Chereads / The Heptagon - Perang di Dalam Bayangan / Chapter 15 - The Heptagon Academy

Chapter 15 - The Heptagon Academy

Pada tahun 1920, dua tahun setelah Perang Dunia I berakhir, dunia memasuki era ketidakstabilan ekonomi dan sosial yang brutal. Banyak negara masih berjuang untuk pulih dari kehancuran perang, sementara kekuatan-kekuatan baru mulai muncul. Dalam kekacauan tersebut, The Eyes, salah satu pendiri The Heptagon, menyadari bahwa kekuasaan yang sesungguhnya tidak hanya berasal dari kekuatan ekonomi atau militer, tetapi juga dari kaderisasi generasi baru yang terlatih.

Dari pemikiran itu, ia merancang sebuah sistem pendidikan rahasia yang akan mencetak pemimpin, eksekutor, dan dalang di balik layar yang mampu mengendalikan dunia dari balik bayang-bayang. Maka, lahirlah The Heptagon Academy tempat di mana generasi penerus organisasi ini akan ditempa.

Tujuan utama akademi ini bukan sekadar melatih tentara bayaran atau mata-mata, melainkan menciptakan arsitek dunia bawah tanah yang mampu mengendalikan sistem dari berbagai sektor politik, ekonomi, teknologi, hingga perang informasi.

Sejak didirikannya, akademi ini telah menghasilkan generasi pemimpin dunia bawah, yang kini berperan dalam mengontrol sistem kejahatan global melalui berbagai sektor.

Pada tahun 2000, The Heptagon Academy dipimpin oleh Mr. Patriot, seorang pemimpin misterius yang merupakan salah satu dari The Council di The Heptagon. Di bawahnya, Kepala Operasi Utama Akademi dipegang oleh George Simbian (The Line 99), yang bertanggung jawab dalam memastikan bahwa hanya yang terbaik yang bisa lulus.

Kedua sosok ini memastikan bahwa Akademi tetap berfungsi sebagai tempat pelatihan paling brutal di dunia bawah tanah.

Sistem Pendidikan The Heptagon Academy

Pendidikan di THA berlangsung selama 5 tahun, dengan tahapan yang semakin sulit setiap tahunnya.

Pendidikan Dasar (2 Tahun Pertama) Pada tahap awal ini, siswa akan dipaksa beradaptasi dengan lingkungan ekstrem dan disiplin keras. Pelatihan Bela Diri & Ketahanan Fisik: Ujian ketahanan di kondisi ekstrem, mulai dari bertahan hidup di hutan liar, penyiksaan psikologis, hingga pertarungan gladiator untuk membangun daya tahan tubuh dan mental. Dasar-dasar Intelijen & Manipulasi: Seni menyusup, membaca gerak tubuh, pemalsuan identitas, dan memanipulasi lawan melalui psikologi. Ekonomi Hitam & Jaringan Pasar Gelap: Memahami perdagangan ilegal, pencucian uang, dan ekonomi kriminal global. Pendidikan Lanjutan (2 Tahun Kedua) Pada tahap ini, siswa yang bertahan akan mulai memilih spesialisasi yang sesuai dengan bakat mereka. Manipulasi Politik & Media: Bagaimana mengendalikan media, opini publik, dan politik di berbagai negara. Perang Bayangan & Sabotase: Teknik pembunuhan diam-diam, operasi militer rahasia, dan sabotase politik. Strategi Ekonomi & Cyber Warfare: Teknologi canggih, peretasan, dan bagaimana mengendalikan dunia keuangan dari balik layar. Pendidikan Akhir (1 Tahun Terakhir), Tahun terakhir adalah ujian hidup dan mati. Para siswa akan dikirim dalam misi nyata yang diberikan langsung oleh The Heptagon. Jika mereka gagal mereka akan dihilangkan.

Sejak berdirinya pada tahun 1920, hingga tahun 2000, sudah ada 16 angkatan yang berhasil lulus. Saat ini, 5 angkatan masih menempuh pendidikan, dengan total sekitar 500 siswa aktif yang tersebar di berbagai tingkat pelatihan. Namun, kelulusan dari Akademi bukanlah sesuatu yang mudah. Dari rata-rata 50 siswa di setiap angkatan yang menempuh pendidikan selama 5 tahun, hanya 30% yang berhasil lulus.

