mohon bantu aku keluar dari lingkaran ini, bagaimana bisa ada anak sepertiku lahir di dunia ini?

Padahal aku hanya ingin sedikit perhatian dan waktu, karena aku sangat rapuh.

Inilah aku, Serena.

♡♡♡

Tatapan kosong itu menatap langit malam, bibirnya terkatup rapat. Ada beberapa lebam di wajahnya, ekor matanya juga basah seperti habis menangis. Apa yang terjadi?

Ia memejamkan matanya seakan menikmati hembusan angin yang bertiup menimpa wajahnya, sentuhan dingin dari angin yang bertiup membuat lebam di wajahnya terasa sedikit kelu dan pedih, dagu itu tertekuk.

Rasanya sangat sakit sekali, dia tidak tahan.

Ia mengulum bibirnya yang bergertar berusaha agar tidak mengeluarkan suara isak sedikit pun dari mulutnya yang mulai terasa kelu. Dadanya sesak dan air matanya kembali menganak sungai tanpa permisi. Kenapa dia seperti ini?

Begitu banyak hal yang ia sesali, tapi dia sadar bahwa ia tidak memiliki hak apapun untuk membantah atau pun menolak, ternggorokan yang serat itu makin tercekat.

Rambut lurus itu tersibak angin, bergeraian. Ia menekuk dagunya berusaha menahan tangis dengan bibir yang bergetar hebat. "Hiks" isaknya yang lolos.

Ada banyak hal yang berputar di benaknya saat ini, dia sampai bingung apa dulu yang harus ia pikirkan di saat seperti ini, dia takut.

Takut, kalau ini adalah akhir dari semua kerja kerasnya selama ini dan sayangnya sampai akhir dia tidak mendapatkan apapun, apa kah ini endingnya?

Wajah itu makin tertekuk sedih dan tubuhnya mulai bergetar hebat, kenapa dia seperti ini? dia marasa sangat tidak berguna sama sekali. Sudah berapa lama dia jadi sebodoh ini? kenapa dia sangat bodoh? Kenapa semuanya berputar begitu kejam di sekitarnya?

"Aku sudah berusaha…"

ujarnya terjeda isak tak tertahan.

"I-ini cukup, aku lelah. Ku mohon..."

Ucapnya bersuara lirih seolah melepaskan semua harapan yang selama ini ia genggam dengan sangat erat.

Ia memegangi dadanya yang masih terasa sesak dan sakit, air matanya terus berjatuhan tanpa permisi. Mata itu teduh dan sayu, seolah menggambarkan depresi yang luar biasa.

Jemari yang mengempal itu mulai memutih saking erat genggaman yang meremas di dadanya, sesakit itu perasaannya sekarang.

Ada apa? Kenapa dia terlihat sangat sedih? Apa yang telah terjadi pada gadis itu? Tatapannya terlihat sangat hampa dan kosong.

Mata itu menatap layar ponsel yang masih menyala, sebuah gambar cantik dari sebuah keluarga yang terlihat harmonis di ponsel itu terpampang sangat jelas, ia menarik senyumnya yang manis namun air matanya terus saja berjatuhan. Seolah menumpahkan banyak kesediahan dalam benaknya sekarang.

Ia tidak tahu di mana letak awal permasalah ini, dia tidak tahu. Apa ada keajaiban untuk menukar kemalangannya dengan hal lain? Apa salahnya? Apa kerena dia lahir?

Jemari itu bergetar hebat, isaknya tak dapat ia tahan dan akhirnya pecah. Ia menutupi wajahnya berusaha menyembunyikan kesedihan yang mendalam "Hiks, Maafkan aku." Ujarnya lirih dengan bibir yang bergetar.

"Maafkan aku…ini semua salahku" gumamnya lagi di sela isak penuh penyesalan.

Apa yang telah ia lakukan sampai terjadi hal seperti ini di sepanjang hidupnya, orang bilang tuhan mencintai dengan cara yang unik. Apa ini termasuk dari keunikan cinta itu, penderitaan, kesepian, kesedihan dan selalu merasa kurang.

Ini siksaan yang luar biasa, apa itu bentuk cinta tuhan? Kenapa kejam sekali, dia hanya anak perempuan yang belum mencapai usia desawa. Di mana letak salahnya? Kenapa hanya dia yang seperti ini?

Apa tuhan akan membebaskannya jika dia menentang takdir? Seandainya dia bisa memutar waktu mungkin dia akan merasa lebih baik, tapi itu hanya akan menjadi kata 'Seandainya' dan itu terdengar sangat menyedihkan. "Ryl…" serunya bergumam halus dan lirih.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki yang terburu buru membuat gadis itu tertegun tanpa menoleh sedikit pun, ia mengulum bibirnya agar isaknya berhenti, ia tahu siapa itu.

