Dunia dulunya adalah tempat yang damai. Lautan membentang tenang, pegunungan berdiri kokoh, dan hutan-hutan hijau menjadi rumah bagi kehidupan yang harmonis. Langit biru membentang luas tanpa ancaman, dan bumi sendiri bernafas dalam keheningan abadinya. Namun, keseimbangan itu hanyalah sebuah ilusi. Di kedalaman yang tak pernah terjamah, sesuatu yang tak seharusnya ada telah lama tertidur.
Semuanya dimulai dengan tanda-tanda kecil—getaran halus yang nyaris tak terasa. Hewan-hewan mulai menunjukkan kegelisahan, burung-burung berhamburan meninggalkan sarangnya tanpa sebab yang jelas, dan laut beriak gelisah meskipun tak ada badai. Para ilmuwan mencatat adanya peningkatan aktivitas seismik, tetapi tak ada yang menyangka bahwa ini bukan sekadar fenomena biasa.
Lalu, gunung itu meletus.
Gunung berapi tertua di dunia, yang telah tertidur selama ribuan tahun, tiba-tiba bangkit dalam amarahnya. Ledakan dahsyat mengguncang benua, mengirimkan abu panas ke langit, menyelimuti matahari dengan kegelapan. Lava mengalir deras, melahap daratan, dan gempa bumi menjalar ke segala penjuru. Namun, bukan letusan itulah yang menjadi bencana sesungguhnya.
Di bawah tanah, jauh di bawah kerak bumi, sesuatu merespons amukan itu. Panas yang dilepaskan oleh magma membakar segel yang telah lama menjaga keseimbangan dunia. Sebuah retakan terbentuk di kedalaman, mengirimkan gelombang energi yang beresonansi ke seluruh planet. Suara-suara asing bergema dari dalam bumi—suara yang belum pernah terdengar dalam sejarah peradaban.
Kemudian, ia terbangun.
Dari inti bumi yang mendidih, sesuatu mulai bergerak. Sesuatu yang bukan berasal dari kehidupan yang dikenal dunia. Ia adalah bagian dari masa lalu yang terlupakan, makhluk yang tak seharusnya ada di dunia yang sekarang. Keberadaannya lebih tua dari gunung-gunung tertinggi, lebih dalam dari samudera yang paling gelap. Ia tidak memiliki nama, tidak memiliki bentuk yang pasti, tetapi kehadirannya membawa perubahan.
Saat ia bangkit, bumi menangis. Lautan bergejolak tanpa sebab, badai muncul tanpa peringatan, dan langit berubah warna seperti malam yang terbakar. Gunung-gunung lain mulai bergemuruh, seolah merasakan kehadiran sesuatu yang seharusnya tetap tersegel.
Dunia yang damai kini berada di ambang kehancuran. Sesuatu yang telah lama terkubur kini telah kembali, dan kali ini, tidak ada yang bisa menghentikannya.