Artinya, dari setiap angkatan yang terdiri dari 50 siswa, hanya sekitar 15 orang yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga akhir. Mereka yang berhasil lulus akan diberikan julukan khusus berdasarkan angkatan mereka diantaranya adalah:

Angkatan Pertama (1925) – "The Pioneers" Mereka adalah generasi pertama yang membuka jalan bagi sistem pendidikan Akademi. Angkatan Ke-10 (1970) – "The Shadows", Angkatan ini dikenal sebagai kelompok paling berbahaya yang menguasai dunia spionase. Angkatan Ke-16 (2000) – "The Ghostmakers", Dikenal sebagai generasi yang mendominasi perang cyber dan manipulasi informasi global.

Hari Pertama di The Heptagon Academy

Setelah berhari-hari dalam pemulihan intensif, akhirnya Thomas dan teman-temannya yang selamat dari ujian brutal pertama mulai mendapatkan kembali kesadaran dan kekuatan mereka. Ruangan medis yang sebelumnya dipenuhi oleh tubuh-tubuh penuh luka kini mulai terasa lebih kosong, karena banyak siswa yang sudah dinyatakan cukup sehat untuk keluar. Thomas membuka matanya perlahan, melihat langit-langit putih steril di atasnya.

Ketika ia mencoba bangun, rasa sakit masih terasa di sekujur tubuhnya, tetapi jauh lebih ringan dibanding sebelumnya. Ia melirik ke samping dan melihat dua orang yang kini sudah ia anggap sebagai teman seperjuangan Alex dan Diego. Alex, si pemuda Inggris dengan kecerdasan taktis yang luar biasa, tampak sedang duduk di ranjangnya, membaca buku kecil berbahasa Latin. Diego, yang berasal dari Meksiko, terlihat sedang melakukan latihan fisik ringan meski tubuhnya masih dibalut perban.

Melihat mereka berdua tetap fokus meski baru saja keluar dari neraka, Thomas hanya bisa tersenyum tipis.

"Kalian berdua benar-benar gila," gumamnya sambil duduk perlahan.

Alex menutup bukunya dan melirik Thomas dengan seringai kecil. "Lebih baik gila daripada mati, bukan?"

Diego tertawa kecil, melanjutkan latihannya sambil berkata " Sudah siap untuk melihat Neraka selama lima tahun ke depan?"

"Neraka…", "bukannya itu lebih baik dari pada bertemu orang yang memukulmu tanpa alasan" jawab Thomas kecut.

Alex dan Diego tertawa lepas mengingat kejadian Ketika Thomas dipukul oleh George. Sambil menahan tawanya Diego berucap "akan kubalaskan dia untukmu Thom".

Asrama The Heptagon Academy

Malam itu, setelah pemeriksaan terakhir dari tim medis, Thomas dan seluruh siswa yang selamat akhirnya diperbolehkan meninggalkan ruang perawatan dan dipindahkan ke asrama.

Ketika mereka berjalan melewati koridor bawah tanah yang panjang, suasana terasa begitu dingin dan sunyi. Tidak ada suara selain langkah kaki mereka yang menggema di sepanjang lorong.

Namun, saat akhirnya mereka melewati pintu besar berlapis baja dan keluar dari terowongan gelap, pemandangan di depan mereka membuat semua orang terdiam.

The Heptagon Academy berdiri megah di hadapan mereka, bangunan utama Akademi ini tidak terlihat seperti sekolah militer biasa, tetapi lebih menyerupai benteng rahasia dengan desain arsitektur modern bercampur klasik.

Dinding luar berwarna hitam pekat dengan logo segi tujuh The Heptagon yang terpahat di pintu masuk utama. Menara pengawas berdiri di setiap sudut kompleks, menandakan tingkat keamanan yang sangat ketat. Jendela-jendela besar memantulkan cahaya bulan, menambah aura misterius dari tempat ini. Kamera tersembunyi dan sensor keamanan tertanam di setiap sudut, memastikan tidak ada satu pun yang bisa melarikan diri atau menyusup tanpa terdeteksi.

Banyak siswa yang terdiam, mencoba memahami tempat apa yang sebenarnya sedang mereka masuki.

Thomas menelan ludah. "Jadi ini... The Heptagon Academy," bisiknya pelan.

Alex, yang berdiri di sebelahnya, menyeringai. "Lebih besar dari yang aku bayangkan."

Sementara Diego hanya menatap ke sekeliling dengan ekspresi penuh waspada. "Tempat ini dibuat untuk menciptakan monster... Aku bisa merasakannya."

Mereka akhirnya tiba di gedung asrama utama, sebuah bangunan besar dengan interior yang mencerminkan keseimbangan antara kenyamanan dan disiplin militer.

Setiap kamar memiliki empat tempat tidur susun, meja belajar, dan lemari pribadi. Tidak ada pernak-pernik berlebihan, hanya fungsionalitas yang menandakan bahwa tempat ini bukanlah untuk bersantai.

