Hari ini adalah hari dimana aku akan pindah kota untuk sekolah bersama adik baru, setelah ayahku menikah lagi dengan ibu Sulastri yang akan menjadi ibu sambungku.
Ibu kandungku telah meninggal dua tahun yang lalu. Hingga membuat ayahku tidak sanggup mengurus ku seorang diri. Sampai akhirnya beliau menikahi seorang wanita beranak satu untuk membantunya mengurusku.
Dengan memakai kacamata hitam yang dipakai, rambut terurai panjang ke punggung dan bibir merah merona seperti cabai rawit. Melihat jalanan kota Cirebon dari Bali kaca kereta api yang dia naiki.
Dia adalah Revina cahaya Putri seorang murid kelas 1 SMA yang baru saja dipindah untuk ke sekolah baru bersama dengan anak dari ibu sambungnya.
Saat perjalanan kereta akan memasuki stasiun, Revina melihat kota Cirebon yang begitu sangat ramai di sore hari. Tak lama kereta berhenti di tempat stasiun Cirebon kota.
Revina yang melihat ayahnya tertidur pulas dia menepuk pipi sang ayah untuk bangun dari tidur lelapnya.
Perlahan mata pak Ahmad terbuka , dan langsung berkemas untuk meninggalkan gerbong kereta api.
Dengan lantunan lagu khas Cirebon dan sapa ramah petugas stasiun. Membuat mereka tersenyum lebar dengan keindahan suasana di kota Cirebon.
Saat sudah di luar stasiun, terdengar suara perut yang lagi demo meminta diisi. Mereka berjalan sambil melihat makanan yang cocok untuk dimasukkan ke dalam perut mereka. Setelah lama melihat, mereka mampir sejenak untuk memakan makanan khas kota Cirebon.
Empal gentong. Dengan kuat berisi jeroan sapi yang begitu enak. Vino sampai berkaca-kaca senang saat mencicipi hidangannya.
Tidak lama setelah makan Revina dan pak Ahmad sudah ditunggu oleh Rio dengan ibu barunya di depan tugu stasiun..
Revina melotot tajam ke arah pria itu. Namun hal itu diabaikan oleh Rio dengan sifat dinginnya.
"Ayah kenapa kau kenali Vina sama kembarannya Budi aduk ini" ucapin na menunjuk Rio dengan jari tengahnya.
"Revina! Jangan begitu! Dia itu sudah jadi adik barumu sekarang, jaga sifat kamu. "Ngomel pak Ahmad tegas.
Sambil memegang pergelangan tangan Rio dan Vina ,pak Ahmad menyuruhnya untuk berkenalan .
"Kenalan dulu sama saudara barumu "lanjut marah-marah.
"Revina panggil saja Vina "sambil membuang muka.
"Sok ganteng najis" celotehnya.
"Rio" jawab judes pria itu sambil berbisik pelan ke telinga Vina "gue ada kaca nih, lu mau ngaca? Muka mirip Mpok Nori bawelnya sok ngartis "
"Brengsek lu bilang apa" Jawa Vina sambil mengeraskan kepalan tangan.
"Refina itu orang baik jadi jangan galak-galak Rio, dan juga Vina sudah cukup! "Ucap pak Ahmad galak.
"Ya pah" Rio dan refina menjawab kompak.
Tak lama ibu Sulastri yang sebagai ibu sambungnya Vina berkenalan dengannya.
Di sini ibunya bilang kalau Vina kesusahan jangan sungkan untuk meminta bantuan kepadanya.
"Baik bu" jawab singkat Vina.
Tampaknya keakraban Riau dan Vina di sini dipertanyakan karena mereka saling menatap tajam setelah berkenalan.
"Apa lihat-lihat gue kayak gitu!" Bentak Revina keras meloto tajam berjinjit di depan Rio.
Bukannya takut Rio malah nantang.
"Lu bawel juga kambing, mau gue sate lu!" Katus Rio.
"Udah cukup kalian berdua! Kalian ini sudah jadi keluarga, yang akur Rio Vina" marah sang ayah membuat mereka berdua ciut terdiam.
Setelah mereka berkenalan dan berbincang mereka menuju ke rumah barunya yang ada di kota Cirebon.
Revina terkagum-kagum dengan rumah barunya di kota ini, sebelumnya Vina juga pernah bersekolah di sini saat masih SD, namun rumahnya dulu tidak sebagus yang sekarang.
