Chapter 3 - Alan

Setelah sarapan, Leon membantu ibunya membereskan sisa makanan dan mencuci piring.

Karena Clara tidak ingin menyewa Pembantu rumah dengan alasan keamanan, Ayahnya Setuju.

Walaupun Swiss terkenal dengan Norma hukum yang ketat, masih akan ada kasus di mana pencurian terjadi.

Bahkan jika jarang terjadi, masih akan ada kasus di mana seorang pembantu membobol berkas penting dan bahkan menjual nya secara rahasia pada perusahaan pesaing.

Clara tidak ingin pencurian terjadi di rumah nya yang memiliki banyak berkas penting dan rahasia perusahaan, bagaimanapun seseorang harus mengutamakan keamanan.

Mereka hanya memperkerjakan Penjaga keamanan dan tukang kebun.

"Kami berangkat dlu". Rinia melambai pada Clara.

•••••

Leon melihat pemandangan dari kaca mobil dan bertanya pada Lilian.

"Kakak, Kapan kamu punya waktu luang?".

Lilian yang sedang mengemudi melihat Leon dari kaca belakang.

"Mungkin 2 atau 3 hari kedepan, Kenapa?".

"Aku ingin mengunjungi kampus mu, bisakah kamu menemaniku?". 

Rinia yang bercermin dan merapikan Make-up nya langsung berbalik dan memandang kakaknya dengan penasaran.

"Apa kamu ingin berkeliling melihat-lihat? Aku ikut!".

Leon menggelengkan kepalanya.

"Ini kunjungan kampus, bagaimana pun aku akan menetap di sana selama beberapa tahun, Aku juga penasaran dengan kehidupan kampus. juga kamu tidak boleh membolos".

'Menetap?'. Rinia bingung.

"Oh?~Apa kamu ingin melihat-lihat gadis cantik? Tenang saja, kakak mu ini memiliki beberapa kenalan, mereka sangat cantik, Aku akan memperkenalkan mereka padamu~". Lilian tersenyum menggoda.

Mata Rinia langsung berubah tidak ramah. "Hmph, Mereka hanya Vixen, tidak layak bagi saudara ku!"

"Apa hubungan nya ini dengan mu?". Kata Lilian.

"Tentu saja ada hubungannya!". Rinia cemberut.

"Tentu saja tidak seperti itu. Jika aku ingin mengenal seorang wanita, Aku tidak perlu metode kuno seperti itu." Leon menggelengkan kepalanya. "Aku hanya perlu menunjuk mereka, dan mereka dengan senang hati akan menjadi pacar ku." kata Leon dengan bangga.

"Huh, Narsis." kata Lilian dan Rinia secara serempak.

"Yah bagaimana pun cantik nya mereka, Aku ragu mereka secantik Kedua Saudariku..". Leon menghela nafas.

"Hm, akhirnya ada Fakta yang keluar dari mulut mu." kata Lilian dengan senang, Bagaimana pun wanita umumnya adalah seorang yang mementingkan penampilan, dan memuji mereka akan membuat mereka merasa sangat senang.

Itu juga berdasarkan fakta bahwa Lilian dan Rinia memang sangat Cantik.

Lilian memiliki rambut cream, wajah oval yang indah dan hangat, Mata berwarna coklat yang di warisi dari Clara, hidung mancung, serta bibir lembut yang sangat indah jika tersenyum dan bahkan cemberut membuat seseorang sangat ingin mencium nya.

Tidak hanya itu, Tubuh Lilian sangat Menggoda, Ukuran dadanya sangat besar, Bahkan lebih besar dari ibunya. Itu saja sudah menambah Pesona extra pada kecantikan nya.

Bahkan Leon sulit melihat apakah ada wanita di luar sana yang lebih cantik dari pada Kakak perempuan nya.

Sedangkan Adik perempuan nya, Rinia. Dia lebih ke segi wanita yang agak dingin tapi manis di Banding kakaknya yang hangat tapi dingin, dia mewarisi Karakteristik ayahnya yang dingin.

dia Memiliki rambut kuning redup seperti Leon, wajah nya juga indah di tambah mata coklat kehitaman yang mempesona membuat seseorang linglung jika menatapnya begitu lama.

Tubuhnya masih berkembang, tetapi tetap lebih menggairahkan dari teman sebayanya. Tapi sifatnya lebih mirip ibunya dari pada Ayahnya, membuat nya sangat imut bahkan jika hanya cemberut.

Leon sadar akhir-akhir ini Rinia lebih merawat Penampilannya dan bahkan sesekali menggodanya, jika bukan karena pengakuan nya malam itu, dia akan terus memuji dan memanjakannya.