Thomas ditempatkan di Kamar 27, bersama dengan Alex, Diego, dan satu orang lagi yang belum ia kenal.

Saat mereka memasuki kamar, seorang pemuda dengan rambut pirang pendek yang rapi sedang duduk di ranjang atas sambil mengutak-atik perangkat elektronik kecil.

Ia menoleh sekilas ke arah mereka dan berkata dengan suara dingin. "Jadi, kalian teman sekamarku?"

Alex menaikkan alis. "Ya, kalau kau tidak keberatan."

Pemuda itu mengangguk ringan. "kenalin saya Flynn dari Rusia. Mantan peretas sebelum dijebloskan ke Akademi ini."

Diego tertawa kecil. "Mantan peretas? Jadi kau direkrut karena keahlian itu?"

Flynn menyeringai. "Kau pikir hanya pembunuh yang dibutuhkan organisasi ini? Aku bisa meretas sistem keamanan Pentagon kalau aku mau."

Thomas hanya menghela napas. "Sepertinya, setiap orang di tempat ini memiliki bakat yang berbahaya."

Setelah beberapa menit berbincang dan berkenalan, mereka akhirnya mulai membiasakan diri dengan ruangan baru mereka. Namun, sebelum sempat benar-benar beristirahat,

suara keras dari pengeras suara menggema di seluruh asrama.

"Seluruh siswa baru, bersiaplah untuk upacara penerimaan dalam waktu 10 menit. Kalian harus hadir di aula utama tepat waktu. Keterlambatan tidak akan ditoleransi."

Mereka tiba di aula utama The Heptagon Academy, sebuah ruangan luas yang menyerupai amfiteater raksasa dengan desain futuristik. Langit-langit tinggi yang dihiasi lampu LED membentuk pola segi tujuh, sementara panggung utama berdiri megah di tengah ruangan dengan kursi hitam besar yang masih kosong di atasnya.

Sekitar 50 siswa baru berdiri dalam barisan yang sempurna, mengenakan seragam hitam tanpa lencana.

Semua orang menahan napas, merasakan tekanan luar biasa yang menggantung di udara.

Lalu, pintu utama aula terbuka perlahan.

Suara langkah kaki menggema di seluruh ruangan.

Dari balik pintu, muncul sosok berjubah hitam dengan topeng emas.

Dialah Mr. Patriot. (Salah satu The council, Bernama lengkap Edward Trump, berusia 60 tahun, berpostur tinggi dengan Kharisma yang sangat memukau).

Tidak ada suara. Tidak ada bisikan.

Seluruh siswa menegang, merasakan kharisma luar biasa dari pria yang kini berdiri di hadapan mereka.

Ia berjalan menuju kursi hitam besar di panggung utama, lalu duduk dengan anggun. Tatapannya menyapu seluruh siswa dengan dingin.

Kemudian, dengan suara berat yang menggema di seluruh aula, ia berkata:

"Hari ini, kalian bukan lagi manusia biasa."

"Kalian adalah calon penguasa dunia bawah. Sejak detik ini, kalian tidak memiliki identitas. Kalian hanya memiliki satu tujuan bertahan dan menjadi yang terbaik."

Tiba-tiba, seluruh aula berguncang.

Dari langit-langit, tujuh layar besar turun perlahan, menampilkan wajah para instruktur Akademi yang akan melatih mereka.

Salah satu layar menampilkan Sergei Antonov "The Executioner", seorang mantan agen pembunuh bayaran.

Layar lainnya menampilkan Dr. Eleanor Weiss "The Enigma", ahli psikologi dan manipulasi sosial.

"Mereka akan menempa kalian. Mereka akan membentuk kalian menjadi sesuatu yang lebih dari manusia. Dan jika kalian gagal…" Mr. Patriot berhenti sejenak, suaranya semakin dingin.

"Kalian tidak akan meninggalkan tempat ini hidup-hidup."

Lampu redup. Tirai menutup.

Dan dengan itu, Thomas dan 49 siswa lainnya secara resmi memulai perjalanan mereka di dalam The Heptagon Academy.

Saat Tirai mulai tertutup Thomas terlihat mengepalkan tangannya, merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Alex tetap diam, tetapi tatapannya penuh kalkulasi, seolah sudah mulai menyusun strategi untuk bertahan. Diego menghela napas berat, tetapi matanya menunjukkan keteguhan hati. Flynn menyeringai tipis. Baginya, ini hanyalah tantangan baru yang harus ia taklukkan.

Dan dengan itu, pendidikan mereka sebagai calon anggota The Heptagon resmi dimulai.