Chereads / Steffanly it's me / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

"Putus!"

Aku terdiam meresapi sebuah kata laknat yang keluar dari mulut Keiv, kekasihku

"Why?" tanyaku bingung sekaligus tak terima. Kami selama ini baik-baik saja, kenapa tiba-tiba dia minta putus?!.

"Not reason, Anli" balasnya penuh penekanan

"I need a reason!" balasku sedikit emosi

Keiv tidak menanggapi ku sama sekali. Dia hanya terdiam, hingga sebuah kalimat yang tidak pernah aku bayangkan keluar dari bibirnya.

"Gue bosen" ucapnya terdengar begitu enteng.

Lihatlah, dia bahkan mengganti kosakatanya.

"Really? Don't kidding, please!" balasku tak percaya

"Listen to me. Kita udah selesai. Hubungan ini sudah berakhir. Tolong terima kenyataan ini, Anli. Gue udah bosen sama hubungan kita ini."

Aku tertegun cukup lama. Kemudian, aku terkekeh sembari menunduk,

"Segitu mudahnya ya, Keiv?" ucapku parau, mendongak ke arahnya

Keiv sempat memalingkan wajahnya dariku sekilas. Cowo itu kini menatapku lekat-lekat.

"Cukup, An. Kita udah selesai. Jangan ganggu gue. Inget itu!." ucap Keiv, lalu pergi begitu saja meninggalkan ku sendiri.

Rasanya ingin menangis, tapi entah kenapa rasa marah lah yang menguasai. Aku marah pada Keiv. Aku merasa Keiv menganggap hubungan ini dan juga diriku cuma mainan yang bisa ia buang seenaknya ketika dia bosan. Sungguh menyebalkan.

----------------

Saat ini aku sedang berjalan di koridor menuju kelas. Lesu sekali rasanya. Saat sudah di pintu kelas, aku malah berpapasan dengan Keiv, ah, sial! sial! umpatku, membatin. Kami sempat beradu mata, namun baru lima detik dia langsung memalingkan wajahnya dan masuk kelas begitu saja. Aku mendengus, lalu ikut masuk. Baru saja aku mau duduk di kursi, dia mengangkat tasnya lalu memanggil salah satu teman kami dan tiba-tiba mereka bertukar tempat. Sial, udah jadi mantan, sekelas, satu meja eh tapi sekarang dia pindah. Sial! Sial! Sial! Harga diriku rasanya diinjak-injak!

"Sialan!" umpatku lalu menarik kursi dan duduk dengan kasar.

Putra dan Ben seketika membalikkan badannya ke arahku

"Lo, sama Keiv napa, An?" tanya Putra

Sekita aku mendengus, "Diem, lo ah!" kesalku, lalu menelungkupkan kepalaku di meja.

Tiba-tiba terdengar gelak tawa dari Ben dan Putra

"Diputusin lo yah?" ucap Putra, benar-benar tak tau situasi dan tempat.

Sial! Aku malu banget! Aku membiarkan saja Putra yang terus mengolok-olok ku, kadang Ben juga ikut menimpali. Menyebalkan!.

"Ada apa nih? Seru banget kayanya" ucap Hans tiba-tiba bergabung.

Aish! Nambah satu!.

"Hahaha, ini si Anli abis diputusin sama Keiv"

Langsung saja aku bangun dan menjambak rambut Putra. Sungguh dia itu sangat menyebalkan.

"Ampun, An! Ampun! Sakit ini ya elah" ucap Putra memohon-mohon

"Bodo amat gue gak peduli!" kesalku

"Udah, An. Bisa tambah bego si Putra. Udah, gak usah galau. Lu, diputusin Keiv, gue siap jadi pengganti kok" ucap Hans lalu mengedipkan sebelah matanya

"Diem lo kang, ghosting! " balasku tak menghiraukannya.

Setelah puas, aku melepaskan Hambalang ku tadi. Lumayan, Putra bisa jadi pelampiasan ku.

Aku duduk lagi meski nafasku belum teratur.

Aku jengkel. Bukannya mereka bertiga perihatin karena kedua temannya putus, mereka malah mancing emosi.Tapi aku gak ambil hati kok. Cuman jengkel saja.