"Leon...Leon!". Teriak Lilian sambil cemberut.

"Y-ya? Ada apa?". Leon akhirnya tersadar dari lamunannya saat mendengar teriakan Kakaknya.

"Kita sudah sampai." kata Lilian.

"Ah..". Leon melihat kaca dan melihat Pintu masuk sekolah nya. "Begitu cepat?".

Sekolah Nya berjarak 30 menit naik mobil dari Rumahnya, dia tidak sadar bahwa sudah sampai begitu cepat.

"Ada apa dengan mu? Apa ada yang salah?". Lilian menatapnya.

"Ah? Tidak ada apa-apa...". Leon melihat dari sudut matanya Saat Rinia Menyapa temannya di pintu masuk. "Aku Baik-baik saja..". kata Leon sambil membuka pintu mobil.

Memikirkan Rinia tadi malam membuatnya memiliki banyak pikiran.

Dan tentang rencananya untuk Rinia membuatnya sakit kepala, jadi dia merasa agak tersesat.

"Terima kasih, Aku pergi dulu". Leon tersenyum saat Melambai.

Lilian Menyipitkan matanya. "Ada Apa dengan anak ini?".

Tidak biasanya dia melihat adiknya linglung sangat lama, Bahkan saat dalam perjalanan dia melihat Leon terus melamun, siapa pun akan tahu bahwa dia memiliki banyak pemikiran.

Dan bahkan Rinia bertingkah aneh, dia tidak tau apa yang aneh dari adik perempuan nya, tapi dia merasa Dia berbeda dari biasanya, meskipun biasanya dia akan tetap bermanja-manja dan menggoda Leon, akan ada batas tertentu.

Tapi hari ini berbeda, Dia bahkan akan sesekali mencuri pandang pada Leon, dan matanya memancarkan harapan dan... Cinta?

Rinia memang sangat dekat dengan Leon, bahkan sejak kecil mereka sudah seperti magnet, Dan ketergantungan Rinia pada Leon sudah dia ketahui sejak kecil.

Hanya saja dia sangat berbeda hari ini, dia terlihat seperti gadis yang sedang jatuh cinta...

"Ah! Apa yang aku pikirkan!". Lilian menggelengkan kepalanya. "Tidak Mungkin dia mencintai saudaranya sendiri, bukan?". 

•••••

Leon menyusul Rinia saat dia saat ini menyingkirkan rencananya. Saat ini, dia hanya ingin melihat Apakah Rinia akan melakukan apa yang dia katakan, Jika tidak ada perubahan, dia akan melakukan rencana nya.

Swistzerland adalah negara yang agak bebas, jadi pasti akan ada 1 atau 2 orang yang memiliki hobi khusus seperti menyukai sesama jenis, meskipun banyak orang akan menentang ide tersebut dan mengisolasi nya jika melihat orang seperti itu.

Bahkan menyindir mereka hingga membully pelaku tersebut adalah semacam kebiasaan di sini.

Jika Rinia di ketahui Mencintai Saudaranya sendiri, dia tidak bisa mengatakan apa yang akan terjadi...

Leon tidak ingin Rinia di perlakukan sama oleh orang-orang itu, jadi dia berharap Rinia akan menghilangkan pikiran nya itu.

Leon tersenyum saat dia menyapa teman Rinia saat dia berjalan masuk.

"Ahh! Senior menyapaku, Aku sangat senang!". Gadis itu hampir menjerit saat dia menepuk tangan Rinia. "Kakak ipar, kakak Ipar, Apa kamu melihat itu?"

"Jangan Panggil aku kakak Ipar!". Rinia tidak senang. 

Dia sudah mendefinisikan Leon sebagai miliknya, dan hanya untuknya saja, dia tidak akan mentolerir Wanita yang dekat dengan kakaknya yang tercinta. Bahkan jika itu temannya.

"Ayo masuk!". Kata Rinia sambil menyusul Leon.

"Kakak, Aku membuat bekal untuk mu. Jadi tidak perlu ke kantin, Aku akan datang ke kelas mu nanti saat jam istirahat!". Rinia tersenyum cerah saat dia memegang lengan Leon.

Di rumah, dia akan menahan diri karena ada orang tua dan kakak perempuan nya yang memperhatikan gerak-gerik nya, tapi di sekolah dia akan bebas melakukan apa saja dengan Pria yang dia cintai karena mereka tau mereka bersaudara.

"Ini...". Leon agak ragu, Tapi melihat mata penuh harap adiknya yang imut, dia tidak tega menolaknya dan hanya bisa mengangguk. "Baik...".