"Serena!!!"

panggil orang yang baru saja datang dengan suara bergetar cemas. Pria itu terengah engah sambil menatap siluet yang baru saja ia panggil di sana.

Gadis itu mendongak menatap langit yang mulai mendung. Sepertinya akan turun hujan, apa tuhan sedang menangis melihat dirinya yang hendak menentang takdir? Apa sekarang Tuhan akan memberinya kebebasan dari kehidupan yang menyedihkan ini?

"Jangan mendekat...." pinta gadis itu pelan

" Ini sudah berakhir."

Tutur gadis itu lagi tanpa menoleh sedikit pun pada sosok yang berada di belakangnya.

Ia mengatur suaranya agar tidak terjeda oleh isak tangisnya sendiri, hingga tenggorokkannya terasa sangat tercekat, sakit. ia melepaskan semua harapan yang selama ini ia genggam di kedua tanganya yang kecil.

"Ini semua salahku, aku yang salah."

Ucap gadis itu pelan dan tipis lalu mengulum bibirnya lagi berusaha menahan tangis.

Ia menarik nafas panjang lalu memutar tubuhnya menghadap seorang pria yang ia abaikan beberapa hari ini, ia menunjukkan seyum manis dengan ekor mata yang terus berkilat basah, itu terlihat sangat pilu dan menyayat hati.

"Serena, jangan seperti ini. Aku salah, ku mohon maafkan aku. Cepat turun, mereka tidak bermaksud seperti itu, kamu salah paham. Ayo turun dan bicara denganku." Ujar pria itu dengan penuh rasa panik sambil melangkah pelan agar tidak kentara.

"Ayo kita pulang."

Tukas pria itu mengajak sambil kembali mempersempit jarak di antara mereka.

Gadis itu masih menujukkan senyum Getir yang terlukis cantik di wajah kurus dan berantakkan itu, lebam dan sudut bibirnya sedikit luka, kelopak mata itu sayu, ada lingkaran hitam di bawah matanya, apa dia habis di pukul? Itu lah yang pria itu pikirkan sekarang.

"Aku tahu, kamu tidak perlu khawatir. Aku baik baik saja, sekarang."

Tutur gadis itu dengan suara dingin dan bergetar membuat pria itu terdiam sejenak. Entah kenapa hatinya sangat takut, apa lagi melihat dimana gadis itu berdiri sekarang.

"Serena, ku mohon…. Bicaralah denganku sebentar, biar ku jelaskan, aku salah, maafkan aku. Jangan seperti ini, ayo kita pulang… kita bicarakan ini baik baik, aku minta maaf."

ucapan pria itu seperti angin lalu di telinga Serena yang hanya menunjukkan tatapan kosong dan hampa.

Hehe

Gadis itu terkekeh pelan dengan wajah yang sulit untuk di gambarkan dengan kata kata, terlihat sedih namun juga hampa. Pria itu meneguk salivanya berat dengan jemari yang bergetar takut.

"Seren…?"

panggilnya pelan sambil berusaha meraih tubuh kecil di sana.

"Ini cukup… akan lebih baik jadi seperti ini, tolong sampaikan permintaan maaf ku pada mereka, maaf karena tidak bisa menjadi anak yang baik…." Ujar Serena dengan isak tertahan.

"… Aku, aku tidak bisa lagi, Maaf…" Lanjutnya dengan senyum getir.

Manik itu melirik sekilas pada apa yang menantnya setelah ini.

"Serena, dengarkan aku dulu, kita bicara baik baik dan tenang, cepat turun dari sana sekarang!" Ucap pria itu membujuk sambil terus berjalan maju pada gadis kecil yang kini berdiri di luar pagar rooftop gedung.

"Hiks menjauh dariku, apa lagi yang kamu inginkan dariku, aku tidak punya apa apa lagi? Ku mohon menjauh dariku!!!" pekik Serena dengan penuh amarah.

Hatinya sangat sakit sekarang, hancur berkeping keping dan tidak berbentuk lagi, air mata saja rasanya sudah menjadi tawar. Apa lagi yang ingin tuhan ambil darinya, apa lagi yang bisa dia berikan setelah ini? dia tidak memiliki apapun lagi sekarang.

Kepercayaan, keluarga, cinta dan harga diri, apa lagi yang tuhan inginkan darinya?

"Hiks… ini cukup, untuk terakhir kalinya tolong maafkan aku. Aku tidak akan membuat kalian kesulitan lagi setelah ini, hiks Maaf untuk semuanya… " Tutur gadis itu dengan senyum manis berbareng tangis.

"Aku menyerah, aku kalah…hiks!" tutur gadis itu dengan suara pilu.

"… Selamat, kamu menang…!" ucap gadis itu masih dengan senyum indah yang begitu tulus pada pria yang membelalak lebar di sana.

"SERENA!!!!"

#Perjuangan akan terus ada selagi kamu masih bisa bergerak, selagi masih ada mimpi yang ingin kamu kejar.