Beberapa bulan yang lalu,
"Lepaskan aku!!!" pekik gadis itu penuh emosi pada seorang pria muda yang terus menahan kepergiannya sejak tadi. "Seren, ini masalah serius." Pekik pria itu membuat gadis yang di panggil Serena itu terdiam.
"Ck, aku tahu. Itulah kenapa aku harus melindunginya, Rion! Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Diana sekarang?" tukas Serena sambil menepis penggangan tangan yang sejak tadi menahan geraknya.
"Seren, aku tahu. Tapi ini bukan masalah yang bisa kita selesaikan. Aku yakin Diana akan baik baik saja sekarang." Tukas Rion berusaha menenangkan sosok Serena yang terbakar emosi.
"Diana juga pasti tidak ingin kita terlibat, jadi tenanglah sedikit." Lanjut Rion membuat Serena menarik nafas dalam.
"Kamu lihat ini pukul berapa, Rion? Ini sudah malam tapi Diana masih juga belum keluar dari tempat itu? Apa itu masuk akal? Bagaiman kalau orang orang itu memukul Diana, hah?!"
tukas Serena kembali tersulut kesal tapi pria itu hanya membalasnya dengan sebuah gelengan kepala tanda menolak.
Rion mendengkus kasar sambil memutar mata, Serena tidak salah, dia juga merasa tidak sabar ingin menjeput Diana dari dalam sana, tapi dia tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruangan itu, seperti yang ia tahu ini tempat debt kolektor.
Akan panjang urusannya jika mereka macam macam di tepat seperti ini, yang paling sulit untuk di terima dan di mengerti adalah Diana yang datang ke tepat seperti ini, meminjam uang dari tempat berbahaya seperti ini, tempat ini sangat berbahaya apa lagi mereka sekarang masih anak sekolah.
Haaa
Lagi lagi Rion hanya bisa membuang nafas panjang, "Tetap diam dan tunggu. Aku yakin Diana akan segera keluar, Seren." Ujar Rion masih berusaha menahan gerakan teman perempuannya yang satu ini.
Dan benar saja, tidak lama dari itu Diana keluar dengan wajah tertunduk, membuat Serena tidak tahan lalu berlari menghampiri gadis yang baru saja kelaur dari sana. "Kamu baik baik saja, Na?" tuturnya panik membuat Diana membelalak lebar lalu menarik tangan Serena sekuat tenaga agar cepat pergi dari tempat sialan itu.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Serena?" pekik Diana marah, "Anu, maafkan kami, Na." tukas Rion muncul dari arah belakang Diana. "Rion?! Kalian? Apa yang …?" tukas Diana random lalu wajah itu merengut marah.
"Diana?! Wajahmu kenapa?" kali ini suara Serena terdengar makin panik dari sebelumnya.
Plakkkk
Kali ini tangan Serena di tepis keras oleh Diana, "Apa yang kalian lakukan di tempat seperti ini? Kenapa kalian mengikutiku?" tutur Diana dengan nada berat, Serena tertegun sejenak sambil menatap tangan yang baru saja di tepis oleh temannya itu "Apa yang kalian lakukan?!!"pekik Diana mulai tinggi, marah.
"Kami mengkhawatirkanmu, Na." tutur Serena menjawab dengan wajah memelas panik. "Apa kamu puas sekarang, hah?" Diana membentak Serena, gadis itu terbelalak kaget berbareng bingung dengan ucapan yang keluar dari bibir Diana "Apa maksudmu.." belum selesai Gadis itu bicara Diana kembali melemparkan ucapannya pada teman di hadapannya.
"kamu puas, kan. Setalah mengendap endap mengikutiku, akhirnya kalian tahu kalau aku punya banyak hutang, apa kalian puas mencampuri urusanku, hah???" pekik Diana sambil menatap sangar kedua temannya. "Na, kami.." ucapan itu terpotong.
"Diam kau, aku tahu kamu sengaja, kan! Sengaja ingin membuatku terlihat buruk di hadapan Rion. Apa sekarang kamu puas, Serena. Ya, kamu pasti merasa puas sekarang, rupanya bukan kamu saja yang miskin, kan." Oceh Diana sambil mencengkaram bahu Serena kuat.
"Apa yang..aku tidak pernah berpikir seperti itu, Na. kami mencemaskan mu.." ujar Serena tapi tangan Diana malah terangkat dan memukul wajah Serena kuat.
Plakkkk
"Berhenti sok polos, Serena. Aku muak dengan tingkah konyolmu sekarang." Rutuk Diana dengan manik memabara. "Diana?" kali ini Rion angkat bicara sambil menahan jarak antara Diana dan Serana saat ini. "Cih" Diana berdecih sambil memutar matanya.
"Apa, kamu mau pamer sekarang, hem. Kalau bukan Cuma kamu yang miskin dan tidak di inginkan di rumah, hah? Sayangnya aku dan kamu berbeda, Seren. keluargaku mencintaiku sendangkan kamu tidak..?!" ucapan itu gantung.
Bhukk
Bukan tamparan atau pukulan melainkan sebuah tinju yang mendarat tepat di wajah manis Diana yang memang telah lebam sebelumya. "SERENA!!!" suara Rion makin tinggi.
"Aku datang bukan untuk mendengar hinaan seperti ini, Diana. Aku datang kesini karena aku peduli, tapi kamu malah menghinaku. Ada apa denganmu sebenarnya?" Tukas Serena mulai tersulut.
