Chapter 2 - Keluarga

Setelah menenangkan dirinya dari berbagai gejolak emosi, ekspresi nya menjadi penasaran dan berfikir dengan hati-hati.

'Apa yang membuat nya menyukaiku?'

Leon sangat bingung.

Dia melihat lemari di samping nya saat dia melihat tampilan dirinya dari cermin.

'Apa karena penampilan ku?'

Alis Leon mengerut.

'Sepertinya tidak'

Leon tidak narsis, tapi dia memang Sangat tampan, bahkan lebih tampan dari kebanyakan pria yang bisa di kategorikan pria tampan di majalah lokal.

Dalam hal ini, dia mendapatkan penampilan nya dari kedua orangtuanya.

Kulit putih bersih layaknya seorang wanita, Wajah lancip dengan rambut kuning redup, Alis yang tajam, dan bibir kecil yang agak merah, dan warna Mata paling langka di bumi, yaitu Ungu agak redup.

Kulit putih bersih dan warna matanya adalah mutasi, yang dapat di katakan penyakit bawaan sejak dia lahir. Itu membawa berkah dan kutukan pada saat bersamaan.

'Apa karena aku terlalu memanjakan nya?'

Leon berfikir saat dia mengingat kedekatan nya dengan Rinia serta karakter nya.

Dia ingat bahwa Rinia hanya akan bermanja-manja selayaknya nya Putri yang manja di sekitar nya, bahkan orang tua Leon tidak terlalu memanjakan nya.

Dia bahkan menuruti kemauan adiknya karena menurutnya saat dia bertingkah, dia terlihat imut. Tapi karena dia juga sangat menyayangi Adiknya, itu membawa malapetaka baginya dan adiknya.

"... Sepertinya itu memang salahku ...". Leon menghela nafas.

Dia berdiri dan berjalan ke meja belajar nya, dia merenung saat berbagai pikiran terlintas di benaknya.

"Apa yang harus aku lakukan? Haruskan aku menjauhinya? Tidak, itu tidak cukup. Harus ada rangsangan yang cukup agar itu berpengaruh.."

"Aku juga tidak boleh terlalu berlebihan, Aku tidak ingin dia membenciku sepenuhnya, bagaimanapun dia masih adikku..."

Leon mengetuk-ngetuk buku di depannya dengan pulpen saat dia terus bergumam.

Segera buku tersebut di penuhi dengan coretan dan tulisan, beberapa dia silangkan dan juga di bundari dengan tinta.

"Baiklah, Ayo lakukan ini". Leon mengangguk dengan serius.

•••••••

Pagi.

Leon membuka matanya saat sinar matahari menembus jendela kamarnya.

Dia menyipitkan matanya dengan tidak nyaman saat dia menguap.

Dia berjalan di balkon kamar saat dia membuka jendela.

"Pagi yang indah seperti biasanya...". dia menghirup udara dan menghembuskan nafas.

Matanya mencerminkan pemandangan gunung Salju yang indah di kejauhan serta telaga dengan warna air hijau di bawahnya, serta hutan dengan kicauan burung yang sangat merdu selayaknya negeri dongeng.

Switzerland. Negeri yang di anugerahi sebagai surga bumi paling indah di dunia.

Dari segi geografis dan Alam yang natural menjadikan nya Negeri selayaknya Dunia dongeng dalam cerita Fiksi atau Film fantasi.

Setelah mandi dan berganti pakaian sekolah. Leon turun kelantai pertama.

Berjalan ke dapur, Leon melihat Ayah dan Kakak perempuan nya sudah duduk di meja makan.

Eric Bastein, Itulah Nama Ayahnya, Dia memiliki rambut kuning redup, dan wajah tampan dengan kumis tipis, bertolak belakang dengan Wajahnya yang Agak dingin, dia sangat Ramah dan pria yang menjunjung tinggi tata krama.

Ayahnya berdarah Inggris, Dan layaknya orang Inggris pada umumnya, penampilan nya masih seperti pria umur 30 walaupun telah menginjak usia 40 lebih, walupun dia memang merawat dirinya dengan baik.

Sedangkan kakak perempuannya, Tidak banyak yang bisa dia katakan selain kata 'Sangat cantik'.

Dari wajah, bentuk tubuh, dan pesona. Jika di deskripsikan, dia akan memberikan nilai 9,5/10.

"Pagi Ayah, Kakak...". Sapa Leon sambil duduk di samping Lilian, Kakaknya.

"Mm". Eric mengangguk sambil membaca koran paginya.

"Pagi..". kata Lilian sambil menatap adiknya. "Hei, Apa yang di lakukan Rinia di kamar mu tadi malam?"