"Gila lo, An. Rambut gue rasanya mau copot semua dari kepala gue" dumel Putra

Aku cuman natap dia sinis. Bodo amat! rasain tuh! batinku senang.

"Btw, lo putus karena apa, An?" tanya Ben yang duduk pas di depanku

"Tanya sendiri sana sama sepupu lo!" balasku ngegas. Padahal Ben nanya baik-baik. Tapi, bodo amatlah. aku lagi sebel gini.

Akhirnya hening. Bahkan Hans memiliki ke tempat duduknya yang di seberang mejaku. Tak lama Zura yang duduk di belakangku menepuk bahu ku. Dia menyuruhku mendekat hendak membisikan sesuatu.

"Beneran putus?" tanyanya to the point dengan suara berbisik.

Aku melirik sekilas ke arah Keiv yang sedang asyik memainkan handphonenya benar-benar nampak biasa saja. Sialan!.

"An?"

Akupun cuman mengangguk saja ke arah Zura. Zura pun menepuk bahuku 2 kali sebagai bentuk simpatinya. Aku hanya tersenyum sekilas lalu kembali ke posisi awal.

"LIAN DIPANGGIL WALI KELAS SURUH KE KANTOR!" teriak salah satu teman sekelasku.

Kursi di samping ku berdecit. Yap! Lian! Masih ingat? Sekarang dia duduk di samping ku. Amazing sekali! Cowo yang nyatanya humoris, namun terlihat dingin padaku.

Dari sedikit cuplikan di atas, apa kalian merasa bingung? Oke, mari aku jelaskan dan perkenalkan.

Aku dan keempat anak tadi berteman akrab. Bisa dibilang sahabat. Kami selalu bersama dari SD hingga saat ini ditahun ajaran baru, yang mana kita semua sudah duduk di bangku kelas 12 SMA. Tepatnya di 12 MIPA 1.

Oke, kau perkenalkan mereka satu-satu. Yang pertama, Keiv. Mantan ku nih. Gak baik gimana coba sampai aku memperkenalkannya duluan. Oke, skip! Keiv itu gimana yah, dia itu agak dingin tapi lembut, gitu. Aku aja baper sama dia. Gimana engga? Dari SD sampai sekarang satu meja. Udah gitu temen-temen suka jodohin kami. Akhirnya pas kelulusan SMP kita pacaran. Dan sayang sekali sekarang harus kandas. Huh!.

Oke, yang kedua... Putra. Reseni orang! Dia tuh yang paling jail dan nyebelin lah pokoknya! Udah gitu ember! Suka banget ngegosipin orang. Tali kadang kalau lagi waras, diajak curhat kadang ya enak-enak aja sih.

Yang ketiga ada, Ben. Menurut ku sih, dia yang paling dewasa. Dia udah mandiri. Wajar sih. Ayahnya nikah lagi dan udah gak peduliin Ibu dan Adik-adiknya. Dia sebagai anak pertama dengan 2 Adik terpaksa ambil kerja part time untuk bantu ibunya.

Terus, yang keempat ada Hans. Si tukamg ghosting! Mentang-mentang tinggi, putih, kapten basket, dia suka banget ghostingin cewe tapi gak pernah jadian.

Aku sendiri sering suka digombalin, tapi aku biasa saja. Udah biasa lagian. Apalagi dia sohib aku banget. Tetangga aku dia. Gimana bisa bayangin gimana dekatnha? Meski gitu dia nggak mau semeja bareng ku, dia lebih suka sendirian, makanya aku sama Keiv.

Yang kelima, Zura. Masih ingat? Masih kaya pas awal ketemu, dia itu sinis. Julidnya kena mental banget. Tapi kalau kita bisa dekat dengannya, dia akan menjadi seperti seorang Adik yang sangat dicintai kakak-kakaknya.

Bisa jadi sabar, perhatian, dewasa. Aku kadang ngerasa deket sama dia, kadang engga. Dia anaknya moodyan.

Yang keenam nih. Lian. Cinta pertama, asik! Masih kaya pernyataan awal, dia humoris, namun terlihat dingin padaku.

Oke. Mungkin cukup segini dulu. Selebihnya bakal terungkap nantinya di chapter-chaptet berikutnya!