"Hehe~, kalau begitu sampai jumpa, Kakak". Kata Rinia sambil mengambil jalan ke arah kelasnya.

Leon menghela nafas. "Pada akhirnya, Aku masih tidak tega menolaknya...".

•••••

Saat Leon masuk ke kelas nya, Dia sudah melihat hampir semua teman kelasnya datang.

"Pagi Leon~". Kata seorang gadis yang mengedipkan mata pada nya.

"Selamat pagi Leon, Apa tidur mu nyenyak?". Kata gadis lainnya 

"Pagi semua nya!". Leon tersenyum pada mereka.

Mirisnya, Hanya para Gadis dari kelasnya yang menyapanya, Dan tidak satupun dari teman laki-lakinya yang menyapa, bahkan teman baiknya.

Sedangkan para Pria hanya memutar mata ke arahnya dan bahkan bergumam tidak senang.

Bagaimanapun dia sudah terbiasa, jadi tidak terlalu mempengaruhi nya.

Dia berjalan ke bangkunya saat dia mendengar gumaman teman baiknya.

"Hari yang baik seperti biasa ya, Pangeran?". Kata Alan dengan sarkasme.

Alan adalah pria yang agak tampan yang berwajah tegas, dengan rambut coklat dan mata abu-abu, dia adalah Devinisi orang Swiss normal.

"Yah, Bagaimanapun aku sangat tampan". Leon tersenyum bangga.

"Ck, Sangat Narsis!". Dia menggerutu.

"Itu Fakta, Kawan.". Leon merangkul bahu Alan.

"Hmph, Enyahlah, aku tidak memiliki teman seperti mu." Alan mengindari tangan Leon.

"Katakan saja kamu hanya iri". Leon tertawa.

"Yah aku iri, Apa itu masalah?". Alan marah.

"Wow, kawan, Sekarang kamu mengakuinya! Apa kamu benar-benar Alan? apa kamu alter ego nya?". Leon menyipitkan matanya.

"Hahaha, Kamu Sialan, kamu benar-benar membuatku marah". Alan melompat saat dia merangkul leher Leon Dengan lengannya.

Setelah itu dia dan leon saling bertengkar, tentu saja itu tidak sampai menyakiti satu sama lain, bagaimanapun itu adalah candaan biasa mereka.

Saat Bell pelajaran berbunyi, mereka berhenti bercanda.

Alan menopang dagunya saat dia mengeluh. "...Aku akan kuliah di luar negeri!".

"Kamu sudah memutuskan nya?". Tanya Leon sambil meminum Air.

"Yah, Ibu ku memaksaku, jika aku tidak menuruti keinginannya, Kartu ATM ku akan di bekukan, Apa lagi Yang bisa ku lakukan?".

"Itu hal yang baik, Tidak semua orang bisa belajar dari luar negeri, Apa yang membuat mu mengeluh? Bukan kah kamu sangat suka melihat hal hal baru?". Leon tersenyum.

"Masalahnya aku tidak tahu bahasa Inggris!". Alan menggerutu.

"Eh..". Leon tidak tahu harus berkata apa.

Masalah bahasa memang permasalahan utama bagi para Pelajar yang ingin melanjutkan studi mereka di luar negeri.

Alan melihat Leon dari sudut matanya. "Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?".

Leon membuka mulutnya dan tidak tahu harus berkata apa jadi dia hanya akan mengatakan apa yang isi hatinya katakan.

"Selamat berjuang?".

"Ck, kamu sangat membosankan, Aku benar-benar tidak tahu apa yang para gadis gila itu suka dari mu?".

Leon hanya tertawa hampa.

Dia bukan pembicara yang baik, hampir sebagian besar, dia hanya akan mengatakan apa yang dia ingin katakan, dia tidak terlalu tahu pembicaraan yang berbelit-belit.

Segera, Guru memasuki kelas dan hari membosankan lainnya di mulai di sekolah.

Karena ini sudah tahun akhir bagi meraka dan tidak lama lagi lulus, guru hanya mengatakan beberapa hal yang perlu di ketahui dan di perhatikan dalam pembelajaran mereka.

Dia juga mengingatkan untuk melanjutkan studi mereka di perguruan tinggi demi mendapatkan pekerjaan tetap untuk mengurangi angka pengangguran.

Dia tidak ingin melihat anak didik nya menjadi orang idiot yang hanya tahu mengemis..

Leon sebenarnya tidak tahu apakah hal itu yang harus di katakan sebagai seorang guru atau tidak.