Tangan Leon yang memegang cangkir kopi langsung Gemetar.

Jantung nya berdetak kencang saat dia melihat ekspresi kakak nya yang penasaran.

'...Apa dia tau sesuatu?'. Leon gugup.

"Oh, dia hanya bertanya padaku kenapa aku memilih jurusan Media komunikasi dan penyiaran, bukannya modeling Atau bisnis industri..". kata Leon dengan santai yang untuk menutupi kegugupannya.

"Oh..". Lilian langsung kehilangan minat.

Leon diam-diam menghela nafas lega.

Eric menatap Putra nya dan bertanya sambil membalik koran. "Apa kamu benar-benar tidak ingin menjadi Seorang model? Aku punya teman yang ingin kamu menjadi bagian dari agensinya."

"Apa itu paman David?". Tanya Leon.

"Iya, Apa dia sudah menghubungi mu?". Eric mengangguk.

"Mm, butuh banyak alasan untuk menolak nya, jadi aku agak merasa bersalah, tolong ucapan terima kasih untuk ku, Ayah!".

"Ok".

"...Aku sama sekali tidak mengerti, Kenapa kamu ingin menjadi Seorang Anggota kru Film? Apa kamu ingin menjadi Sutradara? Reputasi dan gaji sutradara yang tidak dikenal sangat kecil, dan reputasi nya juga harus dibangun sedikit demi sedikit.." kata Lilian sambil mengetuk pipi dengan jarinya.

Leon tersenyum. " Itu hanya salah satu alasan, Setelah aku lulus. aku akan bergabung dengan perusahaan Y&M untuk melihat naskah dan Syuting beberapa film yang berpotensi besar dan bahkan Box Office".

"Oh? Bagaimana dengan itu?". Eric langsung menunjukkan ketertarikan.

"...Sebenarnya ini bukan Rahasia, Tetapi biasanya Perusahaan akan menginvestasikan Film yang menurut mereka memiliki potensi, tetapi bahkan jika kedepannya film itu tidak akan terkenal, Investor dan pihak pemasaran akan membuat Film tersebut di kenal pasar sebagai 'Barang bagus'".

"Karena itu, tahap awal pemasaran merupakan hal yang paling utama, karena dengan menanamkan benih pada masyarakat bahwa film itu layak untuk di tonton dan memberikan distribusi yang banyak pada Bioskop, Penonton pada hari pertama sampai kelima biasanya akan melonjak tinggi di bioskop".

"Dari pemasaran tersebutlah investor akan mendapatkan untung, bahkan jika kedepannya jika rating Film tersebut anjlok, orang-orang akan berfikir itu masih layak untuk di tonton, jadi keuntungan bersifat berkepanjangan. Bahkan mungkin akan mendapatkan hak siar Televisi."

"Mm, itu pemikiran yang baik, tetapi investasi semacam itu akan merugi kedepannya jika uang yang di dapatkan lebih sedikit di banding yang di investasikan". Eric menggelengkan kepalanya

"Yah, itu adalah kekurangan nya. Tetapi bagaimana jika kita hanya menginvestasikan jumlah yang sedikit?". Leon tidak membantah. "Karena Hak cipta, pihak perusahaan biasanya akan menutupi masalah internal semacam ini, dan pihak pemasaran biasanya yang menghubungi investor bahkan jika film tersebut terbilang biasa saja. Dan dengan memasuki badan internal perusahaan, kita akan tau film seperti apa yang layak di investasikan."

"Juga, Para investor memiliki pendapat tinggi untuk menuntut Penyiar agar menjual Hak cipta Film keluar negeri dengan biaya rendah tetapi keuntungan yang tinggi".

"Maksudmu kamu hanya ingin berinvestasi kecil kecilan? Itu memang pilihan yang bijak. Kerugiannya lebih kecil di banding keuntungan nya".

Eric kagum dengan pemikiran Anaknya, ini adalah salah satu faktor yang harus di perhitungkan oleh banyak investor.

Ini memang bukan rahasia, karena Swistzerlan tidak terkenal dengan filmnya, banyak investor menanam Beberapa mata-mata pada perusahaan perfilman untuk mencari film yang memiliki potensi bisnis, Termasuk dirinya.

Dia hanya kagum dengan betapa cepat Leon mengetahui hal ini.

"Bagaiman menurut mu dengan pemasaran dan Investasi Film luar negeri dan dalam negeri jika waktu tayang nya sama?". Eric bertanya.

Leon berfikir sejenak sebelum berkata. "Menurutku potensi film luar negeri memang tinggi, tetapi persaingan dalam investor nya yang jadi masalah utama, jadi menurut ku investasi pada film dalam negeri masih layak, tentu saja itu dengan premise bahwa itu layak di investasi kan"

"juga cara terbaik adalah menghindari waktu tayang dengan Film luar negeri yang masuk yang mungkin terkenal. Dan waktu tayangnya berdekatan untuk menghindari kerugian."