"Apa sudah senang Vin sama rumah yang sekarang?"pak Ahmad menyentil.
"Banget" jawaban singkatnya Vina
Berbeda dengan Rio saat masuk dia hanya bisa diam dan cuek saat masuk rumah."anak kambing, gue bakal serumah dengan nenek lampir yang galak" sindirnya pelan.
"Kedengeran goblok ! "Bentak Vina yang kemudian melotot ke arah Rio.
Ibu Sulastri mengucapkan rasa syukurnya atas pernikahannya dan bisa berkumpul dalam satu atap dengan masing-masing anak-anaknya.
Kedua orang tua dari anak-anak itu terengah melihat kedua anaknya yang masih dalam perseteruan.
" Woi bocah, cepat ambilin minum gue haus "Ketus Revina yang sambil duduk santai di sofa.
"Lu bisa sedikit lembut gak sih! Lu tuh cewek "teriak Rio dari arah berlawanan.
Orang tua merespon dengan menggelengkan kepala sekali dua kali "sudah cukup kalian berdua, astagfirullah" teriak pak Ahmad.
Sahut Bu Sulastri " tidak apa-apa mas, biasa aja pasti saya Didik nanti Vina dengan baik dan menjadi wanita berkarir "ucap janji seorang ibu yang berumur 38 tahunan itu.
Pak Ahmad di sini hanya tersenyum mendengar perkataan istri barunya. Di dalam hatinya pak Ahmad meminta maaf kepada istrinya yang telah mendahuluinya.
Tiba-tiba pak Amar refleks menoleh Rio mengambil botol minuman dingin yang masih tersegel utuh dalam plastik belanjaannya.
BRUKKK!!!
BOTOL MINUMAN DITARUH DI MEJA DENGAN KERAS OLEH RIO YANG MEMBUAT BINA MURKA.
"Minum cepat, kalau nggak gue buang" ketus Rio
Vina bangun dan menatap wajah Rio dengan mata membelalak sedangkan Rio menetap balik ke arahnya. Pak Ahmad yang sudah tidak tahan melihat mereka memisahkan mereka dan menyuruhnya untuk pergi ke kamarnya masing-masing.
"Vina cepat kamu masuk kamar, istirahat dulu pasti capek kan bepergian jauh, sebentar lagi kamu juga sudah mulai sekolah" ucapnya
Dan ibu Sulastri hanya menggelengkan kepala saat melihat kelakuan anak-anaknya.
Saya di kamar Revina yang mau tidur dengan pakaian tanktop putih dengan hot pants yang dikenakannya , Rio masuk tanpa mengetuk pintu. Perseteruan mereka kembali berlanjut saat di kamar.
" woi bodoh ini kamarku "bentak Rio
" Kau yang bodoh masuk kamar tanpa mengetuk pintu "jawab Revina yang mengelak.
Rio yang sudah tidak kuat dengan sifat angkuh Vina, dia menarik pergelangan tangan Vina untuk keluar dari kamar tidurnya.
" Nggak! "Revina melepas genggaman tangan Rio dan berlari melempar bantal ke wajah Rio.
Rio yang sudah kesal membunyikan jari-jari tangannya dan melompat terjang ke arah Revina. Gadis itu refleks menjauh dan hampir mengeluarkan suara jeritan dari mulutnya.
"Kena" ucap ringkas Rio saat memegang kembali lengan Revina yang membuat Vina berputar badan.
Brukk!!!
Mereka terjatuh bersama dan berpelukan di lantai dengan saling menatap yang membuat mereka terdiam membeku.
Wajah Revina memerah seperti kepiting rebus. Rio melepas pelukan dan merangkak seperti bayi untuk mengikis jarak.
Revina keluar dari kamarnya Rio " jangan modus lo "ucap seuntai kata yang keras dari bibir mungil gadis tersebut.
"Lu bisa kasih lebuh sedikit jadi cewek" teriak-rio yang membangunkan seisi rumah.
Ayah dan ibunya berlari menuju ke tempat mereka dan langsung menyuruh mereka untuk tidur .
Keesokan harinya di pagi hari terlihat mata Revina melotot mengarah kepada Rio yang sedang terburu-buru untuk bermain. Revina hanya cuek menyalakan televisinya sambil rebahan santai di sofa tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan Riau untuk kedepannya.