"Jadi apa mau mu sekarang? Kamu pikir aku percaya dengan omong kosong sialan itu, hah? Kamu pikir aku bodoh!" bentak Diana membuat Serena jadi menggeram marah dan kembali ingin melayangkan tinjunya tapi Rion dengan sigap memblokir serangan itu sebelum menyentuh wajah Diana lagi.
Bhukkkk
Bhukkk
Bhukkk
Tidak habis hanya di sana, Serena yang kesal malah makin brutal, mau tidak mau Rion jadi ikut mengelurkan otot dan mendorong tubuh Serena hingga jatuh membentur bahu jalan. Tapi Serena tidak mengeluh sakit sama sekali padahal itu terdengar cukup keras.
Bhukkkk
"Seren?" Rion merasa bersalah karena mendorong tubuh Serena sekeras itu tapi gerakannya di tahan oleh Diana yang menggelengkan kepalanya sambil melempar tatapan tajam. Tentu saja Serena menyadari hal itu dan hanya terkekeh geli.
"Ini, aneh." Tukas Serena tiba tiba membaut dagu Diana tertekuk dan sorot matanya menjadi sulit untuk di jelaskan. "Hehehe, ini sangat lucu, Diana." Tutur Serena sambil tertawa pelan, kenapa?
Diana meneguk salivanya berat dengan maksud yang dari tawa meremehkan Serena saat ini "Kita berteman lebih dari dua tahun, saat pertama masuk ke sekolah, aku adalah teman satu satunya bagimu. Agak memalukan jika hancur hanya karena ingin menjilat kaki orang lain." Ucap Serena, Diana hanya diam tidak menanggapi dan Rion terlihat cukup bingung dengan kondisi yang terjadi di antara mereka sekarang.
Apa yang sedang Serena ucapkan sekarang, ini menjadi makin membingungkan karena Diana hanya diam dengan manik yang bergertar, gugup.
"A-apa maksudmu, Serena. Jangan sok tahu. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kemarin. Kamu itu seharusnya sadar diri sekarang." Tukas Diana dengan wajah pucat. "heh, aku mengerti sekarang. Cara bertemanmu agak unik rupanya, ya. selamat. Kamu berhasil." Tukas Serena dengan senyum kecut yang meremehkan tapi Diana hanya diam seolah tidak bisa membantah sama sekali ucapan itu, seperti membenarkan ucapan yang keluar dari mulut Serena.
"Kamu berhasil" tegas Serena membuat Diana meneguk Salivanya berat.
"Kamu ingin kita tidak berteman lagi, kan? Tentu, aku akan melakukannya, ayo kita lakukan sesuai dengan keinginannmu, tidak perlu lagi berteman dengan wanita miskin dan tidak di cintai keluarganya seperti ku ini, baiklah, Fine. Kita bukan teman lagi sekarang, apa kamu puas?!" tukas Serena dengan wajah merengut, mata jernih itu berkilat basah dan merah.
Diana hanya bisa meneguk salivanya berat lalu membuang pandangannya karena tidak berani menatap mata itu secara langsung lagi, dia takut.
Maaf, Ren. Maafkan aku.
Batin Diana
Serena menekuk wajahnya lalu berjalan melewati tubuh Diana, terbesit di benaknya ingin menabrak tubuh itu karena rasa kesal dan marah dalam dirinya, tapi dia tidak tega karena wajah Diana sudah cukup lebam akibat tinjunya tadi, jadi dia pergi tanpa menoleh sedikit pun pada dua orang itu.
Rion tertegun dengan rasa penasaran dan juga bingung, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara Serena dan Diana, tiba tiba saja jadi seperti ini, ada apa?
Pria itu melirik punggung Serena yang bergetar saat pergi meninggalkan mereka berdua saja di tempat itu, dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang, dia tahu bahwa Diana menyukainya tapi dia sebenarnya menyukai Serena dan Serena sama sekali tidak menaruh hati pada Rion sama sekali, apa ini yang di sebut cinta segi tiga yang bertepuk sebelah tangan?
Apa yang harus ia lakukan saat ini? tapi dia tidak tega menyakiti Diana dan mengejar Serena saat ini, pria itu sedang mengalami dilema antara menjaga orang yang mencintainya atau orang yang ia cintai. Ini konyol.
"Diana ada apa denganmu sebenarnya?" Ucap pria itu penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara Serena dan Diana.
Tapi gadis itu hanya melempar tatapan tajam lalu berbalik meninggalkannya "Jangan ikut campur Rion, ini urusan kami." Tegas Diana lalu pergi meninggalkan Rion sendirian di tengah situasi yang membingungkan.
♡
Jemari kecil itu gemetaran, ia menangis tanpa suara. Hatinya seperti di remas kuat, gadis itu menutupi wajah basahnya, menyembunyikan aliran anak sungai yang liar biasa deras di pelupuk matanya.
"Aku tidak apa apa!" Tuturnya pada dirinya sendiri seraya bersandar pada dinding gedung dingin, suasana malam yang mulai larut membuat susananya jadi makin emosional bagi gadis kecil itu. "Kamu baik baik saja, Serena!" Ujarnya lagi sambil menangis makin deras.
Ada situasi yang sulit untuk di jelaskan dan mungkin sulit untuk di mengerti oleh sebagian orang.