Lilian Melihat bolak balik antara Ayah dan Adik nya yang masih terus membahas tentang film yang membuat nya agak muak.

Langkah kaki terdengar dari dapur, setelah itu, sosok wanita cantik keluar dengan mendorong meja roda yang berisi berbagai macam makanan.

"Ah, Pagi ibu". Leon berdiri dan berjalan membantu ibunya menyajikan hidangan di meja.

"Pagi Leon." Clara Tersenyum manis pada Leon sebelum melihat anak tertuanya yang fokus bermain Gadget.

"Lihat,Leon. Dan lihat dirimu sendiri.". Clara menggelengkan kepala. "Aku tidak tau apa aku masih mempunyai anak perempuan atau tidak..".

Lilian mengeluh. "Ibu, Aku tidak ingin jari ku lecet. Bagaimanapun aku adalah model terkenal. Aku harus menjaga Penampilanku yang sempurna.".

"Ibu, Apa aku bukan anak perempuan mu?". Sebuah suara terdengar dari lantai.

Rinia berjalan ke arah mereka sambil cemberut. 

"Huh, Kamu cuma pembuat onar, Anak ku yang sebenarnya cuma Leon."

"Ck, pilih kasih, Sudah seperti Sinema Anak angkat". 

"Kalau begitu bantu ibu memasak dan membersihkan rumah". Kata Clara sambil menatap Rinia dengan senyuman.

"Eh..Me-menurutku aku tidak membantu sama sekali.". Rinia malu dan tatapannya langsung tertuju pada Leon. "Juga..Tidak buruk menjadi anak angkat...".

Leon langsung mengerutkan keningnya.

"Huh, Dasar manja.". Kata Lilian dengan nada Menyindir.

"Hmph, ini bukan urusanmu!".

Pagi yang cerah disertai dengan percakapan keluarga nya membuat Leon merasa ini hari yang baik seperti biasanya, jika bukan karena tatapan Rinia yang sesekali membuat nya merasa tidak nyaman.

"Oh, Leon. Kapan hari kelulusan mu berlangsung?". Tanya Ibunya.

Leon berfikir. "Mungkin sekitar 5 hari lagi...".

Leon menatap Ibu dan Ayah dengan penuh harap.

Clara dan Eric salah memandang. "Maaf Leon, Seperti nya kami tidak bisa menghadiri perayaan mu..".

"Oh..". Gumam Leon dengan datar, tapi tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya di matanya 

"Ayahmu memiliki meeting di Italia dengan seorang investor dan kami akan berangkat dalam 3 hari...". Clara mendesah saat melihat Leon yang kecewa walaupun dia menyembunyikan nya dengan baik. "Tapi tenang saja, Jika itu berakhir dengan cepat, kami akan langsung pulang."

"Tidak papa, bagaimana pun, aku tidak ingin menggangu pekerjaan kalian,lagipula Meeting lebih penting Dari pada upacara biasa.". Leon tersenyum.

"Lilian, bagaimana jika kamu menghadiri kelulusan Adikmu?". Clara merasa bersalah pada anak laki-laki nya, jadi dia melihat Lilian.

"Tidak." Lilian langsung menolak

"Kamu..!". Clara langsung marah.

Leon hanya tersenyum melihat mereka mulai berdebat lagi.

Leon tidak bisa memaksakan mereka menghadiri kelulusan nya, lagi pula seperti yang dia katakan, ini hanya upacara formal biasa.

Tetap saja dia memiliki keinginan Egois untuk membuat Ibu dan Ayah nya menghadiri kelulusan nya, dan penolakan mereka membuat nya agak kecewa, tapi hanya itu saja.

Lagipula pekerjaan mereka mengharuskan mereka untuk terbang bolak-balik antara negara untuk menegosiasikan harga untuk film yang akan mereka investasi kan di Swiss.

Ayahnya adalah Seorang Ceo perusahaan Investor perfilman yang berfokus pada investasi luar maupun dalam negeri, dia mewarisi nya dari kakeknya. Dan ibunya adalah sekertaris pribadi Ayah nya, jadi di manapun ayahnya pergi, dia akan ikut.

Dia sudah terbiasa dengan ini. Dari kelulusan nya dari sekolah dasar, mereka sibuk, kelulusannya saat sekolah menengah pertama, mereka ada di luar negeri. Dan begitu pula sekarang.

Perbedaan nya sekarang dia sudah belajar menerima nya di banding dulu.